Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Rika-chan

23 Mei 2024   08:32 Diperbarui: 23 Mei 2024   08:40 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku membungkukkan badan hingga punggungku sejajar dengan pinggangku. "Hajimemashite. Watashi wa Fero desu. Douzou yoroziku onegai shimashou."

Dengan sopan Rika-chan membalas salam khas Jepang tersebut. "Hajimemashite. Watashi wa Rika desu. Douzou yoroziku onegai shimashou." Kemudian, ia menegakkan tubuh dan tersenyum manis padaku dan Ibu. "Aku cukup lancar berbahasa Indonesia walaupun aksenku kurang bagus."

"Aksenmu bagus, Rika-chan. Nah, mari kita sarapan. Kemudian, kalian bisa mengikuti pelajaran sekolah kalian secara online," sahut Ibu. Kemudian, Ibu kembali menyodok pinggangku.

"Maafkan aku soal kejadian pintu kamar tadi," kataku pada Rika-chan.

"Tak apa-apa," sahut Rika-chan sopan dengan mata berkilat aneh. Ketika Ibu berpaling, ia menggerakkan jari telunjuknya dengan gerakan memotong leher. Hah, baru hari pertama ia sudah berani mengancamku! Ibu benar-benar sudah tertipu penampilannya yang kawaii. Dengan bersiul-siul riang, ia berjalan melompat-lompat mengikuti ibuku.

Tak buruk juga orangtuaku menampung Rika-chan. Sarapan kali ini sungguh istimewa. Jarang-jarang aku menyantap sarapan ala Japanese style! Ada sushi, ebi furai, dan yakiniku. Bahkan, minumannya pun ocha. Ah, Ibuku memang perfeksionis. Meja makan dihias dengan pernak-pernik Jepang. Mungkin tak lama lagi Ibu akan mulai mendekorasi rumah kami dengan nuansa Jepang dan membeli tatami.

***

"Hausnya," gumamku. Belum pernah aku merasakan rasa dahaga yang luar biasa seperti malam ini. Penderitaanku ini akibat Rika-chan yang memohon dibuatkan ikan sambal dabu-dabu yang super pedas.

Aku menghela napas kesal karena teko air kosong. Biasanya Ibu tak pernah lupa mengisi teko air setiap sore. Tapi sejak kedatangan Rika-chan, aku merasa dianaktirikan. Ibu hanya memasak hidangan kesukaan Rika-chan dengan alasan bahwa tamu itu raja.

Aku malas untuk mengambil air di dapur. Tapi, rasa kering ini begitu mencekik. Dengan langkah gontai, aku turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar. Tidak biasanya lorong di luar kamar begitu gelap. Aku menyalakan saklar lampu lorong. Tapi, lampu lorong tetap mati. Tiba-tiba ada suara yang berdesing dari arah kamar Rika-chan yang selorong dengan kamarku. Pintu kamar Rika-chan terbuka lebar dan memperlihatkan kamarnya yang gelap.

Kepala Rika-chan muncul dari bayang-bayang kegelapan. Tapi, yang membuat napasku tercekik ialah lehernya yang memanjang dan semakin memanjang. Kepala itu bergerak maju seolah melayang sepanjang lorong. Sesegera mungkin, aku bersembunyi dalam relung tembok dan mengabadikan kejadian mistis tersebut. Hanya 1 menit kemudian, kepala Rika yang menggigit sebuah apel merah kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun