HUHUHUHU.
"Suara apakah itu?" Bisik Rico pada kedua kawan KKN-nya, Mario dan Yudha. Keduanya sudah terlelap di dalam kantung tidurnya. Mereka tidur bersama-sama di ruang tamu rumah kosong di atas bukit karena ruang itulah satu-satunya yang paling layak untuk ditempati. Ruang-ruang lainnya sudah terlampau bobrok. Tidak ada tempat tidur yang layak. Tidak ada kasur yang empuk. Rico pun memijit hidung Mario yang berbaring di sebelah kanannya.
"Apaan sih? Paling juga bunyi angin gunung," sahut Mario sembari menepis tangan Rico.
"Please, kalian jangan berisik. Aku lelah dan mengantuk sekali," hardik Yudha. Ia menarik kantung tidur bagian kepalanya hingga menutupi telinganya. Bahkan, ia memiringkan badannya agar membelakangi kedua kawannya.
Rico menghela napas. Ia memejamkan mata dan berusaha tidur. Tak berapa lama ia pun terlelap. Dalam mimpinya yang hanya berupa bayangan hitam, ia merasa ada suatu makhluk yang mengganduli kaki kirinya. Aduh! sekarang makhluk itu menggigit jempol kaki kirinya. Miki Tikus-kah?
Rico terbangun dan langsung keluar dari kantung tidurnya sembari menepuk-nepukkan kantung tidurnya. Mario dan Yudha pun terbangun akibat suara Rico yang terus mengumpat.
"Ada apa?" Tanya Yudha dengan suara penuh kantuk.
"Kau ini berisik terus," keluh Mario. "Tak biasanya kau bertingkah begini."
"Ada makhluk yang menggigit jempol kakiku. Tapi, aku tak bisa menemukannya," jelas Rico. "Lihatlah! Jempol kaki kiriku bengkak."
Mario dan Yudha terpana melihat jempol Rico yang tidak bengkak sama sekali. Â