Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Di Balik Madu Ada Racun

7 Desember 2023   21:50 Diperbarui: 7 Desember 2023   22:52 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini hadiah ulang tahun untuk Kakak," kata Lira sembari memberikan sebuah kado berpita biru.

 

"Terima kasih banyak," sahut Tia dengan senyum manis. "Kakak jangan memberikannya pada orang lain, ya?" "Okay, aku berjanji."

Perayaan ulang tahun Tia yang ke-25 berlangsung dengan meriah. Lira menatap iri kakaknya yang sangat dicintai orangtuanya jauh melebihi dirinya. Hidup Tia begitu sempurna. Ia cantik, pintar, lulusan universitas terkenal, karirnya bagus, dan sebulan lagi ia akan menikah dengan rekan sekerjanya, Mario yang baik hati.

Mengapa semua diraih Tia dengan mudah? Sedangkan semua hal terasa sulit bagi Lira yang rendah diri. Lira merasa sangat menderita melihat Tia yang sangat berbahagia. Andai dirinya ialah Tia yang sangat beruntung dalam hidup. Andai saja Tia tidak ada. 

*** 

Keesokan paginya, Lira terbangun karena bahunya diguncang-guncangkan oleh wajah ibunya, Bu Maia. Wajah Ibu Maia sembab dengan air mata. "Lira, keluarga kita memperoleh musibah. Tia meninggal dunia. Sepertinya, ia keracunan. Mulutnya berbusa. Sebentar lagi polisi akan memeriksa kita sebagai saksi." 

Lira terperanjat. "Keracunan? Kemarin malam ia masih baik-baik saja." 

Ibu Maia mengangguk. "Segeralah kau bersiap-siap. Polisi sedang menunggu kita untuk penyidikan." 

*** 

Lira tak pernah menyangka harapannya agar Tia tiada begitu saja terkabul. Tapi, bukan seperti ini. Polisi menemukan sianida dalam hadiah botol madu yang ia berikan sebagai hadiah pada Tia.

Pada malam terkutuk itu, Tia meminum madu dicampur dengan teh. Walaupun Lira membela diri berkali-kali, tak ada yang percaya pada perkataan Lira bahwa ia memberikan botol madu tersebut dalam keadaan tersegel. Mungkin ada yang membubuhi racun pada botol madu itu setelah ia memberikannya pada Tia. 

Polisi berkata pada botol madu tersebut hanya ada sidik jari Lira dan Tia yang tampak jelas. Ada juga beberapa sidik jari yang kabur, mungkin sidik jari pembuat madu atau pun penjual madu yang akan disidik lebih lanjut. Banyak kesaksian yang memberatkan Lira. 

Polisi telah menemukan diary Tia yang menyatakan perasaannya yang sedih karena Lira selalu iri padanya. Bahkan, Tia menulis ia merasa Lira bahagia jika ia meninggal dunia. Sahabat-sahabat Tia menyatakan Lira bersikap ganjil pada Tia, kakaknya sendiri. Belum lagi orangtuanya sendiri diam-diam mengutuk kelakuan Lira. Tidak ada yang percaya pada Lira. 

Lira sungguh merasa nasibnya sangat malang. Hingga saat akhir nasib menertawakan Lira. Ia sudah ditahan di penjara dan sedang menunggu jadwal persidangan. Ancaman hukuman yang harus dihadapi Lira yang dituntut pasal pembunuhan berencana ialah hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup. 

Lira sudah pasrah. Hatinya terasa hambar. Ia memang membenci Tia, tapi ia tak membunuh Tia. Tapi, siapa yang mempercayai Lira? 

*** 

Saat persidangan, jaksa mendesak Lira yang malang. ia tak bisa berkutik ketika jaksa bertanya, "Apa Anda membenci Tia, kakak Anda sendiri?" Lira termangu. "Jawablah yang jujur di depan kami semua. Apa Anda membenci Tia?" 

Lira merasa semua pandangan menusuk tertuju pada dirinya. "Ya, saya membenci Tia. Tapi, saya tidak membunuhnya." 

Hadirin riuh rendah mendengar pengakuan Lira. Mereka sibuk berbisik-bisik dan berspekulasi. Persidangan dilanjutkan dengan staff ahli laboratorium mengenai sianida. Benar ditemukan hidroklorida sianida dalam botol madu tersebut dengan nilai kelarutan yang merupakan dosis lethal. Ahli forensik menyatakan terdapat sianida dalam organ pencernaan Tia yang merupakan penyebab kematian. Waktu kematian Tia diperkirakan tengah malam. Tia tewas dalam waktu beberapa menit setelah meminum madu beracun tersebut. 

Tidak ada keganjilan lain pada tubuh Tia, selain ditemukan sedikit bubuk hidroklorida sianida pada telapak tangan Tia. Juga ditemukan sel-sel kanker pada tubuh Tia. Orang tua Tia membenarkan bahwa Tia menderita kanker usus stadium empat dan telah menjalani kemoterapi selama 3 bulan. Dan mereka menyembunyikan hal ini dari Lira dan teman-teman Tia atas permintaan Tia yang tidak ingin dirinya dikasihani. 

Penyidik polisi menyatakan telah menyelidiki transaksi botol madu dan hidroklorida sianida tersebut. Botol madu tersebut benar dibeli oleh Lira di department store dan ada bonnya. Sedangkan hidroklorida sianida tersebut dibeli oleh Tia dengan akun samaran. Racun tersebut dikirimkan ke rumah temannya Tia yang bernama Dio dengan alasan Tia ingin memberikan hadiah kejutan pada salah satu anggota keluarganya yang berulang tahun. Dio sama sekali tidak mengetahui isi paket Tia itu ialah hidroklorida sianida. Tia sendiri yang mengambil paket racun tersebut di rumah Dio seminggu sebelum Tia tewas. 

Hadirin kembali riuh menyaksikan perkembangan perkara tersebut. Aneh sekali kejadian tewasnya Tia yang melibatkan Lira. Jika Tia benar bunuh diri, mengapa ia tidak membuat surat wasiat. 

Polisi telah memeriksa dokumen pribadi Tia dan menemukan bahwa Tia sebenarnya merupakan anak angkat di keluarga Lira. Polisi juga menemukan bahwa ada riwayat kegilaan pada ayah kandung Tia yang sering menyiksa keluarganya. Ia juga mati bunuh diri sepuluh tahun yang lalu. Ibu kandung Tia juga tak sepenuhnya normal karena sering histeris dan tak bisa mengurus Tia dengan baik sehingga kerabat Tia yang juga hidup dalam kemiskinan beropini lebih baik Tia diadopsi untuk kehidupan yang lebih baik. 

Berdasarkan perkembangan perkara, hakim memutuskan bahwa tewasnya Tia murni karena bunuh diri. Diary Tia yang menyatakan bahwa Lira senang jika Tia mati itu jelas karena kecemburuan terpendam Tia atas posisinya yang hanya anak angkat dalam keluarga Lira. Maka, sudah jelas Lira tidak bersalah dalam perkara pidana ini. Lira bebas, tapi ia tak pernah sama lagi. Horor yang ia alami ketika semua orang tak percaya pada dirinya terlalu membekas dalam hatinya. Tia sangat jahat. 

Lira baru saja membaca e-mail yang dikirimkan Tia tepat sebelum Tia bunuh diri. Ulang tahun Tia dan Lia hanya berbeda 1 hari. Tia sengaja menulis ucapan tersebut tepat jam 12 malam sehingga ia menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Lira. 

Dear Lira, Kau sudah menerima hadiah balasan dariku? Kau pasti sangat menyukainya. Bukankah kau selalu mengharapkannya? xoxoxo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun