Bu Tara membujuk dengan suara anak kecilnya, "Ray, bagaimana sih kamu ini? Hidangan ini dari sponsor yang merupakan restoran terkenal. Kita sudah memperoleh uang muka pembayaran."
"Tapi, Bu...Lihatlah sendiri. Hidangan ini menjijikkan."
Cuping hidung Bu Tara bergerak-gerak menandakan kesabarannya hampir habis. Ia membentak, "Ray, jangan banyak tingkah. Kamu harus professional. Waktu syuting kita tak banyak."
Dalam penerangan cahaya lampu studio, tiba-tiba Ray menyadari kejanggalan di depannya. Wajah Bu Tara berubah sangat tirus. Gigi-giginya terlihat begitu runcing. Sedangkan mata Pak Sarwo bersinar merah seperti senter. Ada sesuatu dalam diri mereka yang mengingatkan Ray pada sepasang musang.
"Kamu harus melanjutkan syuting ini," jerit Bu Tara sembari mencengkeram lengan Ray sehingga kuku-kukunya menggores kulit Ray.
"TIDAK. KALIAN HANTU MUSANG!" Teriak Ray mendorong Bu Tara sekuat tenaga dan membuat hidangan mukbang jatuh dari meja. Sebelum ia kabur, ia masih sempat melihat belatung dan cacing melompat riang dari kuah hidangan darah tersebut.
***
Bu Tara merengut. "Apa yang salah? Mengapa tiba-tiba Ray menyadari bahwa kita hantu musang setelah selama ini ia tak pernah curiga? Aku sudah mengerahkan sihir hingga ia patuh padaku."
Pak Sarwo menggelengkan kepala, "Sudahlah. Kita cari korban baru lagi."
"AAAAH, aku jengkel sekali. Aku sudah memeriksa kostan anak itu. Ia sudah kabur. Dasar anak tak tahu diri. Ia tak mau membalas budi sedikit pun pada kita yang sudah memberinya kehidupan yang nyaman selama 6 bulan ini."
Pak Sarwo tak menanggapi. Ia asyik membersihkan kameranya. Setelah beratus-ratus tahun hidup bersama pasangannya, ia belajar bahwa diam itu emas. Biarkan Tara yang berbicara dan segalanya akan terasa lebih mudah.
"Padahal aura anak itu sangat cocok untuk kita serap kehidupannya. Tinggal satu postingan mukbang lagi. Maka, sari kehidupan anak itu akan terserap sempurna oleh kita. Dan kita akan abadi."
***
Di suatu kostan yang aman, Ray rebahan sembari memandang langit-langit kamar. Tangan kanannya menggenggam boneka teru teru bozu imut itu. Boneka itu rusak tanpa diketahui apa sebabnya dan di dalamnya ada kertas bertuliskan huruf kanji Jepang. Ray sudah memeriksa arti tulisan itu yang merupakan doa keselamatan. Sedangkan tangan kirinya menggenggam handphone. Di layar handphone tersebut tertulis WhatsApp dari ibunya. Juga sebuah file foto.