Menarik sekali ide yang dilontarkan seorang teman dalam chat di grup WA lantaran saya senantiasa menguap load tulisan di grup tersebut. Ide itu tentunya karena adanya keinginan untuk menumbuhkan budaya menulis dan mengorganisasikan ide ke dalam bentuk tulisan di lingkungan kami.
Apalagi kami adalah pendidik, sangat mungkin sekali ide tersebut direalisasikan. Kami kerap membimbing anak-anak membuat karya tulis. Dengan keterampilan menulis yang sudah mahir di antara para pendidik akan memudahkan proses pembimbingan.
Semangat literasi yang ada di dunia pendidikan sangat luar biasa. Banyak komunitas dibentuk sebagai wujud rasa ingin melahirkan karya di antara pendidik.
Salah satunya, komunitas yang dikomandani oleh M. Ikhsan, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, dengan media gurunya. Banyak pendidik yang produktif menulis. Awalnya mereka membuat buku antologi.
Saat ini juga menjamur penerbit yang menawarkan biaya terbilang bersahabat untuk memfasilitasi pendidik mendokumentasikan karyanya. Saya sendiri pernah ada di sebuah komunitas yang semua anggotanya memiliki motivasi yang bagus.
Moment bulan ramadhan digunakan untuk menuliskan kisah-kisah ataupun kajian yang diikuti. Satu haru saru tulisan. Dan diakhir ramadhan masing masing sudah berhasil mengumpulkan 30 tulisan.
Semangat mereka itulah yang memotivasi saya saat ini untuk meluangkan waktu menggerakkan jari menuliskan apa yang saya lihat, baca, dan dengar. Kuasa Allah begitu banyak, kalau kita tuliskan niscaya air dilautan itu tidak akan pernah cukup.
Dengan demikian, sebenarnya ada banyak hal yang patut kita tuliskan. Sebagaimana para sahabat di waktu dulu, bersemangat mengabadikan pemikiran-pemikirannya.
Menumbuhkan kemauan untuk menulis inilah yang perlu dikuatkan. Pada dasarnya semua pendidik dipastikan memiliki kompetensi tersebut. Hanya saja merwka mau memulainya atau tidak.
Mayoritas handphone yang kita pegang saat ini terkoneksi dengan jaringan internet. Sarana sudah tersedia dengan baik. Seperti saya saat ini, cukup membuka kompasiana.com sudah bisa memulai menulis. Tak harus membuka laptop seperti dulu.
Komunitas-komunitas yang kita ikuti pun tak jarang membagi (share) lantas kita mengkopi tulisan-tulisan itu untuk dibagikan ke komunitas kita yang lainnya.
Artinya, kita membagikan pemikiran orang lain. Tidakkah kita ingin, suatu membagikan pemikiran dan ide ide kreatif kita? Dengan demikian kita tak hanya sekadar follower.
Tantangan satu hari satu tulisan sangat mungkin terwujud. Lingkungan pendidik sangat besar kemungkinannya. Menuliskan pengalaman lebih mudah dibandingkan dengan melahirkan modul yang terbilang ilmiah.
Modul lebih kompleks dengan tuntutan penyajian yang harus mudah dipahami oleh peserta didik. Kecuali kalau sekadar kopi paste. Tentu itu akan jauh dari kata ideal, sehingga terkesan asal jadi.
Membuat modul butuh bimbingan dan sistematika yanh jelas. Sementara menuliskan pengalaman, kita cukup menuangkan apa yang kita alami dan rasakan.
Menuliskan pengalaman merupakan jembatan awal kita belajar mengorganisasi ide secara tertulis. Jika ini sudah biasa kita lakukan, niscaya menulis apapun akan mudah. Semangat menulis.
Satu hari satu tulisan. Ajaklah teman yang bisa memiliki kemauan yang saya maka akan pasti mudah terwujud. Selamat menulis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H