Mohon tunggu...
Siswanto Danu Mulyono
Siswanto Danu Mulyono Mohon Tunggu... profesional -

Usia sudah setengah abad. Semua orang akan mati, tapi tulisannya tidak. Saya Arsitek "freelance" lulusan Unpar-Bandung. Sambil bekerja saya meluangkan waktu untuk menulis karena dorongan dari dalam diri sendiri dan semoga berguna untuk siapapun yang membacanya. Sedang menulis buku serial fiksi "Planet Smarta" untuk menampung idealisme, kekaguman saya terhadap banyak hal dalam hidup ini, bayangan-bayangan ilmu pengetahuan yang luar biasa di depan sana yang menarik kuat-kuat pikiran saya untuk mereka-rekanya sampai jauh dan menuangkan semuanya dengan daya khayal saya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Isyarat dari Wikileaks: Datangnya Masa Keterbukaan Tak Bisa Dibendung Lagi!

5 Desember 2010   21:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:59 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: http://www.wikileaks.ch/

251.287 dokumen rahasia Negara dari seluruh dunia dicuri dan dibocorkan, dikemas dalam  ribuan file yang segera tayang dalam berbagai situs di internet. Wikileaks yang didirikan oleh Julian Assange adalah pelopor kegegeran besar ini.  Julian kini menjadi buron nomor satu, diburu oleh Interpol seluruh dunia (bukan cuma AS) dan membuat blingsatan ribuan tokoh politik serta Negara di seluruh dunia.

 

Ibu Julian juga blingsatan. memohon agar anaknya tidak dijadikan target untuk dihabisi, tetapi Julian sendiri sangat yakin akan misi yang dibawanya: “Dunia harus saling terbuka, tak perlu ditutup-tutupi!” Lihatlah kalimat yang terpampang jelas di halaman depan situs Wikileaks dalam foto di atas. Teliti dan dengar apa yang tersirat di dalam kalimat tersebut, karena itu adalah sebuah tuntutan pembaharuan yang dibawa, dan juga sebuah tonggak besar yang hari ini dipancangkan: KETERBUKAAN!

 

Untuk misi yang dibawanya itu, Julian (dan rekan-rekannya) jelas memiliki militansi yang tak diragukan lagi, sama militannya dengan kaum teroris tapi dalam konteks yang jauh berbeda. Julian sudah muak dengan segala hal yang berbau tertutup rapat dan bersifat “secret” atau “top secret”. Mengapa harus ditutup-tutupi kalau memang tujuannya benar? Jadi? Mari kita buka sama-sama dan lihat wajah kita selama ini! Mengapa anda harus marah kepada saya? Mengapa anda menguber-nguber saya? Saya hanya menunjukkan cermin ke muka anda!

 

Bila sebagian orang menilai semua kejadian seperti ini adalah sebuah “rekayasa”, saya rasa hal itu kurang tepat, karena terlihat jelas tujuan akhir atau misi yang dibawanya.

 

Ribuan tahun manusia dipenjara oleh pemerintahan Negara-negara yang serba tertutup sistemnya. Hanya beberapa gelintir orang berkuasa atas nama Negara. Mereka membuat banyak sekali aturan dan kebijaksanaan yang ternyata tidak selamanya berpihak kepada rakyat banyak. Mereka seperti sepasukan kaum elite yang kebanyakan sungguh-sungguh bukan hamba rakyat, apalagi hamba Tuhan, bahkan banyak diantaranya adalah sungguh-sungguh bajingan! (tak perlu kata lain).

 

Julian menantang mereka yang berkuasa untuk menunjukkan jati diri aslinya. Dengan cara legal adalah nonsen, maka cara illegalpun jadilah! Yang penting: beranikah kalian berhadapan dengan saya sebagai laki-laki lawan laki-laki? Jangan jadi pengecut dengan menyembunyikan wajah anda dibalik ribuan tentara bersenjata lengkap. Aku hanya seorang Julian, seorang laki-laki yang berdiri tegak di hadapan Allahku dan membawa pesan yang dibisikkan olehNya untuk dunia. Pesan itu adalah KETERBUKAAN! Semua hal yang ditutup-tutupi untuk sebuah tujuan tidak sehat harus dienyahkan segera. Wikileaks hanyalah sebuah sentilan keras, tetapi jaman mendatang akan menggerus lebih keras lagi! Percuma semua kekuatan dan senjata yang berusaha mau memberangus, karena yang dihadapi kali ini adalah Kehendak Tuhan sendiri!

 

Julian sudah memperhitungkan banyak kemungkinan untuk menyelamatkan misinya. Jika terjadi apa-apa dengan dirinya, maka rekan-rekannya akan mengklik tombol keyboards dan dalam hitungan detik seluruh dokumen rahasia itu akan menyebar ke seluruh situs media massa sejagad, termasuk juga ke email-email pribadi orang per orang yang mereka kehendaki ataupun mereka ambil secara acak. Apa yang bisa diperbuat para tentara bersenjata lengkap menghadapi tombol keyboards? Bisakah senjata mengalahkan suara jaman? Siapa yang akan ditembak atau diberangus? Mana yang lebih kuat? Apa artinya membunuh seorang Julian kalau tetap tak mungkin bisa menghentikan misi dari tindakannya? Jadi? Berkacalah ke dalam sanubari anda sendiri dan bertanyalah untuk apa hidup ini jika ternyata anda takut melihat diri sendiri dalam keadaan telanjang tanpa ada yang bisa ditutupi lagi, persis ketika saatnya tiba anda harus menghadap Dia yang memiliki hidup anda.

 

Begitulah saya berusaha menerjemahkan suara hati Julian yang tersirat dalam  misi situs Wikileaks dan pernyataan-pernyataannya dari tempat persembunyiannya.

 

Begitu pentingkah keterbukaan? Ya, itu kunci utama sebuah sistem kerja dengan landasan niat jujur untuk sebuah tujuan mengantar manusia memperoleh hasil maksimal dan dalam balutan rasa keadilan bersama yang seadil-adilnya.

 

Dalam salah satu tulisan saya disini ( http://edukasi.kompasiana.com/2009/02/25/aneka-tips-negara-sehat/ ), saya pernah menyinggung, bahwa korupsi adalah identik dengan hal yang ditutup-tutupi. Kalau memang berniat mau memberantas korupsi, maka seluruh elemen pemerintahan, termasuk semua BUMN, harus berani menerapkan manajemen terbuka yang setiap saat bisa dikritisi rakyat. Kalau belum berani ke arah sana, maka seorang presidenpun sebenarnya tak ada gunanya berteriak-teriak serius mau memberantas korupsi, karena percuma dan nonsen. Tak mungkin orang tahu segala hal yang sengaja ditutup-tutupi. Dibutuhkan energi ekstra besar untuk menguak semuanya, dan itu tak mungkin dilakukan oleh beberapa gelintir aparat KPK dan semacamnya yang jumlahnya, modalnya, dllnya amat sangat terbatas. Ibarat mau menyelamatkan sebelanga susu yang sudah tercemar comberan dengan alat sendok serta memakai kacamata gelap. Kasus busuk yang sudah terkuakpun akan tetap ada yang berusaha menambal kebocorannya. Oleh sebab itu, bila seorang presiden tak memiliki jiwa terbuka, maka sudah bisa dipastikan rakyatlah yang akan menanggung deritanya selama masa permerintahannya, dan hal-hal seperti itu sudah berlangsung sangat lama.

 

Mari kita syukuri bersama, bahwa Tuhan tidak buta dan tuli. Dialah yang menciptakan “grand design” demi “grand design” untuk sebuah tujuan akhir hadirnya pemerintahanNya di atas bumi ini. Ini bukan omongan saya, tetapi anda bisa menemukannya dalam Kitab Suci. Kalau anda tak percaya Kitab Sucipun, anda akan tetap menjadi seorang penonton hadirnya jaman baru yang tak mungkin bisa dicegah oleh siapapun juga. Maka, siapapun anda, berTuhan atau tidak, kalau boleh saya sarankan, akuilah kekecilan anda sendiri, tak perlu ngeyel terus melawan kuasa besar dari atas sana yang bisa menelanjangi anda kapan saja. Berbahagialah orang yang berani melihat ketelanjangan dirinya sendiri dan dalam perspektifnya menemukan dirinya dalam keadaan bersih, karena seperti itu pulalah Tuhan akan memandangnya.

 

Selamat Datang KETERBUKAAN!

 

*******************

 

Link saya yang terkait dengan tulisan ini:

http://politik.kompasiana.com/2009/11/05/the-new-people-power/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun