Mohon tunggu...
Siswanto Danu Mulyono
Siswanto Danu Mulyono Mohon Tunggu... profesional -

Usia sudah setengah abad. Semua orang akan mati, tapi tulisannya tidak. Saya Arsitek "freelance" lulusan Unpar-Bandung. Sambil bekerja saya meluangkan waktu untuk menulis karena dorongan dari dalam diri sendiri dan semoga berguna untuk siapapun yang membacanya. Sedang menulis buku serial fiksi "Planet Smarta" untuk menampung idealisme, kekaguman saya terhadap banyak hal dalam hidup ini, bayangan-bayangan ilmu pengetahuan yang luar biasa di depan sana yang menarik kuat-kuat pikiran saya untuk mereka-rekanya sampai jauh dan menuangkan semuanya dengan daya khayal saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pat Kay (Dewa Babi) Tersinggung Polisi

1 Agustus 2010   18:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:23 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pat kay (Dewa Babi) uring-uringan. Sudah dua kali dia dibuat kesal oleh tingkah manusia Bumi. Yang pertama urusan "flu babi" yang membuat banyak anak buahnya di Bumi dibantai manusia. Waktu itu dia dan Sun Go Kong (Dewa Kera) sudah berniat hendak melabrak manusia Bumi karena kesalnya, tapi niatnya dicegah oleh gurunya, pendeta Tong. Kisahnya bisa anda ikuti disini. (http://sosbud.kompasiana.com/2009/05/09/kisah-tie-pat-kay-dewa-babi-dan-sun-go-kong-dewa-kera/)

Sekarang mukanya merah padam lagi. Ini gara-gara tingkah oknum polisi Indonesia yang sangat melecehkannya. Bagaimana tidak melecehkan, celengan berbentuk babi kok dibilang haram dan menghina polisi! Sebodoh-bodohnya dia sebagai babi, tidaklah lebih bodoh orang yang menganggap celengan berbentuk babi sebagai haram! Ia merasa dua kali dilecehkan dengan sekali gebrak: Pertama, ia dituduh lebih haram daripada "uang haram" yang dipersoalkan di dalam celengan berbentuk babi itu; yang kedua: dirinya dihina dan dianggap lebih rendah daripada para maling uang haram tersebut! Ini sudah keterlaluan! Pikirnya. Derajatnya yang sangat terkenal dan diabadikan dalam bentuk celengan babi telah dinista habis-habisan!

"Huh..! Emang dia aja yang bisa tersinggung?!!" Gerutunya terus menerus.

Saking kesalnya, ia tendang kotak bekatul tempat makannya. Kotak bekatul itu melayang dan isinya berhamburan dan ... hampir saja mengenai kepala Sun Go Kong yang sedang leyeh-leyeh! Untunglah Sun Go Kong memang maha sakti, ia menggerakkan sedikit ekornya dan tempat bekatul itu berhenti bergerak dililit oleh ekornya. Dengan santainya ia letakkan tempat bekatul tersebut di sampingnya. Ia tak marah, ia maklum banget bahwa Pat Kay sedang uring-uringan dan sebenarnya iapun bersimpati padanya. Dengan gerakan sangat gesit ia menghampiri Pat Kay dan menunjukkan simpatinya.

"Pat Kay, apa yang bisa kubantu? Aku siap kalau kau ajak kembali melabrak manusia Bumi! Aku juga sudah ‘enek banget' melihat kelakuannya. Bagaimana kalau kita labrak saja sekarang mumpung Guru sedang tidur? Kalau Guru bangun pasti beliau akan mencegah tindakan kita lagi dengan berbagai alasan yang sulit kita bantah kebenarannya. Bagaimana, Pat Kay?"

"Go Kong, kemauanku sih seperti itu. Tapi aku tak tega membuat hati Guru bersedih nantinya. Bagaimana baiknya, ya?"

Go Kong berpikir sejenak. Lalu terbersit ide di kepalanya.

"Bagaimana kalau kita minta pendapat para Dewa yang lain, agar kita bisa sedikit membela diri di hadapan Guru nantinya?"

"Setuju, aku juga ingin tahu isi hati para Dewa yang lain tentang tingkah laku manusia Bumi yang kelewatan itu. Tetapi bagaimana cara mengundang para Dewa yang lain dengan kecepatan tinggi sebelum Guru bangun?"

"Gampang, aku bisa menghubungi Dewa Bayu agar ia membantu mengumpulkan para Dewa yang lain melalui anak buahnya (angin) yang tersebar dimana-mana."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun