Adalah sebuah karunia besar ketika manusia bisa dengan mudah benar-benar pasrah kepada kuasa Allah yang juga berarti adalah mengalahkan dirinya sendiri dan semua keinginannya sendiri. Bagaimana hal itu tidak sulit jika baru sedikit keinginan yang tidak terkabul saja sudah membuat kecewa bukan main, malahan sering Tuhan dianggap budek (tuli) dan sekalian bisu. Kita sudah berteriak-teriak setiap hari, bahkan ada yang sampai bertahun-tahun, tetap saja Tuhan budek dan bisu. Ketika murid-murid Yesus berteriak-teriak minta tolong sambil ketakutan karena kapalnya mau tenggelam, eh… Yesusnya malahan pura-pura tidur! Apa hal-hal seperti ini tidak sering terjadi? Aku mengalaminya sendiri dalam proses itu, dan disitulah kepasrahan memperoleh ujian. Pernah terasa sedemikian beratnya cobaan itu dan rasanya aku juga berdiri di geladak kapal yang mau tenggelam bersama murid Yesus itu. Mau berteriak? Tidak sejauh itu. Sebagai manusia biasa, merintih kesakitan adalah wajar.
Berkelebatlah bayanganNya yang merintih di kayu salib tapi tidak pernah berpaling dari BapaNya. Penderitaanku ini apalah artinya? Sanggupkah aku menggantikan peranNya tergantung dengan segala luka di kayu salib itu demi kesetiaanNya kepada “grand design” dari BapaNya? Apakah dalam keadaan seperti itu Yesus pernah melolong minta ampun kepada tentara Romawi yang menyiksaNya? Totalitas pengabdianNya hanya tertuju kepada BapaNya, tidak untuk yang lainnya, termasuk tidak untuk keselamatan diriNya sendiri. Totalitas itu, sekali lagi, totalitas itu adalah sampai mati!
Terbayang kembali kata hatiku sendiri: “Apalah artinya kematian bagi Yesus? Apa artinya jika mayat Lazarus yang terbujur kaku itu ternyata bisa dibangkitkan lagi tanpa kurang suatu apa? Jadi ternyata kematian jasmani itu bukan apa-apa, bukan akhir atau kepunahan. Maka kalau Yesus pura-pura tidur melihat semua muridNya yang berteriak-teriak ketakutan terancam bahaya itu karena Dia mengerti benar bahwa mereka mati seribu kalipun Dia bisa menghidupkannya kembali! Oleh sebab itulah Dia menghardik muridNya: “Mengapa kamu berteriak-teriak seperti orang yang tidak percaya! Bukankah ada Aku disini?!!”
Itulah seberkas cahaya iman yang menyadarkanku dan sangat menguatkanku dalam menjalani hidup ini dan belajar darinya. Di dunia ini, mana ada manusia yang tak punya masalah? Dari yang termiskin sampai yang terkaya; dari yang tersuci sampai yang paling brengsek, semua punya masalah. Yesus mewakilinya secara ekstrem dari mulai lahirNya sampai matiNya. Artinya: Dia tahu persis kita semua bermasalah dan Dia solider dengan masalah kita. Dan jika aku tak salah, Yesus mau menegaskan: “Saya sungguh-sungguh peduli dengan kalian semua dan mau mengangkat kalian ke tempat terbaik yang Aku mengerti benar. Jangan takut menderita lahiriah, pikirkanlah keselamatan Roh. Aku sudah memberikan segalanya: Datang langsung, menderita langsung, meninggalkan pesan dan semua petunjuk yang kalian butuhkan, dll-dll, tak ada yang kurang. Sekarang tergantung kalian, menerima uluran tanganKu atau menolakNya. Kalian bebas menentukan, Aku menghargai itu. Salam sampai akhir jaman.”
***************
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H