Mohon tunggu...
sintacakrabuana
sintacakrabuana Mohon Tunggu... Penulis - student

Reading, writing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lahan Basah - Suatu Ekosistem

20 Desember 2024   12:49 Diperbarui: 20 Desember 2024   11:47 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

            Lahan basah adalah ekosistem yang ditandai oleh keberadaan air yang menggenang atau meresap di permukaan tanah, baik secara permanen maupun musiman. Mencakup wilayah rawa, gambut, payau, muara, sungai dan delta. Lahan basah memiliki tanah yang jenuh air, kondisi ini mendukung pertumbuhan tumbuhan yang beradaptasi dengan kondisi lembap seperti rumput air, pohon bakau, dan alang-alang. Menurut Konvensi Ramsar (1971), lahan basah mencakup wilayah yang berupa rawa, paya, gambut, atau perairan alami maupun buatan, baik yang bersifat permanen maupun sementara. Air pada lahan basah bisa berupa air tawar, payau, hingga asin, termasuk area pesisir yang kedalamannya tidak melebihi enam meter saat surut.

            Lahan basah memiliki  ciri khas adanya air, baik berasal dari air hujan, sungai, air tanah atau pasang surut laut. Selain itu jenis tanahnya pun khusus, seringkali berupa tanah organik yang kaya bahan organik, seperti gambut, atau tanah mineral yang kaya endapan. Keanekaragaman hayati pada lahan basah juga termasuk tinggi baik flora maupun fauna. Beberapa contoh flora yang berhabitat di lahan basah yaitu Mangrove (Rhizophora spp., Avicennia spp.) yang biasanya tumbuh di pesisir atau estuari, teratai (Nymphaea spp.), Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Lumut Gambut (Sphagnum spp.), dan Bakau api-api (Avicennia alba). Adapun beberapa contoh fauna yang berhabitat di lahan basah yaitu burung migran (cangak abu, kuntul besar), ikan (ikan gabus, bandeng), Amfibi (katak rawa), Reptil (Buaya Muara), Mamalia (Berang-berang) dan serangga (capung).

            Peranan lahan basah memiliki beberapa fungsi dan manfaat baik secara ekologis, ekonomi, maupun sosial dan budaya. Secara ekologis, lahan rawa dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim dengan cara menyerap dan menyimpan karbon, mengatur siklus air dengan cara seperti menyerao air hujan dan mengisi ulang air tanah, bertindak sebagai filter alami untuk menyaring polutan dan sedimen. Melindungi wilayah pesisir dari abrasi dan badai dengan menahan gelombang laut. Secara ekonomi, lahan basah mendukung kegiatan perikanan, karena menjadi tempat pemijahan dan pembesaran ikan, menyediakan bahan baku seperti kayu bakau, rotan dan gambut serta berpotensi menjadi destinasi wisata alam seperti birdwatching atau ekowisata. Sedangkan secara sosial dan budaya, lahan basah sering memiliki nilai budaya dan spiritual bagi masyarakat lokal dan juga mendukung pertanian tradisional seperti budidaya padi rawa.

Adapun ancaman terhadap lahan basah diantaranya yaitu alih fungsi lahan, pengeringan dan drainase, pencemaran, eksploitasi berlebihan, hingga perubahan iklim. Untuk mengatasi alih fungsi lahan tadi dapat dilakukan pentapan zonasi, pemberdayaan komunitas lokal, dan pembuatan infrastruktur yang ramah lingkungan. Adapun untuk mengatasi permasalahan pengeringan dan drainase, dapat dilakukan upaya restorasi hidrologi, teknologi ramah linkungan, kebijakan pengelolaan air. Untuk mengatasi pencemaran dapat dilakukan dengan penglolaan limbah, pengelolaan pupuk dan pestisida dan pengawasan ketat. Untuk mengatasi eksploitasi berlebihan dapat dilakukan rehabilitas ekosistem, pengelolaan berbasis komunitas, penerapan kuota pemanfaatan. Untuk mengatasi permaasalahan yang disebabkan daru dampak iklim dapaat dilakukan rehabilitas lahan gambut, penenaman mangrove di pesisir, adaptasi dan mitigasi lokal. Di samping itu kita dapat melakukan edukasi dan kesadaran publik dan peningkatan kolaborasi.

Untuk menjaga lahan basah tetap lestari, maka diperlukan upaya pelestarian lahan basah, diantaranya rehabilitasi dan restorasi, perlindungan hukum, edukasi dan kesadaran publik, dan pengelolaan berkelanjutan. Rehabilitas dan restorasi yakni penanaman kembali mangrove daerah pesisir yang terdegradasi dan emulihan lahan gambut yang rusak dengan teknologi ramah lingkungan. Perlindungan hukum yakni implementasi Konvensi Ramsar di tingkat nasionaldan pemberian status kawasan konservasi untuk lahan basah yang penting. Edukasi dan Kesadaran Publik yakni dengan cara mengedukasi masyarakat tentang betapa pentingnya lahan basah untuk ekosistem global dan kehidupan manusia. Pengelolaan berkelanjutan yakni praktik pertanian dan perikanan yang ramah lingkungan dan pengembangan ekowisata berbasis komunitas.



Referensi :

  1. Ramsar Convention Secretariat. (1971). The Ramsar Convention on Wetlands. Ramsar, Iran.
  2. Mitsch, W. J., & Gosselink, J. G. (2015). Wetlands (5th Edition). John Wiley & Sons.
  3. Noor, Y. R., Khazali, M., & Suryadiputra, I. N. N. (2006). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/Wetlands International - Indonesia Programme.
  4. Rieley, J. O., & Page, S. E. (2005). Wise Use of Tropical Peatlands: Focus on Southeast Asia. ALTERRA/Wetlands International.
  5. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. (2018). Strategi Nasional Pengelolaan Lahan Basah. Jakarta: KLHK.
  6. Wetlands International. (2010). Lahan Basah dan Perubahan Iklim. Bogor: Wetlands International Indonesia.
  7. Agus, F., Subiksa, I. M., & Hidayat, H. (2011). Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian.
  8. IPCC. (2014). Climate Change 2014: Mitigation of Climate Change. Cambridge University Press.
  9. Davidson, N. C. (2014). "How Much Wetland Has the World Lost? Long-term and Recent Trends in Global Wetland Area." Marine and Freshwater Research, 65(10), 934–941.
  10. Joosten, H., Tapio-Biström, M.-L., & Tol, S. (2012). Peatlands: Guidance for Climate Change Mitigation by Conservation, Rehabilitation, and Sustainable Use. FAO and Wetlands International.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun