Mohon tunggu...
Rully Prayoga
Rully Prayoga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sefruit mahasiswa FEB gabut yang hobi wara wiri di internet. Ngampus dan mondok di IAI Tazkia Bogor, Prodi kuliahnya Manajemen Bisnis Syariah.

Selanjutnya

Tutup

Financial

3 Metode Populer untuk Mengatur Keuangan agar Terhindar dari Pinjol dan Paylater

1 Juni 2023   22:15 Diperbarui: 1 Juni 2023   22:14 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3 metode mengatur keuangan populer agar terhindar dari pinjol dan paylater

Pada kesempatan kali ini kami akan sedikit membahas mengenai sedikit tentang manajemen atau pengelolaan keuangan di kalangan mahasiswa agar terhindar dari pinjol/pinjaman online dan paylater dengan manajemen keuangan menggunakan metode Amelia Warren Tyagi, Jim Rohn dan Kakeibo.

Istilah Paylater dan Pinjol pada saat ini tidak asing lagi bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, Terkhususnya di kalangan Pelajar, Mahasiswa, Wiraswasta dan semua elemen masyarakat luas apalagi yang berkecimpung dalam dunia finansial atau keuangan.

Namun sering kali 2 alternatif yang seharusnya memberikan kemudahan dan solusi terhadap masalah finansial bagi kebanyakan orang ini untuk saat ini malah kerap menjadi Balada bagi beberapa pihak yang salah dalam memanfaatkannya.

Sebelum beranjak lebih jauh mari kita berkenalan dan mengetahui terlebih dahulu dengan apa itu yang dimaksud  Paylater dan Pinjol agar tidak salah dalam memahi 2 hal ini.

Pertama, Paylater sendiri berasal dari serapan bahasa inggris yang kurang lebih memiliki makna " Beli sekarang, bayar nanti adalah jenis pembiayaan jangka pendek yang memungkinkan konsumen melakukan pembelian dan membayarnya di masa mendatang ".

Sedangkan Pinjol sendiri adalah singkatan dari Pinjaman Online yang merupakan metode meminjam uang secara online atau daring. Melansir dari berbagai sumber, pinjol diartikan sebagai pinjaman tidak langsung dari bank tradisional.

 Istilah tersebut digunakan untuk memasukkan serikat kredit. Di sisi lain, pinjol kerap diartikan sebagai inovasi kredit yang berbasis jaringan (online) karena sebelumnya, kredit biasa dilakukan dengan bertransaksi secara langsung dengan pihak kreditur, seperti bank konvensional.

Nah, Akhir-akhir ini kita banyak mendengar berita mengenai kasus-kasus yang berkaitan dengan pinjol dan paylater ini, Salah satunya yang belum lama ini adalah kasus ratusan mahasiswa dari kampus Intitut Pertanian Bogor atau IPB yang terkena penipuan online hingga menyebabkan kerugian yang nominalnya mencapai 650 juta rupiah.

Kasus ini merupakan penipuan berkedok investasi dengan mengarahkan para mahasiswa untuk melakukan pinjaman di perusahaan pembiayaan dan fintech peer to peer lending legal yang kemudian uangnya digunakan untuk transaksi di toko online yang diindikasikan terafiliasi dengan pelaku penipuan.

Sebagai informasi kasus penipuan di Bogor dan menjerat ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor mendapatkan keringanan dari sejumlah platform fintech. Berdasarkan keterangan resmi Otoritas Jasa Keuangan, ada 121 orang dengan 197 pinjaman yang mendapatkan keringanan.

Tagihan peminjamannya mencapai Rp 650,19 juta, dengan tertinggi Rp 16,09 juta. Angka ini merupakan data yang berhasil dihimpun Posko Pengaduan Satgas Waspada Investasi (SWI) yang berada di kampus IPB sampai 23 November 2022 lalu.

Ada 4 platform yang digunakan untuk meminjam online yaitu Akulaku, Kredivo serta dua perusahaan di bawah grup Shopee yaitu Spaylater dan Spinjam.

Setelah kita melihat di atas mengenai banyaknya kasus penipuan terkait paylater dan pinjol yang bahkan korbannya adalah sekelas mahasiswa PTN top di Indonesia pasti muncul di benak kita akan hal ini bagaimana seharusnya seseorang mengatur keuangan pribadinya dan kiat apa saja yang harus diperhatikan agar seseorang itu tidak terjerumus kepada jeratan pinjol dan paylater, Apalagi sampai terjerat pinjol ilegal atau abal-abal yang pasti bakalan panjang dan ribet urusannya.

Bila kita berbicara tentang manajemen keuangan untuk kepentingan individu maka kita juga berbicara tentang manajemen gaya hidup. Dalam hal ini kita membuat permisalan bahwasanya kebutuhan dan keperluan seorang mahasiswa itu berbeda dengan kebutuhan seorang petani.

 Nah kalau dilihat sekilas seharusnya golongan mahasiswa yang stereotype-nya di masyarakat adalah orang yang terpelajar dan terdidik lebih melek dan aware dengan pengelolaan keuangan dibanding selainnya, Namun lagi-lagi begitulah dunia bekerja. Kecakapan seseorang dalam keuangan tidak bisa hanya dinilai dari background pendidikannya, Buktinya dalam kasus yang baru-baru terjadi kali ini saja yang menjadi korban adalah mahasiswa.

Menurut perencana keuangan dan CEO Zap Finance Prita Hapsari Ghozie, pada dasarnya pilihan menggunakan pinjol adalah karena kebutuhan yang besar, dan terkadang tidak sedikit orang yang sulit dalam membedakan kebutuhan dan keinginan.

“Memahami kebutuhan vs keinginan perlu dilakukan. Akar dari pengambilan pinjol umumnya adalah pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan,” kata Prita saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/10/2021).

 Prita menjelaskan, gaya hidup konsumtif merupakan hal yang tidak baik dilakukan, karena akan membebani finansial di masa depan. Apalagi jika sampai terlilit utang, tentunya ini akan menghambat tujuan keuangan. “Alasan orang melakukan pinjaman melalui pinjol beragam, mulai dari tanggungan yang terlalu banyak hingga ketidakmampuan mengatur gaya hidup,” kata dia.

Maka Untuk inilah pentingnya bagi setiap individu memahami cara memanajemen keuangan. Tidak sedikit pula kasus seorang yang memiliki penghasilan lebih banyak namun memiliki utang konsumtif yang lebih banyak pula.

Dalam buku All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan, Senator Elizabeth Warren dan putrinya, Amelia Warren Tyagi mempopulerkan sebuah prinsip 50/30/20 untuk mengatur keuangan. Prinsip ini pun sangat diminati oleh kaum milenial yang sudah mulai bekerja dan ingin belajar mengatur keuangan. Prinsip ini memiliki aturan dasar mengatur keuangan dengan membagi pendapatan setelah pajak dan mengalokasikannya untuk dibelanjakan 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan menyisihkan 20% untuk tabungan.

Contoh lainnya lagi adalah Metode Budgeting 70-10-10-10 yang dipopulerkan oleh Jim Rohn, seorang pengusaha Amerika, penulis dan pembicara motivasi. Beliau membagi seluruh penghasilan yang kita dapatkan ke dalam empat kelompok. Secara sederhana, distribusinya adalah sebagai berikut.

  • 70 – Habiskan 70% pertama penghasilan Anda untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk pula di dalamnya hiburan.
  • 10 – Simpan 10% pertama dari penghasilan tersebut untuk dana masa depan Anda
  • 10 – Investasikan 10% kedua dari penghasilan Anda
  • 10 – Bagikan 10% ketiga untuk yang lebih membutuhkan.

Dalam metode budgeting tersebut, Jim Rohn mengalokasikan sebagian dari penghasilannya untuk investasi dan dana pensiun. Apabila dibandingkan dengan prinsip Warren, dari 20 persen tabungan, Jim Rohn hanya menyisihkan 10 persen untuk ditabung dan 10 persen lagi diinvestasikan dengan harapan akan menghasilkan pendapatan lagi di masa depan. Dalam memutuskan berinvestasi pun harus memiliki pengetahuan yang lebih lanjut, jangan sampai dana yang kita investasikan malah tidak memberikan keuntungan atau bahkan merugi.

Selain itu, ada pula sebuah metode pengaturan keuangan yang cukup terkenal dan banyak dilakukan para ibu rumah tangga di Jepang bernama kakeibo ,yang artinya buku besar atau catatan keuangan rumah tangga. Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1904 oleh seorang jurnalis bernama Makoto Hani. Di tahun 2017, metode ini kembali dipopulerkan melalui sebuah buku yang ditulis oleh Fumiko Chiba berjudul Kakeibo: The Japanese Art of Saving Money. Dalam buku ini, ada empat pertanyaan penting yang harus dijawab apabila ingin memiliki kondisi keuangan yang lebih baik:

  • Berapa banyak uang yang kamu miliki?
  • Berapa jumlah uang yang ingin kamu simpan?
  • Seberapa besar dana yang rutin kamu belanjakan?4
  • Bagaimana kamu bisa meningkatkan uang yang kamu tabung?

Fumiko percaya bahwa metode kakeibo dapat mengubah pandangan kita terhadap uang dan membuat kita jadi lebih wawas dalam mengelola keuangan.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode kakeibo adalah:

  • Catat seluruh pemasukan yang kamu terima di awal bulan, baik dari pemasukan rutin seperti gaji bulanan maupun penghasilan tambahan.
  • Sisihkan uang yang ingin kamu tabung di bulan tersebut.
  • Alokasikan sisanya ke dalam beberapa pos pengeluaran yang terbagi menjadi empat kategori:
  • - Survival atau kebutuhan pokok seperti biaya makan, tagihan, cicilan, dan kewajiban lainnya.
  • - Optional atau kebutuhan sekunder mencakup hiburan, makan di luar, dan sebagainya.
  • - Culture atau kebutuhan untuk tambah wawasan contohnya buku, film, majalah, dan lain-lain.
  • - Extra atau pengeluaran lainnya seperti kado, perbaikan rumah, pemeliharaan kendaraan bermotor, dan sebagainya.

Walaupun begitu, kamu bisa menyesuaikan sendiri pos-pos pengeluaran di atas sesuai kebutuhan, misalnya dengan membuat pembagian yang lebih spesifik lagi.

  • Siapkan beberapa amplop untuk menyimpan alokasi dana dari pos-pos pengeluaran tersebut. Kamu bisa memilih amplop dengan warna berbeda, beri nama untuk setiap amplop sesuai tujuan pengeluaran. Jangan lupa untuk mencatat pengeluaran yang kamu lakukan dari setiap amplop.
  • Di akhir bulan, lakukan evaluasi terhadap aktivitas keuangan yang telah kamu lakukan. Cek amplop atau pos mana yang yang berhasil menghemat banyak dan mana yang menghabiskan lebih dari budget. Dengan mengetahui hal ini, kamu bisa menyesuaikan budgeting untuk di bulan selanjutnya

Jika seiring berjalannya waktu kamu berhasil menekan pengeluaran dan menghemat lebih banyak uang, berarti kamu berhasil mengimplementasikan kakeibo.

Dewasa ini, banyak sudah cara-cara mengatur keuangan yang dapat kita pedomani dari tokoh-tokoh sukses. Mungkin dahulu kita hanya berfokus pada bekerja dan menghasilkan banyak uang, namun belum memahami bagaimana cara mengatur uang yang kita dapatkan.

Sering kali kita mendapati diri kita sudah kehabisan uang di akhir bulan tanpa sadar kemana saja pengeluaran tersebut kita gunakan. Untuk itulah pentingnya memanajemen keuangan, tentunya dimulai dari memanajemen gaya hidup kita. Keputusan untuk mengatur keuangan pun membutuhkan komitmen dan konsistensi pada diri sendiri. Apapun metodenya, tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas.

Mungkin tips ini dapat membantu kita agar bisa terhindar dari jeratan pinjol dan paylater dan kedepannya dapat menjadi pegangan dan pedoman dalam mengatur keuangan yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun