petang menjelang malam
di sebuah halte sepi
aku duduk sendiri
berteduh dari derasnya hujan yang menjajahi bumi
sebagian airnya tempias mengenai wajahku
menembus hingga menyentuh dinding hatiku
hatiku yang tengah rawan; gelisah tak menentu
hujan masih sangat deras
airnya yang menimpa atap halte menimbulkan suara-suara yang berirama, seperti suara ribuan senapan di tengah medan perang
lalu seketika aku merasa iri
saat melihat sepasang kekasih berlari riang menembus hujan tanpa payung hitam, tanpa kesedihan
o, bahagia sekali mereka
seolah air hujan adalah alunan musik riang; pengiring langkah mereka yang sedang diliputi cinta
sementara ...
di sini aku hanya diam saja, duduk termangu
berteduh
sabar menanti kedatanganmu yang entah hingga berapa lama lagi aku diam menunggu.
~SirriSaqti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H