Mohon tunggu...
siroj wijaksono
siroj wijaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Membaca Mendengarkan dan Menulis

Menulis adalah hal yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ritual Ambiyonan di Desa Mronjo

29 Juli 2021   15:27 Diperbarui: 29 Juli 2021   15:57 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Serat Ambiyo/dokpri

Budaya merupakan adat istiadat yang tetap lestari hingga saat ini. Adat istiadat atau tradisi memiliki artian sesuatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari suatu kelompok masyarakat tertentu berlaku secara turun temurun melalui lisan berupa cerita atau informasi tulisan berupa kitab-kitab kuno atau juga berasal dari catatan-catatan prasasti. Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama islam, dengan komunitas muslim terbesar di dunia jika dibandingkan negara-negara muslim lainya. 

Sebelum islam masuk di indonesia, khususnya pulau jawa masyarakat pada waktu itu menganut kepercayaan agama Hindhu-Budha yang banyak di peluk oleh kalangan kerajaan. 

Sedangkan kalangan awam memiliki kepercayaan animisme. Walaupun ketiga kepercayaan lama itu berbeda tetapi ketiganya memiliki satu titik tumpu yang sama yang kental dengan nuansa mistik dan berusaha mencari sangkan paraning dumadi (kemana tujuan nantinya setelah hidup manusia berakhir) serta mendambakan manunggaling kawula gusti (menyatunya manusia dengan Tuhan).

Agama identik dengan kebudayaan, karena keduanya sebagai pedoman dan petunjuk manusia untuk mengarungi kehidupan ini. 

Bedanya agama berisikan pedoman dan petunjuk berasal dari Tuhan sedangkan budaya pedoman dan petunjuk berasal dari kesepakatan manusia. 

Ketika agama islam datang pada masyarakat, sebenarnya masyarakat sudah memiliki petunjuk yang menjadi pedoman tetapi sifatnya masih lokal.

Ada atau tidaknya agama masyarakat akan tetap hidup dengan pedoman lama yang mereka miliki itu. Dengan masuknya agama islam tentu membawa kebudayaan baru yang akan berinteraksi dengan kebudayaan lama dan besar kemungkinan merubah budaya lama tersebut.

Agama islam memberikan tanganggapan atas budaya lokal, adat istiadat atau tradisi di manapun dan kapanpun, dan mau menerima budaya dan tradisi tersebut dengan catatan tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. 

Islam yang berkembang di jawa sangat kental dengan tradisi dan budayanya. Tradisi dan budaya jawa hingga saat ini masih mendominasi tradisi  dan budaya nasional di Indonesia. 

Dalam hal ini nama-nama tradisi jawa sangat akrab di telinga bangsa Indonesia begitu juga jargon-jargon atau istilah-istilah Jawa. Hal ini menandakan budaya jawa cukup memberi warna dalam berbagai permasalahan bangsa dan negara Indonesia.

Dalam sudut pandang Islam tradisi dikenal dengan kata Urf yaitu secara bahasa berarti sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat. Al-urf (adat istiadat) yaitu sesuatu yang sudah diyakini mayoritas orang, baik berupa ucapan atau perbuatan yang sudah berulang-ulang sehingga tertanam dalam jiwa dan diterima oleh akal mereka. Secara istilah Urf adalahSesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan.

Salah satu tradisi, adat istidat, budaya, yang tidak bertentangan dengan hukum syara' dan tetap lestari hingga saat ini adalah Pembacaan Serat Ambia di desa Mronjo.  

Serat Ambiya adalah naskah yang berisi sejarah para nabi, dimulai dari cerita Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Saw. Pada naskah ini juga banyak ditemukan informasi tentang tanggal kelahiran atau meninggalnya keluarga pemilik atau penyalin naskah ini. Teks ini telah dibuat ringkasannya oleh Suwandi di Surakarta pada bulan Juli 1929 yang disisipkan dalam naskah. Isi dari serat Ambia adalah tembang macapat yang menjelaskan sejarah para nabi. 

1) asmaradana; 

2) sinom; 

3) dhandanggula; 

4) pangkur; 

5) mijil; 

6)durma; 

7) asmaradana; 

8) pangkur; 

9) dhandanggula; 

10) mijil; 

11) dhandanggula; 

12) asmaradana; 

13) sinom; 

14) mijil; 

15) durma; 

16) pangkur; 

17) dhandanggula; 

18) asmaradana; 

19) maskumambang;  

20) kinanthi; 

21) sinom; 

22) dhandanggula; 

23) pangkur; 

24) durma; 

25) megatruh; 

26) asmaradana; 

27) durma; 

28) pangkur.

Asal usul Serat Ambia di desa Mronjo ada dua versi, versi pertama mengatakan Serat Ambia berawal ketika Kyai Mashadi menemukan kitab berbahasa arab peninggalan ayahnya Kyai Haji Ibrahim ketika menemukanya beliau tertaarik dan langsung menelitinya, ternyata hasilnya berupa sejarah para nabi mulai dari nabi Adam hingga nabi Muhammad Saw lalu beliau mengalihbahasakan dari bahasa arab ke bahasa jawa pegon . 

Kyai ibrahim sendiri adalah pendakwah yang berasal dari Jawa Tengah beliau berdakwah dari satu tempat ke satu tempat yang lain hingga akhirnya menetap di desa mronjo dan mendirikan Masjid Al-Ibrohimy sebagai sarana dakwah islam. V

ersi kedua mengatakan Serat Ambia ini sudah ada sejak dulu dan diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain dari KH. Ibrohim diwarikan kepada putranya KH. Qosim diwariskan lagi kepada putranya KH. Mufti Ibrahim diwariskan lagi yang terakhir kepada KH. Mashadi.

Serat Ambiya  menurut H. Samsul Ma'arif terdiri dari dua bahasa. Kata Serat berasal dari bahasa jawa yang memiliki arti layang atau naskah sedangkan kata Ambiya berasal dari bahasa arab Ambiya' yang memiliki arti para nabi. Jadi bila digabungkan kata serat dan ambiya memilik arti naskah yang berisi cerita para nabi. 

Dalam pelaksanaanya di kampung-kampug serat ambiya lebih dikenal dengan istilah Ambiyonan yaitu pembacaan sejarah nabi, kisah-kisah para nabi  yang dicurahkan dengan tembang jawa dalam pembacaanya ini juga di iringi musik jedor. Musik jedor itu terdiri atas beduk kecil, kendang, terbang. Ambiyonan ini dilaksanakan setiap malam kamis kliwon di rumah warga sekitar secara bergilir.

Selain rutinan setiap malam kamis kliwon Ambiyonan juga dilaksanakan ketika Jagong bayi, mantu, boyongan, bersih desa atau acara hajat-hajat yang lain. Dengan wasilah pembacaan Ambiyo diharapkan bisa menjadi terkabulnya hajat, dimudahnya urusan, berkahnya setiap perkara yang di lakukan. Ritual Ambiyonan yang sudah turun temurun di laksanakan ini menyimpan cerita mistik, unik, di luar nalar manusia. 

Seperti yang di tuturkan oleh H. Samsul Ma'arif ada orang sakit stroke sudah berobat kemana-mana tetapi hasilnya tetap sama tidak ada perubahan sama sekali, tetangga rumahnya menyarankan agar mengundang Ambiyonan dengan wasilah pembacaan ambiyo semoga penyakitnya lekas sembuh.  Ketika di undang kerumahnya salah satu seorang kyai meminta satu botol air putih tutupnya dibuka lalu disandingkan dengan pembacaan ambiyo, setelah pembacaan selesai air tersebut diminumkan kepada orang yang sakit stroke tadi dan ajaibnya selang beberapa hari setelah minum air tersebut bapak yang strok tadi sembuh total. 

Cerita lain di tuturkan oleh Mbah Juri, dulu ketika zaman jepang kitab Serat Ambiya sangat diburu karena dinilai membahayakan sampai-sampai dari pihak jepang  mengadakan syaimbara siapa saja yang berhasil menemukan kitab itu akan diberi hadiah yang besar ada salah satu mata-mata dari pihak jepang yang melihat kitab itu disembunyikan diantara pepohonan tebu, 

lalu kepala tentara jepang beserta anak buahnya langsung mendatangi lokasi tersebut dan membakar habis pohon tebu yang ada di sana setelah puas mereka akhirnya pergi, keesokan harinya pemuda yang meletakkan kitab diantara pohon tebu itu lewat dan merasa tekejut melihat pepohonan tebu sudah hangus tak tersisa satu pun, 

tanpa pikir panjang pemuda tersebut mencari-cari dimana kitabnya setelah lama mencari bolak-balik akhirnya pemuda tersebut berhasil menemukan kitabnya dan ajaibnya kitab itu masih utuh tidak terbakar sedikitpun. Budaya warisan leluhur memang aneh tetapi mengandung nilai berkah tersendiri di dalamnya, kita sebagai pemuda seharusnya bangga karena beragamnya budaya yang kita miliki, kita juga harus berperan aktif dalam melestarikan budaya yang telah ada.

                                                                                                   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun