Mohon tunggu...
siroj wijaksono
siroj wijaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Membaca Mendengarkan dan Menulis

Menulis adalah hal yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mas Kawin Pot Bunga

28 Juli 2021   22:07 Diperbarui: 28 Juli 2021   22:26 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di setiap pagi bapak masih sama seperti biasaanya menyirami bunga-bunga dan segala tanaman yang hidup di kebunnya. Mungkin karena sudah menjadi hobi, kegiatan sederhana seperti itu tetap lestari sampai saat ini, sampai sampai se-sibuk apapun bapak selalu meluangkan waktu demi sekadar menyirami bunga-bunga dan segala tanaman itu. 

Bagiku kegiatan bapak ini terasa ganjal dan aneh, karena kegiatan seperti itu lumrahnya dilakukan seorang perempuan yang secara naluri memang menyukai bunga-bungaan dan tanaman, tetapi biarlah asal bapak tidak lalai dengan tanggung jawabnya.

Kalau ibu beda lagi ceritanya, ibu juga memiliki hobi yang aneh dan masih mengganjal di pikiranku sampai saat ini. Di setiap pagi kalau bapak selalu sibuk dengan segala tanamanya, ibu sibuk dengan memberi makan sapi-sapi peliharaan bapak, bahkan tidak sampai situ saja, ketika makanan sapi-sapi itu telah habis ibu selalu ngeeyel untuk ikut mencarikanya. Hemm.. memang keluarga aneh. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bapak dan ibu di setiap paginya membuatku bertanya-tanya dengan diriku sendiri dan menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk memecahkanya.

Sejenak, kubaringkan tubuhku di atas kasur dan mencoba kembali memikirkan kembali kebiasan-kebiaasaan unik kedua orang tuaku. tetapi belum sempat ku mencari solusinya, mataku sudah terpejam, daya fikirku terhenti yang ada hanya hembusan nafas silih berganti dalam setiap detiknya itu tandanya aku sedang tertidur pulas. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat suara teriakan ibu di balik pintu kamarku terdengar begitu keras yang otomatis membangunkanku, kupalingkan wajahku ke arah jam ternyata sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB, itu artinya aku harus segera mandi dan bergegas berangkat Madin.

Setibanya di Madrasah dari kejauhan terdengar suara ustad Farhan sedang menerangkan, membuat langkahku menjadi terbirit-birit dan napasku ngos-ngosan ibarat seseorang yang dikejar-kejar anjing lapar. Tepat di depan pintu semua pandangan tertuju padaku, "Lho Ardan kok baru datang?" Tanya ustad farhan. 

"Ja-ja-di, be-be-gi-ni ustadz," suaraku yang terbata-bata ditambah nafas yang ngos-ngosan sejenak menenagkan diri lalu kucoba menjelaskan atas apa yang baru saja ku alami.

"Jadi ceritanya begini ustadz di tengah perjalanan menuju kesini, lebih tepatnya di depan warung Bu Nanik terjadi kecelakaan, seorang anak kecil yang sedang mengejar layang-layangnya lalu secara tidak sengaja dari arah berlawanan sepeda motor dengan kecepatan tinggi menghampirinya kejadian itu tidak bisa membuatku diam saja, nuraniku tergerak untuk sesegera mungkin menolongnya, tanpa pikir panjang aku menghampirinya, darah merah segar tercecer di aspal itu akan membuat siapa saja yang melihatnya merasa iba padanya. 

Namun naasnya jalan depan warung Bu Nanik sepi hampir 10 menit ku teriak tolong... tolong.. belum ada satupun warga yang datang ketika perasaanku hampir putus asa, sebuah mobil datang menghampiri kami tanpa berpikir panjang langsung saja bergegas menuju rumah sakit terdekat. 

Setibanya di rumah sakit bapak itu bertanya-tanya yang intinya mempermasalhkan pakaian yang ku kenakan yaitu baju koko lengkap dengan sarung dan kopyah dari situ aku baru sadar bahwa waktu itu sedang perjalanan menuju madin. Aku kebingungan tapi rupanya bapak itu sudah mengetahui maksudku, segeralah aku berpamitan dan memohon kepadanya untuk menjaga bocah kecil itu dan aku berjanji kepadanya setelah madin usai untuk kembali lagi. Begitu ceritanya ustadz.

Kalau begitu ustadz maklumi, tapi kamu tidak sedang ngarang cerita kan ?.Demi Allah, tidak ustadz. Kalau ustadz tidak percaya, ustadz bisa ikut setelah madin ini usai kita bisa bersama-sama menjenguknya. Ok, silahkan duduk terlebih dahulu. Dari Penjelasan mengenai Kalam bisa dipahami, adakah yang kurang jelas, silahkan bertanya tanya ustad farhan kepada seluruh santri madin. 

Karena tidak ada yang bertanya ustad farhanlah yang bertanya dan beliau langsung menunjuk salah satu dari kami, coba amir jelaskan ulang Apa yang dimaksud dengan kalam,?. Kalam adalah lafadz, mufidz, dan musnad. Sementara lafadz adalah suara huruf hijaiyah. Mufidz berarti sekiranya memahamkan pendengar. Dan musnad yaitu disandarkan/disandingkan dengan lafadz lain. Contohnya bisa kita lihat lafadz Koma zaidun, jawab amir dengan penuh percaya diri.

Setelah waktu madin usai, Ustad Farhan datang menghampiriku  katanya tertarik dengan ajakanku untuk menjengguk bocah yang kuselamatkan tadi. Ustad farhan memang pribadi yang tidak mudah percaya begitu saja dengan omongan orang lain, namun di sisi lain ia menjadi tauladan bagi kami karena kedisiplinan dan kecerdasaannya, hampir setiap hari ketika mengajar beliau selalu hadir terlebih dahulu ketimbang santri (murid) nya ditambah lagi penjelasan yang disampaikan mudah diterima akal.

Sesampainya di rumah sakit, betapa terkejutnya beliau, ternyata yang terbaring di ruang itu tidak lain adalah keponakanya sendiri. Susana menjadi hening dan kulihat tetesan air mata keluar dari mata beliau, menambah suasana menjadi hening dan haru tanpa mengucap sepatah kata ustad langsung meninggalkan ruangan. Di luar ruangan beliau nampak sibuk mengusap air matanya, hal itu membuatku iba atas musibah yang baru menimpanya. Karena jam telah menunjukkan pukul 20.00 aku memberanikan diri meminta izin pulang, walaupun di sisi lain berat sekali untuk membiarkan beliau sendiri.

Kupercepat langkahku karena hari sudah gelap, ditambah belum mengasih kabar pada bapak dan ibu, takutnya mereka khawatir, namun ketika turun ke lantai dua dari belakang aku menjumpai sosok mirip banget dengan bapak yang berperawakan tinggi, besar, dan pakaianya apalagi sangat mencolok seperti pakaian bapakku sehari-hari. Rasa dag dig dug der menyelimuti hati ini seketika, ingin banget kuhampiri walaupun hanya untuk memastikan kalau itu memang bapakku atau orang lain. Tetapi rasa takut ke khawatiran yang dirasakan orang tuaku membayang tak kalah dahsyat.

Setelah setengah jam lebih akhirnya ku sampai rumah, belum juga turun dari sepeda motor  Pak Din datang menghampiri dengan muka menelas beliau memberikan kabar bahwa ibuku mengalami kecelakaan dan kini tengah dirawat di rumah sakit H. Agus Salim. 

Mendengar jawaban Pak Din, membuatku kaget, pasalnya rumah sakit yang disebut Pak Din sama dengan rumah sakit tempat bocah cilik tadi dirawat ditambah di lantai dua aku bertemu dengan seorang yang mirip dengan bapak. Dan misteri itupun terjawab ketika sampai di depan rumah sakit, kami berpapasan, bapak langsung membawaku menuju tempat di mana ibu dirawat. Di balik kaca pintu rumah sakit itu ku lihat ibu tertidur pulas, tangannya memakai infus sementara kepalanya di balut perban, kata bapak ibu adalah korban tabrak lari.

Aku sebagai anaknya merasakan duka yang sangat mendalam, bagaimana dengan bapak selaku suaminya.  Tapi bapak beda denganku tidak cengeng dan memiliki kesabaran yang ekstra. Semenjak aku kecil belum pernah rasanya dimarahi, ketika berbuat salah bapak hanya menegur itupun dengan nada halus. Karena ibu belum juga bangun, bapak mengajakku keluar sebentar untuk mencari makan malam. 

Kebetulan di depan rumah sakit, agak kebarat sedikit itu  terdapat warteg Bu Salamah dengan menu favoritnya Nasi Belut Sambal Terasi. Aku makan dengan lahap karena memang baru makan satu kali hari ini disisi lain aku juga ingin segera kembali melihat ibu siapa tahu sudah sadar. 

etapi di sela-sela makan bapak memberikan pesan, Ardan setelah ini kamu pulang saja ibumu biar bapak yang jaga, kamu perlu istirahat karena besok kamu sekolah, tetapi jangan lupa ya sebelum berangkat sekolah sirami dahulu tanaman-tanaman bapak di belakang rumah. Pak, kenapa dalam situasi seperti ini kok masih saja memikirkan tanaman itu. Padahal bapak juga punya sapi yang harus dikasih makan, tanyaku penasaran

Ooo iya bapak lupa, sekalian ya sapinya kamu kasih makan juga. Bagi bapak tanaman-tanaman itu jauh lebih penting daripada sapi-sapiku itu, memang kalau di jual harganya berbanding jauh. Tetapi ini bukan soal harga. Tanaman tanaman itu adalah sebagian ruh dari ibumu. Maksudnya bagaimana pak, telisik ku lebih mendalam lagi tanpa basa-basi dengan suara pelan dan penuh penghayatan bapak langsung memulainya.

Dulu ketika masih muda ibumu adalah wanita pilihan, setiap pemuda yang ingin mendekatinya pasti kirim surat terlebih dahulu dan ketika disetujui baru dia bisa bertemu. Memang ibumu itu cantiknya luar dalam, wajahnya bersih, bibirnya tipis, dan lekuk tubuhnya yang pas ditambah kalau tersenyum perpaduan antara lesung pipi, bibir tipis dan wajah yang bersih pasti akan membuat mata lelaki manapun yang memandangnya melongo dan ingin terus memandangnya.

Cantik dalamnya ibumu adalah salah satu santri Kyai Nawir yang mampu meghafalkan Alfiyah tiga bulan saja plus ma'nanya. Beda dengan kebanyakan pemuda lainya bapak mu ini langsung datang kerumah ibumu dengan bekal niat dan satu pot bunga mawar berukuran kecil. Kedatang bapak mu ini  disambut seperti layaknya tamu yang lainya menanyakan ada keperluan apa, asal, pekerjaan, pendidikan. Langsung saja waktu itu dengan agak grogi bapakmu menyampaikan maksud ingin melamar ibumu. 

Kakek mu terdiam sejenak mendengar maksudku, beliau malah menanyakan pot bunga mawar kecil yang ada disebalah. Langsung saja ku jawab: "Begini pak, tanaman mawar dalam pot kecil ini ibarat cinta ku pada putri bapak, Aku memberikannya utuh bukan setangkai-tangkai yang akan menjadikannya layu begitupun cinta ku pada putri bapak yang utuh bukan setengah-setengah. 

Akan ku berikan semuanya-seutuhnya apapun yang menjadikannya bahagia. Dari sekian pemuda yang pernah datang ke rumahnya memang bapaklah yang beruntung apalagi setelah mengetahui kalau bapakmu ini adalah santrinya Kyai Husen hubungan kami menjadi lebih erat dan harmonis menjadi wasilah terkabulnya niat mulia bapakmu ini yaitu menikahi ibumu. Tepat pada hari kamis 17 Juli 1989 terlaksanakanlah upacara sakral itu lengkap dengan rukun, syarat, dan segala ketentuan yang berlaku. 

Dan setelah ucapan "Saya terima nikah dan kawinya Ratna Dewi binti Imam Bukhori dengan Mas Kawin seperangkat Alat Shalat dan Pot Bunga Mawar di bayar tunai." ditambah sorak hadirin mengatakan "SAH" disaat itulah amanat mulia dan tanggung jawab besar berpindah kepadaku. Seketika itu juga ku ikrar kan dalam hatiku sedalam-dalam "Kekasih kualah Bunga Mawar itu dan akulah Potnya tempat engaku tumbuh dan  berkembang dalam Kebahagiaan. Kekasih Kita adalah sepasang yang telah disatukan ikatan suci itu seperti halnya aku tanah dan engkau tanaman itu. Tumbuh subur di atas Cinta dan Kasih sayang."

Mendengar cerita  bapak panjang lebar tak ada ujungnya sama halnya dengan seorang anak kecil yang sedang mendengarkan dongeng sebelum tidur dan memang setelah kejadian itu aku tertidur pulas, bangun-bangun sudah berada di kamar. Suara kicauan burung dan ayam jantan berkokok riuh saling bersahutan  membuatku terbangun segeralah ku ambil air wudhu dan ku tunaikan ibadah shubuh dalam sujud ku berdoa semoga ibu segera di beri kesembuhan dan semoga kami di beri kesabaran atas cobaan ini, dan aku berharap hari ini adalah awal kami akan merasakan kebahagiaan kembali sampai seterusnya.

Sebelum berangkat sekolah aku melihat bapak duduk sendiri di teras rumah, ku hampiri dan diajaklah aku ke suatu tempat yang tidak lain adalah taman bunga dan tanaman-tanaman itu. Ketika telah sampai bapak menunjukkan ku pada pot bunga mawar yang berada di tengah taman itu, lalu berpesan: " Anak ku jika kau mencintai seseorang jadikanlah kekasihmu itu layaknya bunga yang selalu engkau rawat dengan setulus hati sehingga cintamu menjadi mekar indah berseri-seri, Abadi!".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun