Awalnya Ganjar lah yang dipersepsi sebagai penerus Jokowi, itu kenapa surveynya selalu paling tinggi. "Rambut putih" Ujar Jokowi di hadapan relawannya, merujuk ciri-ciri pemimpin yang bekerja keras. Tapi tampaknya PDIP tidak suka karena Jokowi mendahului sang ketua umum, Megawati Soekarno Putri.
Belum lagi, tampaknya Jokowi awalnya ingin memasangkan Prabowo dengan Ganjar atau Ganjar dengan Prabowo.PDIP sebagai partai pemenang tidak mau jika Ganjar menjadi wakil, Gerindra telah deklarasi bahwa Prabowo adalah capresnya."Partai saya mendeklarasikan saya sebagai capres" ujar Prabowo saat menanggapi isu duetnya dengan Ganjar.
Situasi itu tampaknya membuat Jokowi harus memilih, dan dengan masuknya Gibran menjadi wakil Prabowo, sudah pasti Jokowi memilih ketua umum Gerindra itu sebagai penerusnya, sekalipun dengan resiko dicap sebagai pengkhianat. Bagaimana tidak, PDIP yang menjadi kendaraannya sejak walikota Solo ditinggalkannya begitu saja. Bukan hanya itu, PDIP juga menjadi batu loncatan politik bagi anak dan menantunya.
Di lain sisi, Anies Baswedan malah tampak begitu keren di mata saya. Acara desak Anies benar-benar bagus, saya melihat ini orang benar-benar bertarung sendirian. Cak imin, wakilnya yang juga adalah Ketua Umum PKB tampak kurang menggigit.Â
Demikian juga dengan partai pengusung, terutama Nasdem, seperti kurang totalitas.Anies banyak dipuji di kalangan anak muda, bahkan Anies disebut mampu membawa kampanye pada level yang lebih tinggi. Muncul gambar-gambar dimana filsuf jaman dulu dikelilingi rakyat lalu bertanya jawab, persis seperti yang dilakukan Anies, itulah demokrasi, dialog, bertanya jawab. Anies disebut membawa demokrasi pada naturenya, pada semurni-murninya demokrasi.
Anies diremehkan di awal, diprediksi gagal nyapres, hingga disebut batal didaftarkan ke KPU di menit-menit akhir karena partai pengusung akan membelot. Namun faktanya, wow, Anies menyalip Ganjar, dan bertengger diposisi kedua menurut perhitungan sementara KPU.
Kembali pada situasi Ganjar Pranowo, apakah semua ini terjadi karena PDIP yg arogan, ya bisa jadi. Tanpa membenarkan pengkhianatan Jokowi pada PDIP (juga demokrasi menurut banyak pandangan) Gibran yang lolos memanfaatkan pelanggaran etik di MK, juga kontroversi Anwar Usman, tampaknya PDIP lupa yang duduk didepan Megawati adalah Presiden, juga orang berusia di atas 50 tahun.
Beredar viral bagaimana Megawati, entah bercanda atau tidak, tapi dengan nada dan bahasa yang tidak enak didengar berkata "Pak Jokowi ini kasihan loh kalau tidak ada PDIP." Kurang lebih begitulah kalimatnya, dan tampak dibangku paling depan Jokowi tersenyum kecut, senyum yang dipaksakan. Tapi pada moment itu tampak runtuh wibawa seorang Presiden.
Coba lihat di media sosial, begitu banyak orang yang ingin memilih Ganjar karena ada sosok Profesor Mahfud MD sebagai wakilnya, malah membatalkan niatnya karena dibelakangnya ada PDIP. Minimal di antara kawula muda, semangat anti banteng itu ada. Padahal bisa jadi PDIP tidak seburuk itu, terbutki dalam isu Jokowi meminta 3 periode dan isu Jokowi meminta perpanjangan masa jabatan presiden, PDIP adalah partai yang paling keras menentangnya.
Padahal kalau jabatan Jokowi diperpanjang sebagai presiden, PDIP lah yang untung sebagai partai penguasa. Maka kekalahan Ganjar adalah kekalahan positioning, Ganjar dihadapkan bukan hanya pada Prabowo dan Anies, tapi juga pada perseteruan halus PDIP dan Jokowi.Ganjar ingin mengkritik pemerintah, yang mimpin adalah PDIP, Ganjar mau memuji-muji pemerintah tapi pemerintah (baca Jokowi) kurang akur dengan PDIP.Â
Maka jika ditilik dari positioning, Prabowo sangat nyaman, Anies tak punya dilema apapun, Ganjar...hmm situasinya rumit, seperti sepasang kekasih yang putus karena beda agama tapi sebenarnya nyaman dan tak ada yang mau mengalah soal keyakinannya..