Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Gunung Sampah Gedebage: Renggut Hak Lingkungan Bersih Buntut Kelola Pasar

23 Maret 2023   13:30 Diperbarui: 24 Maret 2023   13:44 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun begitu, ketidaknyamanan sampah menumpuk sangat dirasakan anak-anak ketika pengangkutan sampah oleh armada. Selain itu, orang-orang yang hendak bersekolah di PAUD ini

terbilang minim. Dewi mengatakan lingkungan sekolah dan aroma sampah menyengat menjadi penyebab utama.

"Menimbulkan bau itu yang gak sedap, ini tuh sangat mengganggu sekali, cara satu-satunya ibu untuk menghindari bau itu pake masker gitu," keluh Dewi (8/8).

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) perubahan iklim COP26 dalam resolusi nomor 43/13 pada Jumat, 8 Oktober 2021 kemarin. Mereka menetapkan hak atas lingkungan bersih, sehat dan berkelanjutan sudah menjadi Hak Asasi Manusia (HAM).

Demikian, Dewi sekali-kali pergi ke kelurahan maupun kecamatan untuk menyampaikan keluhan. Ia masih menyimpan harapan agar segera diangkut sampah-sampah yang tertumpuk. "Untuk ke depannya ibu pengen dipercepat sampah ini di beresin. Ya, itu yang gangguan nomor satu. Kasian," tutur Dewi.

Pengelolaan Sampah Mandiri 

Di sisi lain, TPS Gedebage menampung sampah 4 kecamatan di daerah Bandung Timur, dari Panyileukan, Cinambo, Gedebage dan Cibiru. Taufik menyinggung pengelolaan sampah secara terpisah antara pasar dan warga. Saat TPA Sarimukti penuh, penumpukan kian menjadi-jadi.

Sebagai Kepala pasar, ia mengaku akan melakukan beberapa terobosan. Dimulai memilah dan mengolah sampah organik untuk dicacah. Lalu, air hasil sampah berguna untuk pupuk cari. Terakhir, mengolah sampah menjadi bahan pakan untuk magot.

Untuk mencapai terobosan, Taufik pernah mengundang akademisi dari Universitas Bhakti Kencana meneliti pembuatan ekoenzim di Pasar Gedebage. Ekoenzim merupakan larutan atau cairan hasil fermentasi dari limbah organik dengan bantuan mikroorganisme dan memiliki beragam kemanfaatan.

"Namun ada kendala di yang lain yaitu di marketnya, ketika sudah jadi ekoenzim kita gak bisa jual, sehingga perputarannya belum ada, kan ketika terjual hasilnya bisa membeli lagi bahan baku untuk pembuatan ekoenzim," sambungnya.

Saat ditanya perihal regulasi, fakta yang terjadi sangatlah kompleks. Taufik mengungkapkan pasar Gedebage merupakan pasar unik diantara pasar yang lain. Unik dikarenakan satu-satunya pasar yang bisa dilalui Angkutan Kota (Angkot), memiliki RW dan RT, dan pemerintah kebingungan membentuk regulasi.

"Tapi, akhirnya (pemerintah) kita buangkan aja ke TPS Terpadu, pengelolaan sampah di sini akhirnya. Sehingga ke depan sampah itu tidak keluar dari pasar ini, diolah di sini juga," lanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun