Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gaslighting, Komunikasi Manipulatif Perusak Mental dalam Hubungan Manusia

7 Maret 2023   22:55 Diperbarui: 7 Maret 2023   23:04 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perilaku gaslighting/Pexels 

Setiap manusia selalu terjalin hubungan dengan manusia lain, bisa berupa hubungan formal seperti pegawai dengan bos, maupun hubungan non-formal, seperti persahabatan, pertemanan, asmara dan keluarga. 

Dalam berhubungan yang memerlukan komunikasi verbal, kadang ditemukan orang-orang yang berusaha mendominasi lawan bicara dengan bermanipulasi, hal ini dikenal gaslighting.

Perilaku ini sering terjadi dalam hubungan bersama pasangan, biasanya akan terlihat ketika merasa hubungan yang dibangun sudah menjadi toxic karena pasangan melakukan tindak kekerasan, menipu, mempermainkan perasaan hingga perselingkuhan. 

Pelaku atau gaslighter disini mencoba mengarahkan pembicaraan yang menyudutkan korban, juga kerap tersalahkan jika muncul konflik dalam hubungan.

Pengertian Gaslighting 

Mengutip dari kompas.com, perilaku gaslighting adalah jenis kekerasan mental atau emosional yang membentuk ketidakpercayaan dan keraguan dalam memandang realitas dengan sengaja. Sederhananya, gaslighter akan mengontrol emosional korban dengan menciptakan narasi palsu dan sesat agar korban mempertanyakan realitas pada dirinya.

Tindakan gaslighter dilakukan secara terbuka dan konsisten pada cerita buatannya, tentu sikap berbohongnya membuktikkan korban benar-benar salah. 

Misalnya dengan kata-kata populer "kamu terlalu dimasukkan ke hati" yang menunjukkan kalau korban sedang menghadapi masalah dan bereaksi berlebihan akan bertanya-tanya tentang kontrol emosinya. Lalu, seketika korban berpikir jika dirinya yang terbawa perasaan (baper).

Selain itu, ada beberapa kategori gaslighting dalam hubungan, diantaranya:

1. Countering, perilaku yang menyangkal kebenaran dan ingatan peristiwa yang terjadi pada korban.

2. Withholding, perilaku menolak atau berpura-pura tidak mendengarkan bahkan tidak mengerti perkataan korban.

3. Forgetting, serupa dengan withholding, perilaku yang lupa dan pura-pura terhadap peristiwa yang terjadi pada korban agar tidak menjadi tanggung jawab gaslighter.

4. Trivializing, perilaku yang menyudutkan korban kalau dirinya berlebihan menghadapi masalah dan merasa bersalah.

5. Diverting, perilaku yang mengalihkan pembahasan atau fokus saat mengobrol agar korban merasa perkataannya kurang bisa dipercaya.

Penyebab dan Dampak Gaslighting

Selain mendapatkan dominasi atau kekuasaan dari korban, perilaku ini sering dilakukan oleh karakter yang narsistik. Kemudian, pelaku juga memiliki latar belakang yang bertujuan untuk menjaga harga diri, terhindar dari kesalahan, kepuasan diri, ingin mendominasi saat berhubungan, dan supaya korban bisa bergantung pada pelaku.

Faktor-faktor tersebut yang membuat pelaku bersikap manipulatif dan rela mengorbankan orang lain agar tujuan tercapai. Selanjutnya, pelaku yang bermasalah cenderung mengasingkan dirinya agar konflik selesai dan ia enggan ikut campur dalam kerumitan yang dialaminya.

Maka, penting melihat bagaimana komunikasi pasangan atau lawan bicara berkata demkian. Kehati-hatian sangat perlu dengan mengamati dan cerdik memilah penyelesaian agar tidak dirugikan.

Sebab, perilaku berbahaya yang merusak mental ini memiliki dampak yang signifikan terhadap korban. Diantaranya:

1. Kehilangan rasa percaya diri

2. Sulit untuk bersosialisasi

3. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan

4. Cemas dan depresi berlebihan

5. Takut percaya kepada orang lain

6. Menutup diri sehingga merasa gagal

7. Bergantung kepada pelaku

8. Sulit keluar dari hubungan toxic

Jika demikian terjadi padamu saat ini, maka pertimbangkan kembali apabila dirimu dapat dihormati atau tidak. Untuk itu, melepas dari gaslighter tidaklah mudah dan bisa dilakukan secara bertahap.

Cara-cara yang bisa dilakukan adalah seperti berikut:

  • Membangun ulang kesadaran diri terhadap kondisimu dan menguatkan tekad agar tidak dimanfaatkan orang lain.
  • Melakukan refleksi dengan pola hidup sehat supaya membantu kesehatan secara fisik dan mental menghadapi masalah yang akan datang.
  • Afirmasi diri atas segala ketercapaian, perjuangan dan pengorbanan yang sudah kamu lakukan selama ini.
  • Pergi dan habiskan waktu bersama orang-orang yang terdekat dan bernilai bagimu.
  • Sisihkan waktu untuk melakukan hal-hal yang kamu sukai dan mencoba hal baru yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun