Lagi-lagi tidak, kau sudah berubah menjadi preman di terminal itu. Menagih uang pangkal mewujudkan kebahagiaanmu. Responmu berbeda setelah pulih seutuhnya, kau tidak butuh aku menggapai cita-citamu.
Yang kau cari hanya produser dan sutradara atas perilaku premanmu, kau tidak akan pernah seperti preman pensiun di televisi.
Uang, jabatan, dan kedudukan saja aku tak punya, memang begini kesedihanku yang tertolak cintamu.
Aku sudah berusaha, menulis, menghubungimu dan mendengar keluhanmu. Seumpamanya aku kalah dari lelaki lain, tentu saja.
Begitu pesimis diriku mengusahakanmu. Tidak ada cinta tanpa materi, dan seharian makan ikan Teri.
Sekiranya aku akan membuang perasaan ini, kemana TPA yang layak untuk membawa sisa-sisa kesialan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H