Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenal Productive Escapism, Manfaat dan Dampaknya

9 Februari 2023   03:15 Diperbarui: 9 Februari 2023   03:18 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kabur dari kenyataan/Pexels

Menjadi manusia selalu dihadapi berbagai masalah, tugas kita adalah menyelesaikan dan bersiap menyambut masalah baru datang. Sebagian orang melakukan sebaliknya, lari dari kenyataan dan kepahitan hidup. Sikap melarikan diri seperti ini dinamakan escapism. 

Manusia mungkin lelah melihat realitas yang begitu saja atau sedang terpuruk, untuk membebaskan diri dari overthinking dan depresi, sang escapist mencari jalan keluar dengan aktivitas yang fiksi dan tidak menyelesaikan masalah.

Fantasi yang diciptakan merupakan alternatif pengendali emosi negatif, escapism adalah mekanisme coping psikologis seseorang. Seperti bertumbuh dewasa dan penuh tanggungan, tetapi memilih kabur dari tuntutan usia, tanggungjawab dan kenyataan. Mereka cenderung melampiaskan kepahitan dengan menghibur dirinya, seperti bermain game dan media sosial.

Secara sadar, seorang escapist menolak apa yang menimpa dirinya. Lawan dari mindfullness ini seraya menampilkan diri yang berpura-pura sehat dan baik-baik saja. Mengingat, internet sudah menjadi kebutuhan primer manusia, escapism akan mengambil waktu seseorang dari dunia nyata.

Salah satu penyebab escapism adalah melamun, berpikir berlebihan, dan stuck tidak menemukan solusi. Kasus maladaptif yang dicerminkan belum teridentifikasi sebagai masalah kesehatan mental. Fenomena tersebut populer tahun 1930-an di AS.

Menurut Cambrige Dictonary, escapism adalah cara menghindari yang membosankan dan tidak menyenangkan. Pada konteks escapism memiliki tingkatan berbeda, seperti unhealty escapism yang berakibat gangguan mental dan berada di level atas.

Sementara, seorang yang teridentifikasi escapism tingkat rendah memiliki manfaat pada produktivitas dan membentuk kebiasaan yang baik.

Manfaat Productive Escapism

Escapist pada tingkatan ini fokus pada pengembangan diri meskipun berbentuk pelarian. Hal seperti ini sering dilakukan manusia pada umumnya ketika menatap masalah menumpuk. Membutuhkan jeda untuk mampu menyelesaikannya.

Beberapa manfaatnya, adalah berikut:

1. Membaca buku, saat lelah dan cape bergelut dengan dunia, membaca buku adalah bentuk relaksasi bagi seseorang escapist sementara waktu.

2. Berolahraga, cara menenangkan pikiran manusia dan menumbuhkan hormon kebahagiaan adalah peregangan badan apa pun bentuk olahraganya.

3. Meditasi, dalam menumbuhkan jiwa spiritual agar tenang dari masalah supaya bisa mendapatkan pencerahan atas masalahnya.

4. Berkebun, tumbuh-tumbuhan berwarna hijau berperan menyehatkan mata dan merefleksikan diri

5. Berkumpul dengan teman dan keluarga, membentuk pribadi lebih terbuka dan meminta saran dan solusi dari masalah.

Namun begitu, dampak yang dirasakan escapist ini membuat seseorang keasyikan, suasana hati lebih emosional, menaikkan toleransi yang bukan penyelesaian masalah. Bahkan, bisa merenggut kamu menjalani aktivitas sehari-hari, contohnya kuliah, kerja dan tugas lainnya.

"Orang-orang berbicara tentang pelarian seolah-olah itu adalah hal yang buruk... Begitu Anda melarikan diri, begitu Anda kembali, dunia tidak sama seperti saat Anda meninggalkannya," (Neil Gaiman)

Sementara, escapist tersebut akan menyeimbangkan diri dengan lingkungan. Sense of creativity akan kamu temukan setelah kamu kembali dari escapism. Ide-ide yang terkumpul dan matang sebagai solusi memberikan motivasi agar terus bisa hidup.

Seringkali, tidak penting sejauh mana kamu mampu menyelesaikan masalah. Kamu butuh pelarian, supaya kamu belajar tabah dan sabar ketika diuji.

Kecemasan, depresi, stress dan kekhawatiran lainnya tidak akan selesai setelah masalah usai. Kamu butuh pelarian dan medium yang melampiaskan rasa lelah, cape dan pengap dari hiruk pikuk dunia. Disinilah antisipasi bahwa tidak memulu manusia kuat setiap saat menghadapi dunia, ada jeda yang mengingatkan agar lebih santai dan menyenangkan.

Di samping itu, kita terabaikan oleh pelarian yang berkelanjutan. Padahal bukan membuat masalah selesai tetapi membuat masalah bercabang pada psikologis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun