2. Berolahraga, cara menenangkan pikiran manusia dan menumbuhkan hormon kebahagiaan adalah peregangan badan apa pun bentuk olahraganya.
3. Meditasi, dalam menumbuhkan jiwa spiritual agar tenang dari masalah supaya bisa mendapatkan pencerahan atas masalahnya.
4. Berkebun, tumbuh-tumbuhan berwarna hijau berperan menyehatkan mata dan merefleksikan diri
5. Berkumpul dengan teman dan keluarga, membentuk pribadi lebih terbuka dan meminta saran dan solusi dari masalah.
Namun begitu, dampak yang dirasakan escapist ini membuat seseorang keasyikan, suasana hati lebih emosional, menaikkan toleransi yang bukan penyelesaian masalah. Bahkan, bisa merenggut kamu menjalani aktivitas sehari-hari, contohnya kuliah, kerja dan tugas lainnya.
"Orang-orang berbicara tentang pelarian seolah-olah itu adalah hal yang buruk... Begitu Anda melarikan diri, begitu Anda kembali, dunia tidak sama seperti saat Anda meninggalkannya," (Neil Gaiman)
Sementara, escapist tersebut akan menyeimbangkan diri dengan lingkungan. Sense of creativity akan kamu temukan setelah kamu kembali dari escapism. Ide-ide yang terkumpul dan matang sebagai solusi memberikan motivasi agar terus bisa hidup.
Seringkali, tidak penting sejauh mana kamu mampu menyelesaikan masalah. Kamu butuh pelarian, supaya kamu belajar tabah dan sabar ketika diuji.
Kecemasan, depresi, stress dan kekhawatiran lainnya tidak akan selesai setelah masalah usai. Kamu butuh pelarian dan medium yang melampiaskan rasa lelah, cape dan pengap dari hiruk pikuk dunia. Disinilah antisipasi bahwa tidak memulu manusia kuat setiap saat menghadapi dunia, ada jeda yang mengingatkan agar lebih santai dan menyenangkan.
Di samping itu, kita terabaikan oleh pelarian yang berkelanjutan. Padahal bukan membuat masalah selesai tetapi membuat masalah bercabang pada psikologis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H