Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Fenomena Transable, Memilih Menjadi Disabilitas Akibat Disforia

18 Januari 2023   01:26 Diperbarui: 18 Januari 2023   01:42 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena ini mulai dikenal pada tahun 2013, yang sebelumnya pada 1990-an, ahli bedah Skotlandia, Robert Smith pernah mengamputasi kaki dua pasien atas kehendak mereka. Masing-masing pasien membayar sekitar $6.000 atau Rp 90 juta serta melibatkan layanan kesehatan nasional.

Orang-orang transable cenderung menjauhkan diri mereka dari publik, dikarenakan kaum trans selalu mendapatkan stigma negatif, seperti orang yang tidak jujur, orang yang tidak memiliki kehormatan, memuja dan mendramatisi atas kecacatannya sehingga mereka merasa dihakimi dan dirugikan.


Disforia Terhadap Kelompok Transable

Seperti yang sudah dikemukakan di atas, kelompok transable memperlakukan dirinya untuk dilukai dan dihancurkan sebab masalah neurologis. Dari pendapat berbeda, ada yang dinamakan dysphoria yang merupakan gejala penyakit mental, ketika seseorang merasa dirinya tidak bahagia dan tak memiliki harapan.

Melansir alodokter.com, manusia sering terserang oleh gangguan psikologis, orang-orang yang tergolong gender dysphoria merasa ada ketikdacocokan atas jenis kelamin dan identitas gender. Seringkali dialami oleh para transgender.

Hal serupa ini dialami para transable, dimana mereka tidak bahagia atas tubuh yang dimiliki karena ketidak-ideal pada tubuh yang di inginkan. Sehingga dalam akal pikiran mereka dipenuhi hal negatif dan tidak masuk akal.

Mereka mencari kepuasan diri dan perasaan menyenangkan. Hal ini berbanding terbalik dari euphoria senyatanya. Tidaklah baik merusak tubuh yang sehat dan sempurna, selayaknya manusia menghargai penciptaan Sang Maha Kuasa dengan merawat bukan merusaknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun