Pemerintah tegas membuka ruang pengaduan di Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) bagi para korban pungli. Jaka tahu akan hal tersebut, tapi ada ketakutan terhadap kekuatan para oknum jika hal itu terjadi, karena ini merupakan masalah privasinya.
Dalam perundingan bersama oknum, Jaka mengajukan agar pemotongan dikurangi. Pihak mereka sebenarnya juga hanya jembatan dari oknum asli. Jaka menuturkan hal ini seperti pemerasan, meskipun nyatanya sudah kesepakatan bersama.
Selain jaka, terdapat 4 orang lainnya dari PT serupa mengambil jalur seperti ini. Mereka juga berat hati untuk menerima kesepakatan itu.
Kecurangan dalam meraih beasiswa sering kali sukar diungkapkan, para korban tidak memiliki kekuatan untuk melapor pada pihak berwenang. Jaka berupaya berpikir apa yang harus ia lakukan, sementara ia hanya melihat fakta lapangan proses penyaluran beasiswa terlebih dahulu.
Alih-alih menjadi pemenang beasiswa terasa membahagiakan, bagi Jaka seperti kekecewaan yang diterima. Ia sadar akan keburukan dan dampaknya, tetapi ia juga tahu bahwa kebutuhan kuliah harus terpenuhi.
“Saya rasa sebagai penerima beasiswa terlibat kedzoliman, meskipun semua orang bersaing ketat meraih beasiswa, tapi pemotongan ini juga pelajaran bagi saya, sudah saja terima dan ikhlas” tutup Jaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H