Mohon tunggu...
Mohamad Akmal Albari
Mohamad Akmal Albari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hukum Tata Negara

a piece of life, chill out!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masjid Al-Jabbar, Dampak Terlalu Cepat Diresmikan Akhir Tahun

4 Januari 2023   16:22 Diperbarui: 4 Januari 2023   16:46 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah Petugas Cleaning membersihkan lantai halaman masjid Al-Jabbar, selasa (3/1/2023). (Dok.Pribadi)

Kompasianer, sudah pernah mengunjungi masjid Al-Jabbar yang fenomenal di Jawa Barat? Jika sudah, pasti merasakan dibalik indahnya yang terlihat di media sosial dan televisi, banyak hal-hal kurang pantas, bukan? Setuju atau tidak, masjid karya gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil ini menjadi sorotan publik atas pro dan kontra tempat ibadah tersebut.

Mari penulis kemukakan, 30 Desember lalu, Masjid Al-Jabbar diresmikan berbarengan dengan sholat Jum’at pertama. Masjid terapung Jawa Barat sudah dibangun dari tahun 2017 di atas Embung Gedebage, Kota Bandung, artinya sudah 5 tahun pembangunan ternyata tidak benar-benar dikatakan rampung.

Tergesa-gesanya pemprov Jabar meresmikan masjid ini berdampak pada hal-hal yang merugikan warga setempat. Pemrov merasa bangga atas kinerja yang sudah dilakukan atas mega proyek sarana ibadah umat muslim, padahal itu memang kewajiban mereka ketika mendapatkan Amanah dari rakyatnya.

Dua hari sebelum tahun baru 2023, peresmian ini tentu menjadi kado bagi warga Jawa Barat. Pandangan publik juga mengaminkan apresiasi yang besar pada pembangunan ini, sebagai salah satu masterpiece Pemprov Jabar, Khususnya Ridwan Kamil dalam masa jabatannya.

keramaian pengunjung di halaman Masjid Al-Jabbar, Selasa (3/1/2023). (Dok.Pribadi)
keramaian pengunjung di halaman Masjid Al-Jabbar, Selasa (3/1/2023). (Dok.Pribadi)

Sementara, dana yang dihabiskan Pemprov dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jabar sebesar 1,2 triliun bersama Kementerian PUPR bukanlah sebenarnya masalah utama proyek ini. Masalah utama, hemat penulis, adalah mengapa dengan anggaran sebegitu besar masih menyisakan kekurangan, seperti kurangnya tempat sampah, akses jalan sempit dan macet, banyak sampah di sungai, dan anak-anak berenang di halaman masjid?

Patut dipertanyakan, antisipasi seperti apa yang sudah direncanakan Pemprov Jabar mendapati masalah ini. Benar apa yang dikatakan Pakar Transportasi ITB, Sony Sulaksono bahwa masjid sudah diresmikan tapi aksesnya belum terpikirkan. Apalagi menurutnya, mengutip detik.com, masjid ini terpaksa diresmikan.

Apa yang menjadi pengalaman penulis saat mengunjungi masjid itu, terbenak dalam pikiran, “kok masjid begini amat, bagus dan luas, interiornya luar biasa, tapi lalu lintas macet, kasihan juga warga tercemar polusi yang biasanya jalan normal-normal saja”. Oke lah, Al-Jabbar jadi keuntungan warga, banyak yang tiba-tiba menjadi petugas parkir dan menyediakan lahan parkir, sebagian menjadi pedagang, toko-toko juga ramai pengunjung akibat daya tarik Al-Jabbar.

Sejumlah Petugas Cleaning membersihkan lantai halaman masjid Al-Jabbar, selasa (3/1/2023). (Dok.Pribadi)
Sejumlah Petugas Cleaning membersihkan lantai halaman masjid Al-Jabbar, selasa (3/1/2023). (Dok.Pribadi)

Lebih lanjut, masjid Al-Jabbar kerap disalahgunakan pemuda, layaknya alun-alun Bandung. Beberapa mengabadikan diri dengan selfie dan foto bersama, tapi hadirnya pemuda yang berpacaran mengesankan masjid Al-Jabbar bukan masjid sembarangan, bisa untuk ibadah, wisata keluarga, tempat bermain anak-anak, bahkan akan jadi tempat sinetron Ridwan Kamil, luar biasa.

Multifungsi masjid Al-Jabbar yang tiap saat ramai, akhirnya sudah mulai diperhatikan kembali oleh Pemrov. Jadi enggak asal resmi, silakan pakai sebagaimana layak umumnya masjid saja.  Adanya penutupan sementara rentang waktu 6 hari (2 s/d 7 Januari) memang sudah seharusnya kerja pemerintah agar terus mengoptimalkan kawasan Masjid Al-Jabbar.

Potret sampah di danau depan Masjid Al-Jabbar, selasa (3/1/2023). (Dok.Pribadi)
Potret sampah di danau depan Masjid Al-Jabbar, selasa (3/1/2023). (Dok.Pribadi)

Tidak kondusifnya masjid ini bukan juga kesalahan pemerintah semata, seperti anak-anak yang bermain di air kolam, apakah ibunya membiarkan begitu saja? Kalau iya kan, repot. Anggapan ‘memang begitu anak-anak tuh’ sedang ibunya selfie sana-sini, itu salah mendidik anak. Sama halnya sampah berserakan di danau samping masjid, para pengunjung kurang sadar dan asal buang dimana saja, alasannya kurang tempat sampah atau enggak ada peringatan.

Terakhir, Masjid Al-Jabbar terasa tak ada batasan antara pria dan wanita ketika di halaman masjid, suasana di dalam pun ketika sholat, susah untuk merasakan ketenangan beribadah, orang-orang sibuk mengambil foto sudut-sudut keindahan masjid. Iya begitulah, kalau kamu punya rencana datang ke Masjid Al-Jabbar, jangan lupa datang ke museum para nabi di bulan Februari mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun