Untuk seorang tunanetra yang memakai alat bantu guiding stick membutuhkan jalur pedestrian mencangkup guiding block dan warning block belum tersedia di alun-alun Lembang. Bahkan, yang lebih mengkhawatirkan bagi pengguna kursi roda adalah track naik ke atas alun-alun curam sekali. “diperbaharui sih, khusus jalar roda itu, untuk orang-orang tertentu,” kata Eti.
Kurangnya perhatian pada jalur disabilitas akan membuat ketidakramahan alun-alun bagi penyadang disabilitas, terlebih Hana (34) seorang ibu beranak satu yang berumur 8 tahun tidak pernah absen setiap minggu untuk berkunjung ke alun-alun. Ia merasakan alun-alun hanya terdapat lapangan tanpa adanya taman bermain khusus untuk anak-anak.
Untuk seorang pengunjung sejak Sekolah Menengah Atas (SMA), wanita sederhana yang sudah memiliki anak lebih menyukai alun-alun sekarang. Hal ini dikarenakan luasnya alun-alun dibanding dahulu dan para pedagang tidak berdesak-desakan lagi. “terus dulu juga masih lapang tanah kalau sekarang udah ada paving blok,” lanjut Hana.
Setiap weekend, ia menyempatkan healing di alun-alun agar melepas kejenuhan di rumah. Ramainya alun-alun saat sore hari menjelang malam adalah waktu tepat mengunjungi alun-alun. Namun, saat siang hari, para pengunjung tidak ada tempat untuk berteduh dari terik matahari seperti Hana. Minimnya pohon membuat gerah dan berkeringat wanita paruh baya mengawasi anaknya bermain.
Anak-anak juga melakukan permainan yang monoton seperti yang dialami anak Hana, “anak anak kayanya bagus juga kalau dibuat taman khusus disudut alun-alun ini kaya perosotan, ayunan gitu, jadi kita ngajak anak itu biar senang,” katanya.
Ibu yang beranjak tua itu kecewa atas kurangnya rekreasi anak-anak di alun-alun Lembang. Ketidaksenangan anak juga dirasakan oleh sang ibunya. Namun, tidak ada pilihan lain yang bisa ia kunjungi melihat jarak dan kondisi terbatas finansial yang ia miliki. Tidak lelahnya, demi anaknya, ia mengharuskan menaiki angkot untuk pergi dan pulang.
Kurangnya sarana dan prasarana alun-alun Lembang menyisakan sepinya minat untuk mengunjungi alun-alun tersebut. Apalagi tiang-tiang lampu yang rapuh dan bergoyang juga tidak bisa difungsikan malam hari, sebaiknya adanya penerangan di alun-alun mencegah hal-hal negatif terjadi, kerap kali dilakukan remaja.
Sementara itu, Pemerintah Daerah (Pemda) KBB akan merencanakan renovasi di bulan Desember 2022 nanti. Hal ini bentuk revitalisasi alun-alun Lembang sendiri yang menjadi ikonik pengunjung mampir ke Lembang. Proyek ini dirancang oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) mencontoh dari alun-alun Bandung, menurut DPTUR karakteristik alun-alun Lembang diusung memiliki khas sendiri sebagai objek wisata.
Beranjak dari penataan daerah oleh Pemda KBB, alun-alun Lembang sangat diharapkan pengunjung agar lebih baik dan indah, baik Eti (50) dan Hana (34) sama-sama bergantung pada perubahan alun-alun Lembang nantinya. Mengingat, objek wisata yang gratis dan terbuka adalah alun-alun.