Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Membangun Bisnis Minerba Berbasis Partisipasi Masyarakat

6 September 2024   16:26 Diperbarui: 6 September 2024   16:29 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: facebook Rohani/PDPK 

Manusia diberikan Tuhan akal untuk dapat mengelola alam dengan bijaksana. Sumber daya alam yang melimpah harus dikelola dengan basis peduli bumi, sesama dan masa depan.

Sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang Dasar  45 Pasal 33 bahwa Bumi, Air dan Kekayaan  Alam dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pemahaman soal kesejahteraan rakyat harus berbasis pada 3 (etika) diatas yaitu peduli bumi, sesama dan masa depan. Begitulah sebaiknya proses pertambangan yang ada di Indonesia. 

Negara harus hadir dengan menggunakan  metode atau basis partisipasi masyarakat atas manfaat, resiko dan bencana apa ke depan jika tambang dibangun. Negara diberi kekuasaan untuk mengelola sumber daya alam, untuk apa? Intinya untuk dikembalikan ke rakyat, jadi penting untuk dipahami bahwa sumber pendapatan negara tentu untuk kesejahteraan rakyat.

Pemetaan Sebelum dan Sesudah berdirinya berbagai tambang di Indonesia

Warga harus diajari untuk memetakan apa perubahan yang terjadi di lokasi mereka sebelum dan sesudah bisnis tambang muncul. Apakah berbagai keanekaragaman yang sudah dipetakan di awal masih ada dan masih  ditemukan setelah tambang berdiri. 

Modelnya bisa menggambar peta potensi desa, jika dulu masih ada mata air? Apakah belasan tahun mata air masih ada? Peta desa termasuk melihat berapa pohon dulu yang ada di desa atau hutan sebelum tambang berdiri. Setelah tambang beroperasi, masih adakah pohon  buah, pohon kayu di hutan. Warga bisa menuliskan peta potensi atau sumber daya desa. Dan nanti 5-7 tahun dinilai peta desanya. 

Ini menjadi metode yang banyak dipakai NGO (Non Governmental Organisation) yang ada di Indonesia. Peta scientific atau berbasis tehnologi perlu, tapi perlu juga menggambar peta potensi dan bahaya dampak tambang dengan metode menggambar oleh warga. Tangan-tangan mereka yang lihai akan menunjukkan dan secara jujur melihat kondisi desa mereka lewat peta warna-warni yang mereka buat.

Menelusuri desa untuk memastikan setiap potensi, masalah dan pengembangan yang akan dilakukan

Bersama perusahaan tambang untuk menelusuri desa (transek) penting. Akan merekam dan mengkonfirmasi setiap masalah dan potensi desa. Sehingga ketika mengembangkan proyek tambang , semua pihak tahu mana wilayah terlarang, mana wilayah eksplorasi dan kira-kira apa masalah yang harus diatasi terkait dengan wilayah ini jika bisnis tambang dibuat atau dilanjutkan. Ini adalah tahapan paling penting dilakukan bersama-sama. 

Dalam proses berjalan kaki menyelusuri wilayah potensi tambang yang akan dikembangkan, ada terekam naluri alami , sesuatu yang riil , aroma kehidupan warga yang akan dirasakan oleh tiap orang (pihak) yang menelusuri desa. Akan berbeda jika hanya mengandalkan tehnologi seperti drone, satelit, google earth atau media tehnologi lainnya. Dalam proses berjalan menelusuri, kita akan bertemu orang di warung, mengamati hewan-hewan yang ada di sekitar tambang, bertemu dengan petani di sawah bercerita keluh kesah pupuk mahal, atau para warga mencari kehidupan di hutan. 

Merasakan, mencicipi dan memasang mata bagi kehidupan warga lokal 

Pernahkah para pejabat negara, pengambil kebijakan, calon investor, dan  calon pekerja dari luar merasakan bau tanah dan aroma udara di lokasi dimana tambang akan dibangun. Bagaimana jernih airnya tanpa kandungan kimia berbahaya yang sehat dengan unsur ion kaya nutrisi. Udara yang jauh dari polusi , kekayaan oksigen yang kini sangat mahal harganya. bernafas dengan paru-paru megembang dimana udara yang sangat aman dan sehat masuk ke paru kita. Karenanya merasakan, mencicipi dan memasang mata adalah sebuah kewajiban utama dalam membangun korporasi tambang. 

Bagaimana dengan proses air, apakah tercemar atau tidak. Tentu dengan penilaian yang sangat sederhana. Misalnya warga diberi pemahaman bahwa air yang sudah tercemar akan berasa, berwarna dan beraroma. Pengetahuan-pengetahuan sederhana ini akan menjadi basis berkembang dan tentu semakin memperkuat keberadaan tambang bahwa kecintaan pada kemajuan tetap ada. Tapi soal hak kehidupan untuk air bersih dan aman juga harus ada. 

Memahami mata rantai Penerima Manfaat 

Masih tetap berulang-ulang ditekankan. Bahwa pengelolaan minerba di atas bumi Indonesia tidak boleh hanya untuk kepentingan elit tertentu. Ketika  pengelolaan dengan memperhatikan kepentingan warga maka aturan atas kepemilikan, profit orientasi, system pengelolaan limbah, managemen harus setidaknya melibatkan warga. 

Banyak alat-alat partisipasi yang bisa kita kembangkan seperti misalnya PRA (Penilaian Rural Appraisal). Alat ini menjadi penting, termasuk dalam kerangka melihat mata rantai (nilai rantai) di masyarakat, siapa sebenarnya yang paling diuntungkan dalam bisnis tambang di Indonesia. Apakah warga /masyarakat lokal hanya mendapatkan remah-remah dari banyak pertambangan adikuasa yang saat ini berkembang di Indonesia.

Untuk mengukur sejauh mana, warga mendapat manfaat dari bisnis tambang bisa dilihat dari input (pemasukan) yang didapatkan selama proses tambang berjalan. Berapa keluaaran (output) mereka yang keluar setelah bisnis tambang di wilayah mereka terbangun. 

Bisa jadi sebelum tambang terbuka, output (pengeluaran ) mereka hanya untuk makanan. Tapi setelah tambang terbuka pengeluaran malah lebih besar untuk memenuhi kebutuhan pulsa, BBM, biaya anak sekolah. Karena harus sekolah ke sekolah di kota karena akses jalan bagus. Selam aini hanya sekolah di kecamatan, dan pengeluaran tidak banyak.

Aroma buah lokal "durian" dan rasanya sebagai bagian dalam menjaga keanekaragaman hayati dan  biodiversity di tengah bisnis tambang Indonesia 

Sumber: facebook Rohani/PDPK 
Sumber: facebook Rohani/PDPK 

Hutan tropis Indonesia merupakan paru-paru dunia. Hutan di Kalimantan dan Sumatera memiliki ribuan atau bahkan jutaan jenis mahluk hidup berupa flora dan fauna. Jangan hanya karena segelintir kelompok elit, kekayaan sumber daya hayati ini menjadi rusak. Aspek mempertahankan berbagai jenis burung, binatang buas, ular, renik, kumbang, dan ribuan jenis tanaman hutan tropis sebuah keharusan.

 Di sisi lain banyak negara mengeluarkan uang triliunan untuk mengembalikan keragaman hewan dan tanaman yang punah, kita di Indonesia sering lalai atas hal ini. Hanya karena demi ekonomi segelintir orang, ratusan ribu atau bahkan jutaan orang menjadi korban atas pertambangan yang kita lakukan di banyak area dan lokasi di Indonesia.

Kekayaan hutan di Indonesia  merupakan landscape yang banyak masih terjaga , sehingga jika ada berbagai organisasi perusahaan yang mencoba mengekploitasinya harus benar-benar konsepnya berkelanjutan. Kehilangan hutan tropis adalah bencana paling besar di dunia saat ini. Indonesia menduduki posisi ke-2 sebagai negara yang kehilangan hutan tropis. Bisa karena alih fungsi lahan, apakah tambang juga berkontribusi di dalamnya? 

Seperti buah durian yang berproses dari kecil, durian sudah menjadi tanaman nenek moyang yang tumbuh subur di tanah Kalimantan, Sumatera dan lainnya. Di Sumatera misalnya di Dairi, tepatnya Parongil.  Durian bersisian dengan tambang yang ada disana, PT. DPM.

 Pencinta durian terutama di Sumatera akan tahu kasta tertinggi durian Parongil.  Tanah dan iklim disana sangat cocok dengan buah durian.  Rasa durian yang lezat, aroma wangi dan legit renyah tebal kulitnya menjadi primadona durian terenak. 

Pembangunan atas nama tambang harus sinergi dengan kelestarian tanaman lokal yang menjadi ekonomi rakyat selama ini. Proses partisipasi para petani durian dalam membangun sebuah perusahaan tambang harus menjadi basis jika ingin mengembangkan industri tambang yang berkelanjutan. Suara warga desa harus didengar apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan resiko ketika tambang-tambang dibuka.

Aktivitas Tambang Yang Peduli 3 Etika yaitu Peduli Bumi, Sesama dan Masa Depan

Dampak buruk banyak kita temukan di Indonesia akibat aktifitas tambang seperti seperti banjir yang gterjadi di desa Weda, Halmahera Tengah. Karenanya ke depan, proses menambang harus disinergikan dengan proses  menanam.

 Saat di lokasi 1 hektare terjadi penambangan, maka terjadi penanaman pohon di 1 hektar lainnya. Membagi  zona-zona dalam proses penambangan harus menjadi dasar dalam pengembangan ekplorasi dan ekploitasi tambang di Indonesia. 

Zona-zona yang dibiarkan dan tidak usah disentuh. Jika tidak ingin terjadi bencana banjir seperti diatas. Dengan adanya pohon-pohon yang ditinggalkan maka  masih ada penahan yang bisa menjaga lapisan yang ditinggalkan. Jangan langsung gundul semua. Istilahnya zona Permakultur, ada zona Ekonomi, hutan, zona integrasi. Penting juga  juga berbagi. Ini harus menjadi landscape tambang ke depan. Pemetaan terhadap sumber daya harus komprehensif. Jangan semua hutan digunduli, jangan semua pohon dihabiskan.

Intinya memabangun bisnis minerba baik tambang minyak, mineral, dan berbagai kekayaan lainnya harus barbasis Partisipasi masyarakat.Ketika semua dilakukan secara transparan/terbuka dan masyarakat paham, maka semua proses pembangunan akan berjalan lancar.

Afternoon with Sanger Coffee

Mari sruput pake pipet plastic

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun