Pernahkah para pejabat negara, pengambil kebijakan, calon investor, dan  calon pekerja dari luar merasakan bau tanah dan aroma udara di lokasi dimana tambang akan dibangun. Bagaimana jernih airnya tanpa kandungan kimia berbahaya yang sehat dengan unsur ion kaya nutrisi. Udara yang jauh dari polusi , kekayaan oksigen yang kini sangat mahal harganya. bernafas dengan paru-paru megembang dimana udara yang sangat aman dan sehat masuk ke paru kita. Karenanya merasakan, mencicipi dan memasang mata adalah sebuah kewajiban utama dalam membangun korporasi tambang.Â
Bagaimana dengan proses air, apakah tercemar atau tidak. Tentu dengan penilaian yang sangat sederhana. Misalnya warga diberi pemahaman bahwa air yang sudah tercemar akan berasa, berwarna dan beraroma. Pengetahuan-pengetahuan sederhana ini akan menjadi basis berkembang dan tentu semakin memperkuat keberadaan tambang bahwa kecintaan pada kemajuan tetap ada. Tapi soal hak kehidupan untuk air bersih dan aman juga harus ada.Â
Memahami mata rantai Penerima ManfaatÂ
Masih tetap berulang-ulang ditekankan. Bahwa pengelolaan minerba di atas bumi Indonesia tidak boleh hanya untuk kepentingan elit tertentu. Ketika  pengelolaan dengan memperhatikan kepentingan warga maka aturan atas kepemilikan, profit orientasi, system pengelolaan limbah, managemen harus setidaknya melibatkan warga.Â
Banyak alat-alat partisipasi yang bisa kita kembangkan seperti misalnya PRA (Penilaian Rural Appraisal). Alat ini menjadi penting, termasuk dalam kerangka melihat mata rantai (nilai rantai) di masyarakat, siapa sebenarnya yang paling diuntungkan dalam bisnis tambang di Indonesia. Apakah warga /masyarakat lokal hanya mendapatkan remah-remah dari banyak pertambangan adikuasa yang saat ini berkembang di Indonesia.
Untuk mengukur sejauh mana, warga mendapat manfaat dari bisnis tambang bisa dilihat dari input (pemasukan) yang didapatkan selama proses tambang berjalan. Berapa keluaaran (output) mereka yang keluar setelah bisnis tambang di wilayah mereka terbangun.Â
Bisa jadi sebelum tambang terbuka, output (pengeluaran ) mereka hanya untuk makanan. Tapi setelah tambang terbuka pengeluaran malah lebih besar untuk memenuhi kebutuhan pulsa, BBM, biaya anak sekolah. Karena harus sekolah ke sekolah di kota karena akses jalan bagus. Selam aini hanya sekolah di kecamatan, dan pengeluaran tidak banyak.
Aroma buah lokal "durian" dan rasanya sebagai bagian dalam menjaga keanekaragaman hayati dan  biodiversity di tengah bisnis tambang IndonesiaÂ
Hutan tropis Indonesia merupakan paru-paru dunia. Hutan di Kalimantan dan Sumatera memiliki ribuan atau bahkan jutaan jenis mahluk hidup berupa flora dan fauna. Jangan hanya karena segelintir kelompok elit, kekayaan sumber daya hayati ini menjadi rusak. Aspek mempertahankan berbagai jenis burung, binatang buas, ular, renik, kumbang, dan ribuan jenis tanaman hutan tropis sebuah keharusan.
 Di sisi lain banyak negara mengeluarkan uang triliunan untuk mengembalikan keragaman hewan dan tanaman yang punah, kita di Indonesia sering lalai atas hal ini. Hanya karena demi ekonomi segelintir orang, ratusan ribu atau bahkan jutaan orang menjadi korban atas pertambangan yang kita lakukan di banyak area dan lokasi di Indonesia.