Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Majukan Desa, Majukan Indonesia

31 Januari 2024   13:14 Diperbarui: 31 Januari 2024   13:23 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Kelompok Perempuan sedang menyiapkan pupuk organik ke lahan sayur di desa

Bekerja di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau istilah lainnya NGO (Non Governmental Organization yang berkiprah di dunia pelestarian lingkungan tentu ada suka dukanya. Lembaga lokal berbasis di Sumatera Utara bernama BITRA adalah tempat dimana saya bekerja.

Dan tentu bangga, jika saya adalah salah satu staf yang beruntung dapat  bergabung dan bekerja di lembaga ini.

Bergabung selama sepuluh tahun di awal-awal menjadi staf sekretariat. Hingga di tahun 2020 masuk ke jajaran program. Sebuah posisi yang saya impikan sangat lama. Jika sebelumnya banyak bergerak di hal-hal surat-menyurat, procurement, terjemahan, email dan juga urusan tamu. Sejak tahun 2020 menjadi manager untuk divisi Pengembangan Masyarakat (Comdev-Community Development).

Bergerak di issu lingkungan  berkombinasi dengan issu sosial, membuat proses  bekerja sangat menyenangkan. Komposisi bekerja di  kantor dan lapangan sangat seimbang. Hari ini saya bisa menyentuh komputer selama berjam-jam, esok saya bisa berada di desa dengan para petani yang sangat rajin dan lucu-lucu.

Pekerjaan utama lebih pada pengembangan kapasitas warga desa terkait dengan berbagai issu terutama soal lingkungan yang terpolusi, pertanian yang tidak ramah iklim, ekonomi desa yang lebih baik, petani yang lebih bahagia bahkan issu tentang berbagai keanekaragaman tanaman pangan dan herbal di desa. Bekerja dengan orang desa lebih enjoy. Tekanan kerja di kantor  bisa diharmonisasi saat bekerja dengan warga desa di lahan sawah, ladang, di rumah bahkan di halaman rumah mereka yang teduh.

Senangnya bekerja di bidang ini karena komponen aktifitas lebih banyak ke aksi. Aksiku berupaya mendorong warga terlibat lebih banyak bergerak di kelestarian lingkungan. Dengan semakin banyak orang terlibat dan semakin banyak aksi -aksi di berbagai daerah akan menentukan masa depan lingkungan yang berkelanjutan.

Terkait dengan issu pertanian yang tidak ramah iklim menjadi bahagian prioritas dimana saya bekerja. Tentu kita sudah tahu bagaimana pertanian kita saat ini dan sejak puluhan tahun lalu menggunakan pupuk kimia sintesis (buatan). Dari banyak penelitian dan riset ternyata penggunaan pupuk kimia sintesis ini sangat berkontribusi dalam merusak lingkungan. Bahkan ditemukan sangat berbahaya bagi manusia, hewan dan tumbuhan jika sudah terakumulasi bertahun-tahun. Menurut berbagai sumber salah satu, penyebab kanker juga disebabkan penggunaan pupuk kimia yang sangat berlebihan.

Dan apa hubungannya dengan pekerjaan saya sebagai manager. Kami lebih berfungsi pada fasilitator. Sebagai penghubung antara petani dan berbagai bidang ilmu terkait dengan issu diatas. Salah satu unit issu yang kami bidangi adalah bagaimana petani sudah mulai memanfaatkan potensi yang ada di desa. Sebagaimana kita ketahuan bahwa gas methana yang dikeluarkan oleh sapi melalui kotoran juga sangat berkontribusi dalam mempercepat kenaikan suhu lewat pelepasan gas ini ke atmosfer. Sehingga persoalan kenaikan emisi gas rumah kaca dengan berbagai dampak buruknya semakin dipercepat dengan semakin banyaknya kotoran ternak terutama sapi yang dibuang secara terbuka.

Nah....peran saya adalah bagaimana melatih petani untuk membangun kesadaran bagaimana solusi -solusi atas masalah di desa .Bisa lewat penguatan kapasitas, energi terbarukan, pembuatan pupuk organik, pasar yang lebih luas, atau produk petani yang lebih berkualitas .Tentu melalui rangkaian aksi lewat diskusi, pertemuan, praktek, training atau studi belajar. Saya mengkoordinir semua kegiatan ini di lembaga saya. Tentu bangga dan bahagia melakukan kerja-kerja .

Dok BITRA: Diskusi-diskusi di bawah pohoh untuk mutu produk petani 
Dok BITRA: Diskusi-diskusi di bawah pohoh untuk mutu produk petani 

Aksi ini tentu berkelanjutan, karena sifatnya jangka panjang. Limbah dapat diperoleh dengan mudah. Sehingga warga tidak ketergantungan pada sumber energi fosil yang semakin berkurang.

Apa yang kami lakukan atau saya sebagai staf lakukan bersama petani dan expert (ahli lainnya) untuk pengelolaan limbah ini. Upaya-ini berbasis masalah-->korban--->, petani/warga desa dengan ternaknya yang menghasilkan limbah kotoran menjadi masalah, petani juga menjadi korban terkait cuaca ekstrim akibat kenaikan suhu yang salah satu kontribusi adalah gas methana sehingga banjir, angin kencang kekeringan terjadi. Taapi yang menyenangkan adalah petani dan kotoran ternak itu bisa menjadi solusi. Bagaimana caranya, saya memfasilitasi warga desa melakukan antara lain:

Pembuatan Pupuk Organik Alami bersama warga dari limbah lokal

DOkBITRA: Petani sedang membolakbalik kotoran sapi sebagai bahan utama pupuk organik
DOkBITRA: Petani sedang membolakbalik kotoran sapi sebagai bahan utama pupuk organik

DOk BITRA: Kelompok Ibu sedang membuat pupuk cair dan pestisida alami untuk digunakan di lahan sawah 
DOk BITRA: Kelompok Ibu sedang membuat pupuk cair dan pestisida alami untuk digunakan di lahan sawah 

Melalui kegiatan pembuatan pupuk organik, kita melatih petani untuk memproduksi pupuk organik dari limbah ternak. Saya melalui lembaga mengundang para petani yang mau belajar pembuatan pupuk organik. Narasumber adalah petani yang sudah pintar untuk membuat pupuk padat organik, pupuk cair dan pestisida nabati. Seratus persen bahannya dari bahan lokal alami untuk melatih petani baru memproduksi pupuk organik. Petani mengaplikasikan pupuk ini di lahan sawah mereka. Lahan sayur juga, dan hasilnya sangat bagus bagi petani. Selama ini penggunaan pupuk kimia sintesis berhasil dikurangi, bahkan beberapa petani di Langkat, Simalungun, Deli Serdang dan Serdang Bedagai sudah menggunakan pupuk organik secara berkelanjutan.

Foto :Pembuatan pupuk organik 

Dokpri: Sumber limbah ternak untuk bahan pupuk organik dan pembuatan biogas 
Dokpri: Sumber limbah ternak untuk bahan pupuk organik dan pembuatan biogas 

Pengembangan Biogas sebagai energi berkelanjutan bagi warga desa

Melalui dukungan lembaga saya bekerja yang dibantu secara hibah keuangan oleh donor internasional, CSR dan philantrophy kami juga membangun beberapa unit biogas sebagai energi terbarukan di wilayah-wilayah saya bekerja.   Kita meyadari keterbatasan sumber energi fosil yang makin menipis. Dunia internasional juga saat ini sedang mengkhawatirkan proses untuk menciptakan energi kita misalnya seperti LPG, listrik, dll sangat tidak ramah iklim. Kita tahu bahwa salah satu sumber emisi gas rumah kaca berasal dari industri dalam menghasilkan kebutuhan manusia seperti BBM, gas, listrik dan lain-lain. Menyadari krisis ini, maka solusi dan alternatif yang kita bangun di basis adalah memanfaatkan potensi limbah tadi. Untuk mengurangi sumbangan methana ke atmosfer maka pembangunan biogas menjadi salah satu program kita. 

Sekitar 10 biogas dikembangkan di desa-desa di Serdang Bedagai, Langkat, SImalungun, dan Deli Serdang. Disamping bermanfaat bagi energi ramah iklim, secara ekonomi warga desa juga dapat mengurangi pengeluaran karena tidak perlu membeli LPG untuk kebutuhan masak. Bahkan sisa-sisa limbah/lumpur dari biogas juga digunakan untuk input ke lahan sawah dan lahan sayur warga. Selain padinya lebih sehat, sayur lebih renyah, tentu pembelian pupuk kimia sintesisi yang saat ini mahal bisa dikurangi.

Dok BITRA: Proses pembuatan biogas 
Dok BITRA: Proses pembuatan biogas 

Dokpri: Biogas yang sudah dimanfaatkan untuk keluarga
Dokpri: Biogas yang sudah dimanfaatkan untuk keluarga

Penguatan Kapasitas Lewat Training, Studi Belajar, Praktek, Workshop

Salah satu peran memperkuat  kelembagaan desa : kelompok tani, ibu PKK, karang taruna melalui upaya-upaya pelestarian lingkungan mulai dari budidaya pertanian organik, pemasaran produk alami, bahkan penguatan kelompok ibu dalam mengembangkan keanekaragaman tanaman pangan dan herbal.

Dokpri: Lahan salah satu petani di Langkat  keanekaragaman tanaman 
Dokpri: Lahan salah satu petani di Langkat  keanekaragaman tanaman 

Belajar  untuk menjaga lingkungan yang lebih lestari dengan sistem seperti Polikultur, Permakultur, TumpangSari  dan keanekaragaman tanaman. Kita pernah mengembangkan SL (Sekolah Lapang) Pertanian Organik atau ramah iklim dengan belajar bersama  petani. Selama 3 (tiga) bulan menanam padi atau sayur organik, melakukan pengamatan secara rutin di lahan sawah dan ladang. Kita mengundang para akademisi, PPL, ahli pertanian, untuk melihat berbagai fenomena terutama soal hama. Apa perlakuan yang dilakukan.  Semua proses alami, menggunakan bibit tahan iklim, memakai pupuk alami (organik) , pengamatan jenis hama, pertumbuhan batang padi, daun dan  melakukan panen. Komparasi panen dengan pupuk organik dan pupuk kimia sintesis. Hasilnya tidak jauh berbeda, tanah lebih sehat, berbagai mikroorganisme muncul, cacing penyubur muncul. Tentu berdampak  air lebih dan udara lebih bersih, tanaman dan tanah sehat

Dok BITRA: Kegiatan Sekolah Lapang Pertanian Alami 
Dok BITRA: Kegiatan Sekolah Lapang Pertanian Alami 

Dokpri: Kelompok Perempuan sedang menyiapkan pupuk organik ke lahan sayur di desa
Dokpri: Kelompok Perempuan sedang menyiapkan pupuk organik ke lahan sayur di desa

Keberlanjutan Berbasis Pada Kelembagaan Lewat Penguatan Kapasitas Warga

Keberlanjutan tentu terkait partisipasi. Basis ini selalu saya pakai saat diskusi. Diskusi dan pertemuan di desa dengan cara sederhana dan menyenangkan. Bahasa sederhana dan mudah dimengerti. Apalagi para ibu petani. Menggali informasi, saling berbagi pengetahuan adalah nilai keberlanjutan. Karena fungsi kita hanya sebagai penyambung. Ketika petani atau warga desa mandiri, maka upaya baik yang kita berikan untuk menjaga lingkungan akan berkelanjutan walau kita tidak ada disana lagi.

Dokpri: Belajar bersama kelompok perempuan 
Dokpri: Belajar bersama kelompok perempuan 

Pemasaran Produk Sehat dan Kemasan Ramah Iklim

Lewat kualitas produk yang lebih baik maka petani dan warga desa juga mendapat harga yang lebih tinggi. Kita juga melatih petani menggunakan sumber daya yang mudah dan murah yang ada di desa untuk mengemas produk mereka lebih menarik dan ramah. Kita mendatangkan ahli yaitu petani muda dari Jawa Tengah untuk memberi pengetahuan dan keterampilan bagi warga desa di Sumatera Utara untuk mengemas produk desa yang keren, menarik dan harga lumayan.

Pada akhir Desember 2023, saya mengkoordinir sebah pelatihan berjudul Pelatihan Pasca panen dan Kemasan Ramah Iklim. Melatih orang muda dan petani  proses panen yang baik, dan kemasan  ramah iklim. Mencari alternatif kemasan di luar plastik, styrofoam yaitu seperti daun pisang, batang pisang dan yang lain.

DOk Bitra: Saya diantara peserta muda terkait produk alami dan kemasan ramah iklim 
DOk Bitra: Saya diantara peserta muda terkait produk alami dan kemasan ramah iklim 

Banyak kegiatan yang kami lakukan, dan saya tentu senang bahwa kerja-kerja dimana saya terlibat sangat berkontribusi dalam menjaga lingkungan yang lebih baik. Saya percaya kerja-kerja harian yang berbasis pada prinsip 3 etika yaitu etika peduli bumi, peduli sesama dan peduli masa depan juga turut berkontribusi dalam mendorong pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan Indonesia dan dunia. 

Dokpri; Belajar kemasan cabe yang lebih ramah iklim
Dokpri; Belajar kemasan cabe yang lebih ramah iklim

Sulit rasanya mengatakan bahwa kontribusi saya menjaga alam sudah sangat besar. Belum bisa..he..he. Masih sangat kecil tapi setidaknya kerja saya  sangat penting perannya dalam menguatkan kapasitas masyarakat untuk lebih sadar dan peduli. Meyakinkan mereka bahwa upaya mereka menjaga bumi dalam bertani, beternak, dan aktifitas lainnya di desa bisa selaras dengan alam. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun