Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Majukan Desa, Majukan Indonesia

31 Januari 2024   13:14 Diperbarui: 31 Januari 2024   13:23 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Belajar bersama kelompok perempuan 

Aksi ini tentu berkelanjutan, karena sifatnya jangka panjang. Limbah dapat diperoleh dengan mudah. Sehingga warga tidak ketergantungan pada sumber energi fosil yang semakin berkurang.

Apa yang kami lakukan atau saya sebagai staf lakukan bersama petani dan expert (ahli lainnya) untuk pengelolaan limbah ini. Upaya-ini berbasis masalah-->korban--->, petani/warga desa dengan ternaknya yang menghasilkan limbah kotoran menjadi masalah, petani juga menjadi korban terkait cuaca ekstrim akibat kenaikan suhu yang salah satu kontribusi adalah gas methana sehingga banjir, angin kencang kekeringan terjadi. Taapi yang menyenangkan adalah petani dan kotoran ternak itu bisa menjadi solusi. Bagaimana caranya, saya memfasilitasi warga desa melakukan antara lain:

Pembuatan Pupuk Organik Alami bersama warga dari limbah lokal

DOkBITRA: Petani sedang membolakbalik kotoran sapi sebagai bahan utama pupuk organik
DOkBITRA: Petani sedang membolakbalik kotoran sapi sebagai bahan utama pupuk organik

DOk BITRA: Kelompok Ibu sedang membuat pupuk cair dan pestisida alami untuk digunakan di lahan sawah 
DOk BITRA: Kelompok Ibu sedang membuat pupuk cair dan pestisida alami untuk digunakan di lahan sawah 

Melalui kegiatan pembuatan pupuk organik, kita melatih petani untuk memproduksi pupuk organik dari limbah ternak. Saya melalui lembaga mengundang para petani yang mau belajar pembuatan pupuk organik. Narasumber adalah petani yang sudah pintar untuk membuat pupuk padat organik, pupuk cair dan pestisida nabati. Seratus persen bahannya dari bahan lokal alami untuk melatih petani baru memproduksi pupuk organik. Petani mengaplikasikan pupuk ini di lahan sawah mereka. Lahan sayur juga, dan hasilnya sangat bagus bagi petani. Selama ini penggunaan pupuk kimia sintesis berhasil dikurangi, bahkan beberapa petani di Langkat, Simalungun, Deli Serdang dan Serdang Bedagai sudah menggunakan pupuk organik secara berkelanjutan.

Foto :Pembuatan pupuk organik 

Dokpri: Sumber limbah ternak untuk bahan pupuk organik dan pembuatan biogas 
Dokpri: Sumber limbah ternak untuk bahan pupuk organik dan pembuatan biogas 

Pengembangan Biogas sebagai energi berkelanjutan bagi warga desa

Melalui dukungan lembaga saya bekerja yang dibantu secara hibah keuangan oleh donor internasional, CSR dan philantrophy kami juga membangun beberapa unit biogas sebagai energi terbarukan di wilayah-wilayah saya bekerja.   Kita meyadari keterbatasan sumber energi fosil yang makin menipis. Dunia internasional juga saat ini sedang mengkhawatirkan proses untuk menciptakan energi kita misalnya seperti LPG, listrik, dll sangat tidak ramah iklim. Kita tahu bahwa salah satu sumber emisi gas rumah kaca berasal dari industri dalam menghasilkan kebutuhan manusia seperti BBM, gas, listrik dan lain-lain. Menyadari krisis ini, maka solusi dan alternatif yang kita bangun di basis adalah memanfaatkan potensi limbah tadi. Untuk mengurangi sumbangan methana ke atmosfer maka pembangunan biogas menjadi salah satu program kita. 

Sekitar 10 biogas dikembangkan di desa-desa di Serdang Bedagai, Langkat, SImalungun, dan Deli Serdang. Disamping bermanfaat bagi energi ramah iklim, secara ekonomi warga desa juga dapat mengurangi pengeluaran karena tidak perlu membeli LPG untuk kebutuhan masak. Bahkan sisa-sisa limbah/lumpur dari biogas juga digunakan untuk input ke lahan sawah dan lahan sayur warga. Selain padinya lebih sehat, sayur lebih renyah, tentu pembelian pupuk kimia sintesisi yang saat ini mahal bisa dikurangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun