Diberi kesempatan 5 hari berkunjung ke Bali oleh kantor saya bekerja menjadi kesempatan emas untuk melihat secara utuh bagaimana wisata berkembang di Bali.
Selama ini wisata Bali hanya dipandang terkait dengan seni dan budayanya.Ternyata ada satu aspek lagi yaitu pertanian. Kekayaan Bali didukung oleh sumberdaya alamnya.
Dengan menganut kepedulian pada bumi, sesama dan masa depan, konsep ini dikembangkan sejak dulu (abad 9).Â
Dimulai dari bertemu orang-orang hebat yang mengembangkan pertanian organik.Kemudian berkunjung ke salah satu desa bernama Jatiluwih yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan dunia yang harus dipertahankan.Desa berbasis pertanian padi  dengan konsep Subak menjadi basis  penilaian utama.Subak merupakan sistim pengaturan air yang dibangun sendiri oleh warga.Tentu jika berbicara tentang alam akan terkait dengan air,tanah,udara,ruang ,tanaman sehingga proses pertanian lebih berkelanjutan.Â
Jatiluwih menerapkan sistim pertanian terpadu dengan mengembangkan ternak sapi di lahan-lahan warga.Kotoran sapi menjadi pupuk organik yang dimanfaatkan langsung oleh warga. Sisa atau limbah pertanian dipakai untuk menjadi nutrisi dan asupan bagi pertanian organik yang dikembangkan Jatiluwih memanfaatkan keindahan landscape terasering sawah yang indah menjadi agrowisata. Berbagai tanaman lain juga dibiarkan tumbuh seperti buah-buahan . Termasuk merawat sungai,anak sungai,parit,lembah, dan aliran air yang membelah sawah-sawahnya yang indah.
Turis asing dan turis lokal, menapaki rute yang dibangun melewati sawah-sawah yang secara alami tertata sangat indah.Seraya merasakan suara angin,aroma air, burung-burung liar , serangga,bahkan suara kodok yang menjadi orkestra yang indah.
Petani-petani membangun pondok-pondok berisi jualan beras organik,penganan lokal, topi petani, atau minuman .Â
Di sisi lain,tanah Lot dengan view lautnya yang luas.Pura yang terletak di tebing menjadi daya pikat mempesona siapa saja yang berkunjung. Keagungan budaya dengan konsep dan prilaku mencintai bumi dan tidak merusaknya menjadi tiang utama menjadikan Bali semakin layak jadi kunjungan wisata dunia.
Melewati hari ketiga,kunjungan ke salah satu tempat seorang penyuluh pertanian mengembangkan bisnis coklat organiknya yang berkelanjutan.Bercerita tentang pengalaman mengembangkan usaha coklat dari hulu ke hilir.Membangun bisnis dengan Amerika dengan tetap memberdayakan petani coklat. Menikmati minuman coklat dengan berbagai varian di tengah cafe yang ciamik.Tercium aroma bunga di dupa yang terletak di atas pintu keluar.Kursi-kursi berukir Bali yang terbuat dari kayu berkualitas tinggi.Bunga-bunga disusun di piring bermotif indah.
Coklat asli dipadu dalam susu, pisang, buah lain menjadi rasa terbaik yang sensainya menghangat dan lumer di mulut.
Akhirnya Kuta menjadi spot terbaik seraya menikmati sunset. Warna merahwnyala matahari senja perlahan turun menyatu dengan ujung laut yang menghitam.Suara deburan pantai di Kuta menjadi riuh dengan pedagang yang banyak berjualan di sepanjang pantai.
Aroma jagung bakar menyeruak. Sungguh moment paling memorable saat malam turun, duduk di pantai seraya menikmati gurihnya jagung manis. Hasil tangan pertanian yang ada di Bali.
Pasir putih menjadi saksi,ketika perempuan baya menawarkan pijit yang terasa kuat di punggung. Menerbangkan rasa letih, kokoh tangan perempuan memberi rasa nyaman darah mengalir lancar di tubuh.
Penutup yang indah ketika berbagai usaha tani juga dinikmati di berbagai kedai dan resto yang tersebar di Bali.Mulai dari resto kecil,kedai pojok bahkan rumah makan waralaba internasional. Ada nasi goreng Bali kombinasi sayuran, berbagai macam sayur,soto terbaik,es teh tawar, sate,mie ayam dan terakhir menikmati kopinya yang enak.
Sebuah kombinasi sosial budaya dan pertanian yang utuh semakin melengkapi wisata di Bali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H