Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Berita Baik dan Pesan dari Desa

13 Juli 2022   12:50 Diperbarui: 13 Juli 2022   12:51 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri (Tahun 2022): Salah satu lahan sawah di desa Kab. Langkat , Sumatera Utara

Krisis pangan di salah satu negara luar menjadi keprihatinan bersama. Mungkin bisa disebabkan pemerintah yang korup, SDM yang terbatas, warga yang kurang produktif atau sistem yang jelek. Semua bisa terjadi dan bisa disebabkan oleh satu dan ratusan penyebab. Yang pasti kita di Indonesia harus belajar dari situasi itu. Salah satu yang saat ini digalakkan oleh pemerintah adalah soal keragaman pangan dengan berbagai jargonnya. One Village One Product, One Day without Rice dan berbagai slogan keren lainnya.Tentu harus didukung, karena menjadi alasan untuk mencegah krisis pangan di kemudian hari. Apa kabar baiknya dari Desa???

Dari berbagai desa yang dikunjungi, berbagai rumah yang kami singggahi bahkan ladang dan lahan sawah yang kami pijak, kami ingin mengabarkan betapa keanekaragaman tanaman masih terus dipelihara di desa. Di salah satu desa di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara bernama Desa Kebun Kelapa, di dusun 6 ditemukan hampir 200 jenis tanaman lokal. Menjadi produk unggulan desa seperti kelapa, salak, pisang, aren, ubi. Juga tanaman obat seperti kunyit, jahe, serai, lengkuas, bunga telang dan sebagainya. Berbagai tanaman lokal jaman dahulu kala seperti buah  Namnam (buah yang sudah langka di Sumatera Utara), tanaman terkini seperti Porang, berbagai jenis padi-padian ditemukan. Berbagai hasilnya dimakan sendiri, dibagi ke tetangga, menjadi makanan ternak.

Di salah satu halaman rumah warga desa binaan di Simalungun, saat diskusi tentang keanekaragaman tanaman, topik pemetaan lahan rumah. Sekitar 50 jenis tanaman ada di sekitar rumah, cengkeh, jagung,durian, berbagai jenis asam untuk pangan dan obat, tanaman herbal dari umbi, daun, biji. Bahkan tebu manis untuk konsumsi cucunya dapat dinikmati pada sore yang indah. Di ujung yang lebih utara ada lahan petani perempuan dengan konsep keanekragaman/multicropping/permakultur/wanatani/agroforestry yang komplit. Ada tanaman coklet, durian yang sudah berbuah dan sedang ditanam, ada sirsak sebesar labtop yang manisnya menggoda, biji-biji cengkeh gendut di tanah yang basah, ada markisa menggantung kuning mewangi bahkan sayur kacang dan sawi hijau menghampar diantara pohon jagung. Bahkan pohon durian ada. Selebihnya ditanami padi serta di dekat sungai berbagai tanaman kayu liar  tumbuh. 

Pesannya adalah: tetap dukung berbagai regulasi dan aksi pemerintah soal memperbanyak jenis tanaman. Sebagai bagian mengatasi persoalan hilangnya 80% biodivesity di dunia. Upaya-upaya warga ini harus diapresiasi, diperluas dan dijadikan contoh baik. IndiHome bisa menyampaikan kabar baik ini bahwa jutaan petani, ratusan ribu petani perempuan menyentuh, menyiangi, membersihkan dan memberikan perawatan pada berbagai jenis tanaman mereka. Marilah kabar baik ini bisa diteruskan bagi generasi muda, ditiru, dimodifikasi sesuai kondisi setempat. Menjadi program innovatif pemerintah. 

Dokpri: Manfaatkan lahan terbatas dengan tanam ubi jalar di goni plastik (Kebun Petani Perempuan di Kab. Langkat. SUmatera Utara)
Dokpri: Manfaatkan lahan terbatas dengan tanam ubi jalar di goni plastik (Kebun Petani Perempuan di Kab. Langkat. SUmatera Utara)

Dokpri Tahun 2022: Lahan Permakultur Petani di Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Tanaman Herbal dan Pangan
Dokpri Tahun 2022: Lahan Permakultur Petani di Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Tanaman Herbal dan Pangan

 

Hai Tahukah Kalian ! Bahwa Petani Indonesia Masih Rajin-Rajin

Saya mengenal 2 perempuan petani yang kebetulan adalah kakak ipar saya. Jika ada waktu 25 jam sehari, mungkin keduanya akan menghabiskan waktu tersebut  di ladang dan lahan tani mereka. Mereka adalah bagian dari jutaan  petani di Indonesia. Warga yang rajin, biar kotor dan jelek tetapi merawat lahan adalah hidup mereka. Kami menemukan banyak petani sejenis ini di banyak desa yang kami kunjungi. Pagi, siang, sore bahkan tengah malam masih memikirkan benih yang akan ditanam, pupuk yang akan diberi, soal hujan yang berkepanjangan,haa..ha..

Jadi salah besar ketika dikatakan petani malas-malas. Menjadi persoalan kemiskinan. Bukan! Petani Indonesia sangat rajin, sangkin rajinnya melihat lahan kosong langsung mau diusahai (joke..he..he). Benar, ini pengalaman kolektif dan pribadi saat melakukan pendampingan pada petani. Sering saat sudah sepakat berkumpul untuk belajar, petani dan warga sangat sibuk dengan pekerjaan mereka. Jika kita orang kantoran ada waktu Ngopi jam 10 pagi dan jam 4 sore. Bagi warga desa, itu jam paling produktif. Sering absen di pertemuan karena "masih ngarit"; "menjaga padi dari serangan burung","Memburuh di desa sebelah,", menyiram semangka, dll. Lewat internet Indonesia kami ingin mengabarkan bahwa orang desa masih rajin. Jika hanya ada 10 jenis di kerja kantoran, ada 100 jenis kerja bertani di desa. 

Selama mendampingi petani strategi adalah mengajak berkelompok, agar saling berbagi pengetahuan. Kerajinan harus dikombinasikan dengan ketrampilan dan pengetahuan. Jadi menanam benih bersama, panen bersama, menjadi upaya memperkaya kerajinan...ha..ha

Sumber: Dokumen Kumpulan Foto BITRA Indonesia Tahun 2021
Sumber: Dokumen Kumpulan Foto BITRA Indonesia Tahun 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun