Suasana akhir tahun sudah terasa. Di beberapa moment, sudah ada pembicaraan tentang akhir tahun yang sebentar lagi datang. Di Utara teman-teman membicarakan tentang suasana Danau yang indah, di Timur sekelompok Ibu membicarakan tentang wisata kuliner dengan limpahan ikan laut berempah kuat.
Di komunitas yang lebih senior, membicarakan tentang arung jeram di sungai Bahbolon yang arusnya deras namun mengasyikkan.
Semua orang dengan latar belakang berbeda sudah mengatur berbagai perjalanan di liburan Desember tahun ini.
Saya, kemana ya?
Pulang kampung, eksplor hutan Sumatera dengan orang utan? Atau hanya sekedar menikmati semilir angin Danau Toba yang kini dikenal dengan Heritage of World?
Di situasi yang masih terasa pandeminya. Tentu bertualang di akhir Desember masih menyisakan trauma. resiko besar tentang terlalu banyak berinteraksi dengan orang. Atau mungkin melakukan perjalanan jauh belum berani dilakukan.
Yang direncanakan adalah virtual liburan ke Mandalika, Lombok saja...ah
Kenapa? Bulan akhir dengan ber..ber sejak September hingga Desember selalu memberi rasa lain pada saya. Tentu dengan situasi iklim saat ini yang termasuk ekstrim. Di tempat saya, di Sumatera...peristiwa longsor sering terjadi. Banjir juga banyak ditemukan dengan kondisi parah hingga biasa saja. Termasuk angin kencang, puting beliung yang sering membuat pohon tumbang, atap rumah terbang dan bencana sedang, kecil dan bahkan besar.
Saya hanya ingin mempersiapkan sebuah tour virtual tentang sebuah tempat yang saat ini sedang dibicarakan banyak orang. Mandalika, Lombok..
Ini rencananya:
Mendengar kata Lombok yang terbayang adalah sebuah lokasi dengan keindahannya yang memukau. Tentu terbayang pantai yang indah, masyarakat yang ramah, makanan yang lezat, suasana tropis dengan pohon kelapa melambai. Ternyata Mandalika adalah termasuk Kawasan Ekonomi Khusus melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 untuk menjadi KEK Pariwisata. Dengan luas area sebesar 1.035,67 Ha dan menghadap Samudera Hindia, KEK Mandalika diharapkan dapat mengakselerasi sektor pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat yang sangat potensial (sumber https://kek.go.id/kawasan/kek-Mandalika).
Di sumber yang sama dikatakan KEK Mandalika memiliki konsep pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan dengan pembangunan obyek-obyek wisata dan daya tarik wisata yang selalu berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas lingkungan hidup yang ada di masyarakat.Â
Pembangunan di suatu daerah kiranya tidak memberi dampak buruk pada masyarakatnya, lingkungannya dan masa depan anak-anak.Â
Keindahannya sudah terlihat, kekhasan bangunan, berbagai suvenir khas. Mungkin jika dilihat adalah unsur kelestarian tadi soal mengkombinasikan dengan berbagai jenis tanaman yang indah. Disesuaikan jenis tanaman yang cocok.
Sebagaimana tulisan di Kompas pada 15 November  2021 disebutkan bahwa pembangunan infrastruktur harus diimbangi dengan kelestarian dan kualitas lingkungan. Disebutkan bahwa pembangunan yang menyumbang pada deforestrasi adalah konsep usang. Pertanyaannya apakah sirkuit internasional Mandalika sudah pada konsep Green Sirkuit? Jika konsep soal luxurious, kemegahan, fasilitas, modernitas, kecanggihan dengan mengabaikan konsep hijau. Tentu Mandalika hanya proyek besar yang dielu-elukan sekarang, tapi 5-6 tahun lagi bagaimana keberlanjutannya?
Puja-puji tahun ini terlebih ketika Jokowi dengan keperkasaan seorang lelaki yang sedang menjajal sebuah sirkuit yang tidak diragukan lagi. Bahkan mungkin di lintasannya yang sangat mulus dengan sekitar 20 kelokan terlihat kepiawaian seorang lelaki maskulin dengan jaket beratribut gentle.Merupakan bagian dari Wonderful Indonesia. Kekaguman dan kecintaan Indonesia.
Tapi penulis tidak fokus pada disananya? Dimanakah keberlanjutan dan green concept Mandalika. Yang membuatnya menjadi sirkuit yang ramah pada bumi, yang mengutamakan potensi lokal dengan Lombok yang dikenal dengan adat dan budayanya yang kaya.
Sekitar 2800 sejenis pohon Tin, Trembesi dan Alpukat di tanam di wilayah Mandalika. Sesuatu yang menyejukkan. Disebutkan bahwa upaya-upaya konservasi menjadi hal yang harus diingat sebagai bagian dari perbaikan kualitas lingkungan.Â
(Sumber)
Terus terang salut dengan upaya ini. Sarannya adalah agar penanaman dilakukan berulang, dengan jumlah lebih banyak dan kalau bisa dengan berbagai jenis tanaman lokal dari Lombok.
Mengurangi emisi karbon, sebagai bagian dari komitmen Indonesia di KTT Iklim 2015 selalu diingat sebagaimana yang dituang UU No. 16 Tentang Persetujuan Atas Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai Perubahan Iklim.
Kerangka pembangunan termasuk di Sirkuit Mandalika juga harus mengingat nilai lokal (alam, manusia, lahan). Menjaga nilai tradisi.
(Sumber)
Melihat gambarnya wuh..keren betul. Tetap penataan pada konsep green harus diperhatikan terus menerus.
Termasuk filosofi kehidupan  masyarakat mulai dari kekerabatan, sistem pangan, ekonomi lokalnya. Bahkan cerita tentang sejarah Mandalika. Seorang putri nan jelita. Putri baik hati yang disayang rakyatnya. Karena tidak ingin ada keributan akibat persaingan mendapatkan dirinya, dia menceburkan diri ke laut. Sebuah kisah indah.Â
Semoga Mandalika menjadi konsep pembangunan  yang meningkatkan martabat warga. Menjaga  lingkungan. Dan bahkan turut menumbuhkan  keanekaragaman hayati dan nabati.
Mandalika, semoga mengingat selalu orientasi Kelestarian Nilai dan Lingkungan ya!!
Jangan lupa. Itu aja pesanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H