Diskusi menggelitik ini selalu terjadi saat pak Tampubolon menyajikan aroma harum kopi terbaiknya bagi siapa saja.Â
Seraya menyeduh biji-biji yang didatangkan dari dataran tinggi pulau Sumatera, berbagai gelas kopi jaman now disusunnya di gerobak kopi angkringan.
"Pelanggan harus melihat langsung bagaimana biji kopi digiling. Mereka melihat biji kopi asli dengan bentuk eksotisme kecoklatan adalah buah yang sudah mendiami ratusan tahun tanah Indonesia. Mereka juga dijelaskan bahwa proses menghasilkan segelas kopi nikmat di lidah adalah sebuah proses kehidupan yang panjang, indah, penuh perjuangan dan akhirnya "Membahagiakan"
"Ada keringat petani disana, ada persoalan tanah yang dirampas di sana, ada gejolak harga yang dikuasai oleh tengkulak, ada kebijakan pemerintah yang belum berpihak disana. Dan pada akhirnya, sebagai warga negara yang mencari kehidupan, melanjutkan hidup dengan recehan. Tapi tetap bermimpi bahwa mimpi reformis yang dulu saya dan teman-teman perjuangkan tetap berlanjut." Wajah coklat dengan garis wajah tenang itu bergumam.
Pak Tampubolon adalah orang-orang yang gelisah. Menjadi tukang kopi terkadang membuat orang yang pernah mengenalnya heran. Bagaimana tidak, selama 10 tahun terakhir beliau juga aktif dalam sebuah program Pendidikan Partisipasi untuk Guru dan para praktisi guru di Indonesia. Didukung oleh Lembaga Dana paling besar di dunia dengan gaji belasan juta. Dalam proses pekerjaan terakhirnya , beliau bertemu dengan para expert pendidikan, anggota dewan , pejabat pendidikan, konsultan luar negeri tentang pendidikan terbaik. Tapi tampaknya pekerjaan terakhir sebagai pemilik kedai kopi angkringan dengan nama RODOASI membuatnya semakin mencintai kehidupan.
Belajar tentang Kopi dan semua yang ada di dalamnya membuat beliau sadar bahwa disana ada kehidupan petani yang juga sedang gelisah , semakin memahami bahwa pohon kopi menyumbang pada keseimbangan alam karena ramah lingkungan, sampahnya juga masih bisa dimanfaatkan. Orang-orang yang bekerja disana adalah yang punya hati.
Walau masih memiliki banyak tantangan, terutama terkait modal, tenaga kerja, peralatan dan hal lainnya. Pak Ali Khuttul sebagaimana prinsip hidupnya sangat menikmati apa yang dikerjakannya sekarang.
Selalu membeli kopi biji langsung dari petani dengan harga yang kompetitif. Memperlakukan biji-biji tersebut dengan sempurna. Mensortir kopi terbaik, kemudian bersama teman sesama pengusaha kopi "meroasting kopi tersebut " sesuai selera, kemudian menghaluskannya langsung ketika pelanggan ingin minum.
Setiap gelas yang dihadirkan pak Tampubolon memiliki makna dan kualitas terbaik. Ada makna reformis dalam setiap gelasnya. Bahwa dalam gelas-gelas yang tersaji, diupayakan tidak ada kekerasan disana, tidak ada hak yang dizolimi, lingkungan terjaga, nasib petani dihargai. "Walau harga sedikit rendah yang memiliki nilai sosial di dalamnya. Jika di hotel besar harga bisa 30-50 ribu, disini kita hanya beri harga belasan ribu rupiah," selorohnya.
Sebagai pelaku UMKM yang masih tergolong baru, pak Tampubolon juga membangun strategi dua kaki. Tetap membangun jaringan dengan para pelaku lainnya, mencoba mengakses dukungan pemerintah, mengembangkan usahanya secara legal. Pak Tampubolon juga mendapat dukungan dana dari Kementerian Tenaga Kerja, Terdaftar secara legal di Dinas Pendapatan Kota Medan, juga pernah kerjasama dalam Pameran Layanan Publik Kota Medan tahun 2019, dan pameran lainnya. "Sebagai warga negara kita turut aktif dalam berbagai program pemerintah, tetapi kita juga harus bijaksana dan kritis jika terjadi ketidakadilan  menyangkut hidup rakyat. Negara harus dikritisi agar memberikan layanan terbaik kepada warga. Dan kita sebagai warga negara melakukan sesuai kemampuan kita,dan itu saya lakukan sebagai pengusaha kedai kopi", pungkasnya.