Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Secangkir Air Rp 1.000.000

11 September 2019   15:17 Diperbarui: 11 September 2019   21:34 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga aliran sungai tetap mengalir | dokpri

Krisis terhadap air menjadikan kita merasakan bahwa air itu sangat tidak ternilai harganya. Lebih mahal dari intan, emas dan perak yang hanya sekedar simbol, gaya hidup, benda mati. Tapi dalam segelas air, sebuah bumi dan segala isinya ada. Setetes air terbentuk dari aktivitas kehidupan manusia, cara pandang manusia terhadapnya, cara memperlakukan alam, bahkan cara makan di meja makan memiliki dampak langsung untuk air murah, gratis dan menyenangkan.

Belajar gaya hidup baru yang lebih ramah air dan lingkungan

Secangkir kemewahan air kuganti dengan gaya hidup, pola pikir, dan keterampilanku sebagai warga biasa. Belajar terus, bergerak nyata bahkan dianggap lari jalur.

Sebagai bagian dari praktek dan gaya hidup ramah air, aku selalu senang akan tetesan air hujan. Saat orang mengomel ketika hujan deras, aku terus belajar mencintai betapa guyurannya adalah bagian dari kebahagiaan. Bagian dari rasa syukur. Salah satu contoh konkrit "Membiarkan anak menikmati mandi di hujan deras di area halaman." Bagi tetanggaku adalah sebuah kebiasaan buruk, berbahaya, mengundang sakit. Tapi aku menjelaskan bahwa mandi di tengah tetesan ribuan air akan memberi manfaat dan menabung aura positip. Rasa bahagia, segar, senang terpancar dari aura anak-anakku. Mereka bahagia dengan tetesan air. Kujadikan bagian terbaik belajar bahwa air adalah sahabat kita.

Walau memiliki keterkaitan jauh antara mengurangi pemakaian plastik dan tabungan hujan di tanah. Aku terus melatih diri untuk membatasi pemakaian plastik. Dengan sabar membersihkan plastik-plastik kemasan sisa belanja, mencuci, memakai kembali. Sampai para ibu di kedai sudah tahu, saat belanja aku selalu menggunakan wadah lama. Reuse yang lama. 

Seorang tetangga selalu nyeletuk, "Klo Mamak Natan ini pasti bawa tas belanja sendiri." Terus berceloteh pada para ibu, bahwa penggunaan wadah belanja plastik yang sudah menggurita akan mempercepat kerusakan bumi. Dan mereka hanya tersenyum simpul. Tapi aku terus berceloteh... 

Memperluas pengetahuan, antusias membaca informasi terkait proyek rehabilitasi lingkungan; kubatasi diri membaca cerita gosip, infotainment, film-film romantis picisan tak berguna; selalu asyik dan terbuai membaca semua pengetahuan baru bagaimana menjaga bumi, menjaga dan menabung air lewat proyek-proyek dan kerja-kerja adaptasi iklim; bahkan aku sekarang menjadi salah satu staf yang memiliki perhatian pada bumi, menjaga sungai dari abrasi, menjaga hutan tetap menjadi hutan, bersama masyarakat lokal menjaga tanah dan air mereka agar siklusnya selalu seimbang. Semua aktifitas lembagaku dapat dilihat di bitra.or.id. Selama 33 tahun bekerja dalam program keselarasan alam. Muaranya adalah air tetap mengalir di hutan, desa, sungai dan bahkan kaki-kaki gunung dan di semua retakan tanah di Indonesiaku.

Menggali Kearifan lokal menabung air oleh masyarakat lokal

Bekerja dengan masyarakat lokal adalah bagian terbaik untuk belajar tentang Aspek kehidupan tanah, air dan segala isinya. Kearifan orang Indonesia sejak dahulu untuk secara bersama memanfaatkan air, mengelola air dengan baik, bahkan memunculkan mata air baru perlu terus digali. Embung, sumur bersama, biopori, membuat lubuk larangan, turun benih bersama, menjaga air bersama. Semua kearifan ini haruslah dijaga.

Jika ini terus dipelihara, tanaman tumbuh menjulang tinggi, resapan air pun terbuka, pori-pori tanah menjadi tempat ternyaman ion-ion air bersembunyi. Akan berdampak ketersediaan air bersih, berlimpah dan kita menikmatinya gratis sepanjang hidup kita. Tidak lagi terlihat seperti di kota jakarta, air dijajakan dengan jerigen besar. 

Sekarang mungkin hanya ribuan rupiah  perjerigen, nanti bisa jadi puluhan ribu rupiah, belasan tahun lagi bisa ratusan ribu. Dan puluhan tahun bisa jutaan rupiah. Tapi ketika upaya-upaya lokal kita perbanyak tentu harga 1 juta tak pernah singgah. Mudah-mudahan.

Ketahanan, Resilence, Adaptasi menjadi sebuah gaya hidup baru dan budaya baru 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun