"Hutan telah habis. Ladang berganti perumahan. Kita sangat rakus"
"Karenanya berlombalah dengan waktu. Kaki kecil harus menapak semak duri."
"Liukkanlah tubuh mungil  kaliandi antara rimbun semak liar yang sebentar lagi akan lenyap dari bumi."
Anak sulungku menuntut komputer dan play station. "Kalau sudah punya labtop di rumah, aku pasti betah,"janjinya dengan mata binarnya. Aku hanya tertawa mengelak. Â Kukatakan padanya.
"Bermainlah dengan teman sebaya. Puaskanlah harimu, Nak dengan berlari,tertawa dan bahagia dengan teman-temanmu."
Kasih sayang bukan hanya sekedar ungkapan,"I love you!Aku sayang kamu!"apalah beratnya mengatakan tiga kata itu. Pergumulan yang lebih berat tentang bagaimana  menyeimbangkan bermain di luar dan di dalam rumah.
 Saya adalah ibu yang percaya bahwa anak dan bermain adalah satu energi besar yang saling terkait. Selalu mengusahakan  anak-anak  banyak bergumul dengan alam.Â
Disamping bebas waktu bermain dengan teman sebaya, saya mengajak mereka berkunjung ke alam. Melihat hewan, mencium aroma sungai, air biru, memanjat pohon, menunggang kuda. Berinteraksi dengan seluruh isi bumi. Seraya belajar tentang siklus hidup.
JArang mengajak mereka ke mall. Kehangatan keluarga akan semakin bekualitas jika menghabiskan hari di alam terbuka. Kehidupan nyata. Kehidupan riil.
Tak sampai hati rasanya membiarkan masa kanak mereka tanpa  bermain dengan matahari, hujan, lumpur, tawa, berantam, berkelit dengan teman sebaya. Hanya 12 tahun dan sisanya nanti mereka  akan menjadi"robot."