Tarutung
Walau hanya kota kecil dengan banyak gempa karena terletak diantara jalur lempengan Sumatera. Tarutung memiliki nama besar bagi masyarakat Batak. Dikenal sebagai kota religious. Dikenal juga dengan “keunikannya” terkait wisata lokal yang khas.
Yang membuat greget satu lagi tentang kota ini adalah Pasar rakyatnya. Sebagaimana tradisi lokal yang terjadi di Indonesia, pasar ini memiliki ciri khas yang terus kukenang sepanjang masa.
Sejarah, Perkembangan Pasar
Sebagai bagian dari proses panjang pembentukan pasar rakyat atau pasar tradisional, hampir semua pasar tradisional di Indonesia memiliki usia yang cukup panjang. Pada tahun 2011 tercatat pasar rakyat di Indonesia berjumlah 9.950. (Ketua Umum Yayasan Danamon Peduli, Restu Pratiw , sumber http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/14/10/02/nct8ag-jumlah-pasar-tradisional-semakin-menurun ). Dari hampir sepuluh ribu pasar rakyat tersebut, rata-rata usinya diatas 10 tahun. Proses pembentukan pasar rakyat dimulai dari jaman pra sejarah yang kemudian berproses dalam kurun waktu ratusan tahun menjadi sebuah jaman moden.
Dalam memenuhi kebutuhan manusia , mereka yang hidup di zaman dahulu melakukan barter. Barter adalah sebuah sistim yang diterapkan oleh dua individu dengan cara menukar barang satu dengan barang yang lainnya. Hal tersebut terjadi karena potensi wilayah antara dua individu tersebut memiliki perbedaan dalam menghasilkan produk. MIsalnya desa yang satu menghasilkan beras, kampung yang lain menghasilkan buah dan desa dekat pantai dengan ikannya. Seperti kata pepatah Asam di gunung, ikan di laut. Ketemu dalam belanga. Tapi di pasar semua bertemu. Barang dari hilir hingga ke hulu. Benda cair hingga padat. Orang dari berbagai suku, agama, budaya dan semuanya.
Keberagaman, berbagai rasa (pahit, manis, kecut, asam) ada disini. Memiliki banyak fungsi, peran, manfaat, tujuan dan dampak bagi hidup orang banyak.
Jika dilihat dari fungsinya pasar tradisional memiliki beragam fungsi: antara lain Menjadi arena pembauran karena berbagai macam etnis. fungsi/nilai historis yang cukup tinggi, fungsi sebagai ruang publik, media komunikasi, interaksi, mobilisasi, proses supply dan demand, pusat perdagangan, berputarnya uang milyaran, ratusan juta setiap hari, tempat uang beredar, tempat ngobrol, bertemu teman, berburu makanan enak, berburu pangan organik, dlsb,dlsb.
Berbicara tentang 1 pasar Pasar Tarutung . Tinggal selama 2 (dua) tahun karena mengingkut suami, menjadi kenangan mendalam selama menjelajahi pasar Tarutung. Pasar yang “ngangeni”. Kenapa berbeda?
1. Perempuan Tua dan Kehidupan
- Bagi banyak pasar rakyat, perempuan tua adalah profil paling sering kita temukan. Dengan gelar dagangan apa adanya. Menjual berbagai hasil bumi untuk dijajakan bagi orang luas.
- Di Tarutung, perempuan tua yang sering kutemukan adalah sosok yang sangat “Menggemaskan”. Di sebuah sudut pintu masuk pasar, ada seorang tua yang menjajakan gula merah dan pisang-pisang ranum yang masih menggantung di tandannya. Terhimpit diantara gudang kelapa yang kusam. Dia berada diantara parit yang memisahkan pasar dan rumah penduduk. Kuperhatikan orang-orang membeli gula merahnya. Ramai. Gula merah yang dibungkus dalam daun pisang coklat kering terkadang menyembul. Beliau memiliki pelanggan tersendiri. Pisang yang dijualnya tidak dikarbit. Asli matang sendiri. Bentuk buah padat. Rasa juga manis. Orang-orang tahu bahwa dia mengambil pisang matang/hampir matang dari para pemilik. Gula merah yang dijualnya juga terasa lembek namun asli. Tidak ada campuran kimia untuk membuat gula merah bagus kelihatan. Saat pertama melihat gula merah jualannya, saya sempat jijik. Ada beberapa lebah. Ternyata menurut pelanggan lain. Itu tanda gula merah tidak pakai pengawet. Gulanya juga masih baru dibuat beberapa sebelumnya
- Pasar rakyat adalah ruang bagi orang-orang kecil untuk mengaktualisasikan diri. Menjadi arena untuk bertahan hidup.Bahkan meningkatkan kualitas hidupnya. Perempuan tua lusuh, kotor, sabar dengan wajah keriput adalah wajah yang banyak kita temukan di pasar-pasar rakyat di seluruh Indonesia. Bukan hanya sekedar mendapatkan sumber uang bagi makanan. Para orangtua ini meningkatkan kualitas hidupnya melalui menyekolahkan anak-anak sampai perguruan tinggi.
- “Parengge-rengge” dalam istilah Bahasa Batak. Dagangan yang terlihat sepele. Hanya berupa helaian gelar tikar plastik dengan dagangan apa adanya. Tetapi dari tangan-tangan ibu ini lahir anak-anak hebat.
2. Memutus Mata Rantai Rentenir/Tengkulak
Bagi banyak pasar rakyat, ada satu siklus penjualan yang cukup panjang terjadi. Hal ini membuat terkadang kita sendiri tidak yakin lagi apakah bahan pangan yang kita konsumsi masih sehat, bebas dari bahan beracun? Harganya yang super duper mahal.
Pengalaman di Pasar Tarutung, Rantai perdagangan produk yang mereka jual juga tidak terlalu panjang. Sehingga harganya relatif murah. Produknya juga segar serta rasa tentu lebih enak karena masih baru diolah. Disana kita bisa menemukan pedagang beras dengan beberapa ragam kualitas beras. Asli memang masih baru keluar dari “Pabrik penggilingan”. Beras-beras ini ditaruh dalam goni besar. Terbuka sehingga kita bisa melihat warna dan kualitas beras. Beras-beras ini masih dengan kulit ari. Belum dimasukkan dalam goni-goni bermerk. Karena memang dari petani, diambil toke kecil dan selanjutnya dijual di pasar. DIjual dalam ukuran liter bukan kilogram.
Di area luar,pasar Tarutung juga selalu lain setiap pekannya. Warna-warni sayur mayur, buah-buahan, bahan pangan lainnya tergantung sedang musim apa.
Boleh dikatakan jika terkait dengan hasil bumi (sayur-mayur, cabai,bawang,tomat, buah-buahan). Hanya ada 2-4 rantai/siklus perdagangan terjadi. Jika dilihat malah mungkin hanya 2 rantai saja.
3. Kimiawi versus Organik
Prihatin melihat mayoritas produk pangan kita adalah hasil dari pupuk kimia.Yang jelas sangat berbahaya bagi tubuh. Bukan hanya dipasar modern, bahkan di pasar rakyat bahan-bahan pangan yang diperjualbelikan diolah dengan bahan sintetis yang berbahaya. Pewarna kimia,pengawet kimia, perasa yang berasal dari zat-zat membahayakan. Pasar tradisional juga telah menjadi satu media dimana bahan-bahan berbahaya ini dipakai secara massive.
Sebagai pengalaman berburu di berbagai pasar rakyat, di Pasar Tarutung ada nuansa organik yang selalu saya temukan. Memang beberapa bahan pangan dan kebutuhan sehari-hari jelas sudah diolah dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Tapi di berbagai tempat dan di beberapa sudut, masih saya temukan bahan organik yang tidak disentuh oleh bahan kimia.
Misalnya saya suka dengan “jika membeli kopi di pasar ini. Kita melihat langsung kopi digiling. Aromanya menyeruak. Kitapun dapat melihat biji kopi hitam dan bubuk kopi siap dibungkus.
Khas, lokal, unik menjadi satu primadona yang harus dimunculkan dalam satu pasar rakyat. Setiap pasar tradisional harus memiliki satu brand yang kuat sehingga setiap orang tertarik kesana. Di sudut Pasar Pringgan di tengah kota Medan ada satu brand yang kuat. Saat mencari bumbu jadi yang berkualitas baik pergilah kesana. Sebuah kedai menjual bumbu rendang, gulai, arsik. Bahan-bahan asli dan segar. Seperti bumbu rumahan.
Brand ini penting untuk membuat orang datang dan menikmati petualangan di pasar rakyat. Di Pasar Tarutung banyak yang sangat khas.Termasuk kulinernya. Seperti Mie Gomak. Perantau yang pulang akan selalu menikmati Mie Gomak (Spagethi Orang Batak).
DI Pasar Tanjung Rejo, ada satu yang bikin aku dan anakku paling besar selalu mampir. Buah nangka dengan warna kuning menggoda. Buah nangka yang telah dikeluarkan dari buah besarnya.Ditaruh dalam kemasan sedang dengan harga tidak terlalu mahal.
Yang pasti buah ini ORGANIK, LOKAL,RASANYA MAKYUS, HARGA MURAH.
5.Sebagai pusat aktifitas, proses makan untuk kebutuhan hidup menjadi sangat penting. Perlu ada ruang kuliner yang rasanya lezat. Harganya terjangkau Ini menjadi salah satu daya tarik pembeli. Di salah satu pasar rakyat di Pematang Siantar, yang “ngangeni” ada satu lokasi atau pojok tempat menjual es campur. Warna coklat gula merah dengan butiran es berkilau diatasnya dan rasa-rasa yang menggoda.DI pasar Tarutung, ada kue talam sebagai produk lokal. Kuliner khas dengan talam besar.
5. Semangat wisata.
Menanamkan semangat wisata. Sebagai bagian dari transformasi , pasar rakyat terutama yang ada di kota besar dapat mentransformasi diri menjadi salah satu wilayah wisata. Banyak pasar rakyat yang dapat menjadi salah satu lokais wisata misalnya Pasar Beringharjo di Yogyakarta. Atau pasar Sambu di kota Medan. Di pasar tradisional atau pasar rakyat, barang-barang lokal khas yang cantik dan indah bisa menarik wisatawan. Sama seperti pasar rakyat di Sambu, kota Medan. Helaian ulos-ulos cantik untuk digunakan dalam adat tradisi Batak juga dijajakan sebagai souvenir oleh turis.
Urgensi tentang Pasar Rakyat yang harus diutamakan adalah:
- Kelengkapan Bahan
- Harga Murah
- Prilaku Pedagang yang ramah.
- Timbangan yang benar
- Kenyamanan
- Kualitas Barang
- Fasilitas umum yang memadai dan layak.
- Ketersediaan Kuliner
- Pengelolaan Parkir bagi Becak
- Pemodalan bagi pedagang
Karenanya gebyar Urgensi Pasar Rakyat. gerakan pasar rakyat secara nasional dan meluas harus didukung. Rakyat membutuhkan itu. Puluhan juta rakyat tergantung hidupnya dari pasar tradisional. Ayo:
Bangkitkan Gerakan Belanja Ke Pasar Rakyat. Jelajah, beburu, menikmati, duduk, bersenang-senang di Pasar Rakyat..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H