Kita ingin sebuah keluarga yang ceria walau dengan seluruh keterbatasan? Atau keluarga dengan middle kelas dengan seluruh kebutuhan hidup yang serba praktis dan instan? Tinggal memilih konsepnya. Saya sering miris melihat beberapa keluarga yang selalu menghadiahi anaknya yang ulang tahun dengan HP, sepeda motor, atau yang bagi saya tidak meningkatkan kreatifitas. Keluarga dengan kesederhanaan akan menawarkan sebuah hadiah yang meningkatkan hormone keingintahuan bagi anak, yang menimbulkan kreatifitas. Dilematika itu saya alami saat ini.
Ingin memberikan makanan terbaik bagi keluarga. Diolah sendiri, dimasak sendiri, tetapi dikarenakan keterbatasan waktu akhirnya sering membeli makanan dari luar. Menghabiskan beberapa hari untuk makan di rumah makan atau restoran yang identik dengan middle class padahal pendapatan adalah kelas pekerja. Nah sebagai perempuan, membagi waktu dengan beban kerja ganda akan menyeret kita pada dilematika diatas. Akhirnya harus pintar. Harus belajar membuat makanan praktis, tapi sehat dan murah. Itu masih dilematika dalam pangan?
Belum lagi dilematika dalam berpakaian.
Sering terbius dengan fashion kerabat, sauadara, tetangga yang harga fantastis dengan keluaran terbaru. Belum lagi jika menikah dengan keluarga suami yang mungkin berasal dari kelas middle. Atau bergaya hidup middle kelas. menggunakan tas bermerk, sepatu bermerk. Tentu dilematika tiada tara. Saya suka sesuatu yang sederhana tetapi kiri kanan, muka belakang menyerbu dengan barang-barang kualitas bagus,harga mahal, tidak ketinggalan jaman. Akhirnya terseret juga ke arah saana. Sesuatu yang sulit bukan?
5. Calon Suami apakah sekelas Albert Einstein atau si Penebar Pesona Don Juan dari Kelas Sastra ?
Seorang suami memiliki kepintaran secara akademik dengan kalkulasi otak sekelas Albert Einstein. Memiliki nilai tinggi dengan kesempatan besar ikut olimpiade fisika/matematika atauIPA. Sebelum menikah, akan terlihat tipe suami yang lihai dalam sains. Biasanya jurusan tehnik. Yang romantismesnya kurang.
Atau anda punya calon seperti seorang sastrawan yang pintar mengumbar janji. Atau yang mengirimkan anda berhelai-helai surat cinta. Dua-dua tak ada salahnya. Dua jenis tipe ini punya nilai positip tapi juga punya nilai negatip. Si Don Juan akan memenuhi hasrat anda yang butuh diambungkan setinggi langit. Disanjung dengan puisi-puisi romantic, tetapi kurang dalam bekerjasama misalnya untuk memperbaiki genteng yang rusak.
Si Einstein/si anak Fisika yang kaku dengan rasa romantisme yang kurang tapi memastikan bahwa kran air tidak bocor, tv menyala dengan baik. Dilematika ini harus diseimbangkan. Jurusan mesin yang tak pernah sekalipun menulis surat cinta, tetapi bentuk cinta lebih pada bagaimana memastikan semua peralatan mesin di rumah.
6. Konsep Hubungan Mother in law seperti apa?
Bagi berbagai suku di Indonesia, mother in law (mertua perempuan) memiliki hubungan yang lumayan rumit dengan menantu perempuannya. Entah kenapa. Mungkin dikarenakan ada unsur kompetisi di dalamnya.Bayangkan seorang perempuan asing tiba-tiba merebut anaknya. Disekolahkan, dicarikan kerja.
Kemudian menikah dengan perempuan asing yang akhirnya kasih sayangnya pun beralih.Mungkin ini salah satu latar belakang kenapa hubungan yang bermertua-menantu kurang harmonis. Bagaimana dengan anda. Secara akar, “konflik” pasti sudah ada. Intinya adalah bagaimana anda menyikapi hubungan ini. APakah anda ingin hubungan yang sangat “akrab”, “biasa/say hello saja” atau “anjing-kucing.” Tinggal bagaimana menganalisa hubungan yang hendak anda bangun. Paling tidak bangunlah sebuah hubungan yang intinya saling menghargai, tidak melukai satu dan yang lain.