Saya pun akhirnya mengikuti model ini. Saya akan menyisihkan 3-4 jam untuk sebuah proses transaksi terutama menabung di bank. Kebetulan di samping bank langganan saya ada supermarket waralaba dengan fasilitas Wi-fi dan tempat duduk yang nyaman. Di tempat duduk yang nyaman tersebut, saya akan search Kompasiana dan Check it out untuk membaca tulisan-tulisan inspiratif yang menambah asupan energi untuk menjalani hidup yang penuh keringat dan debu ini. Â Kalau sekarang saja kita ke bank dengan tergesa-gesa marah-marah, suntuk dan bawaan stress. Apalagi yang hendak kita nikmati di hidup ini. Ingat apa yang anda alami dan rasakan sekarang akan berulang hingga anda tua.Â
Tabungan Pensiun bukan hanya sekedar jumlah saldo di rekening. Tapi cara anda memandang pensiun anda kelak. Cara anda menjalaninya. Dan seni menikmatinya. Bahkan saya sering melihat seorang Bapak (sudah duda) tetangga saya saat ke bank, selalu lebih dulu menikmati penganan lontong lezat di samping bank. Dan akhirnya akan mempromosikan, "Lontong yang enak di samping bank itu!" "Atau pekerja bank yang cantik itu". Ada passion di sana. Ada kegembiraan di wajahnya. Padahal dia hanyalah seorang wirausaha laundry yang pendapatannya tidak terlalu bombastis...Nah.. kalau anda cuma bisa setor 100-200 ribu setiap bulan. Pilih bank yang lokal. Atau bank pemerintah, yang tidak harus malu kita walau menyetor tabungan cuma segitu...Prosesnya itu lho.......
4. Masuk Asuransi sesuai Kemampuan KantongÂ
Dulu hanya orang-orang kaya yang punya asuransi. Sekarang................siapa saja. Bahkan sekarang ada asuransi dengan modal Rp. 50.000/investasi untuk buruh kasar, supir angkot, para pekerja kasar dan konon bagi kita pekerja rumahan. baik yang dikelola oleh pemerintah, semi pemerintah, sawasta, perusahaan besar mendunia, semua ada dan tersedia di mata.Â
5. Berinvestasi dengan Cara Kampung Hingga Cara CanggihÂ
Tergantung anda orang kampungan, pinggiran atau orang kota ha..ha..Cara paling kampung...orang desa. Membeli sawah gadaian . Cara paling wahid memperoleh tambahan uang. Misalnya  seorang petani perlu uang, dia gadai sawah dengan padi 2000 kaleng. 1 kaleng = Rp. 10.000. 1 tahun - 2 tahun, saat punya uang dia akan tebus dengan tetap 2 kaleng tapi 1 kaleng - Rp. 15.000. uang 30 juta akan kita peroleh..cara modern..temuakn di buku-buku, cari di google ya..ha..ha..
6. Managemen Keuangan Pembukuan yang rutinÂ
Dengan mencatatkannya, saya tentu dengan penuh kehati-hatian juga menggunakannya. Saya sering tersenyum membaca nilai-nilai pendapatan "tambahan" kecil-kecil bulanan saya bahkan ada yang masih tahun 2006. Uang-uang kecil misalnya  hasil penjualan anjing, penjualan dispenser bekas, "tuhorni boru" (saat mengawinkan anak perempuan dari saudara yang satu Bapak/kakek/nenek) kita akan mendapat pembagian uang mahar perempuan yang jumlahnya cukup kecil. Ada kebahagiaan tersendiri membacanya. Dari analisa keuangan tersebut juga terlihat bahwa saya aktif di berbagai acara adat/memiliki kolega seorang calon legislatif yang kalah...ha..ha
7. Mencari Uang TambahanÂ