Jika aku rindu Ayah, aku akan mengenang kisah-kisah paling indah saat bersamanya
Kami pernah duduk bersisian, aku sebelah kiri, ia sebelah kanan. Aku bercerita banyak hal, sedang Ayah hanya menjadi pendengar yang taat
Sesekai ia tersenyum, sesekali ia mengangguk, sesekali ia menggeleng, sesekali Ayah yang pendiam itu mengucapkan kata "ho-oh"
Lantaran tak berhenti ngomong, Ayah menguap dan mengucek matanya, kukira ia memberi isyarat: bagaimana kalau ceritanya kau buat bersambung, duhai buyung.
Ia tak marah, ia tak memotong pembicaraan, ia mengganggapku penting. Ayah lebih memilih menggunakan bahasa tubuhnya, bukan bahasa mulutnya agar aku jeda bicara
Kini, aku tak bisa lagi bercerita dengan lelaki yang santun itu, sebab ia telah pergi meninggalkanku, selamanya.
Air Tawar, Padang, 12 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H