Mohon tunggu...
Sirajul Huda
Sirajul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Guru les rumahan

Seorang ayah yang selalu berjuang menghebatkan anaknya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jemput Aku, Mak

2 Februari 2024   07:14 Diperbarui: 2 Februari 2024   07:44 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di tanah rantau ini, takada makanan senikmat buatanmu, Mak.

Aku taktahu, apakah cabai yang kita tanam, berbeda dengan cabai yang mereka makan.

Di sini, temannya nasi: gulai ikan, ayam goreng balado, dan tumis kangkung, semuanya ditambahkan gula sebagai penguat rasa. Tapi saat kumakan, takada keringat yang sir mengalir dari tubuhku. Lidahku berduka sejadi-jadinya, Mak.

Di sini, di tanah rantau ini, orang-orang hanya membanggakan gedung-gedung nan tinggi, bahkan rumah-rumah yang mereka bangun, ditutup pagar yang tingginya melebihi tubuhku.

Mereka memakai sepatu bukan hanya hingga pintu, tapi terus ke ruang tamu, menuju tempat tidur. Katanya, kaki telanjang kita jauh lebih kotor dan berminyak, meninggalkan kuman pada karpet mereka yang kita injak. 

Jemput aku, Mak.

Jika mungkin, kembalikan aku ke rahimmu.

Air Tawar, Padang, 2 Februari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun