Mohon tunggu...
Sirajuddin Gayo
Sirajuddin Gayo Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan praktisi pada Keuangan Daerah dan kebijakan publik Pemerintah

Biografi singkat, Pekerjaan penilai pada perusahaan penilai, tim ahli badan anggaran DPRD

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Belt and Road Initiative", Dilema melanjutkan Jokowi atau Tidak

23 Februari 2019   08:17 Diperbarui: 23 Februari 2019   09:22 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerja kerja yang pro Bono itu, memang saya akui dibayar lunas dengan janji umroh dari pengurus relawan tongkat pusat. Walaupun umroh nya tak terealisasi, tapi setidaknya pasport telah dikumpulkan. Saya tetap cinta dan sayang serta pendukung setia Jokowi, apalagi dengan  visi menjadikan Indonesia bagian dari "poros maritim dunia. 

Selain memperkuat Angkatan Laut Indonesia sebagai kekuatan maritim regional, strategi Jokowi untuk mewujudkan ini termasuk membangun pelabuhan untuk mendukung industri perikanan dan logistik pengiriman untuk meningkatkan ekonomi kelautan berbasis kepulauan.

Jokowi orang baik dan akan tetap menjadi orang baik, beliau selalu memimpin dengan ketauladanan. Hanya saja faktor kelemahan leadership dan kekuatan aura kepemimpinan yang tak terlihat.  Jalannya Kapal Besar Indonesia Raya ini seperti oleng.  Lemahnya singkronisai antar departemen yang selalu dipertontonkan dihadapan publik, bahkan pernah beredar chat dari salah satu petinggi departemen yang menyebut kan kelemahan atasannya. 

Saya rasa adalah salah satu faktor yang membuat saya dan mungkin beberapa orang seperti saya yang merasakan dilema, melanjutkan Pemerintahan ini atau mengganti nya.

Saya takut Belt and Road Initiative Pemerintah China hanya akan berujung bukan sebagai jalur sutra perdagangan tapi menjadikan wilayah  Indonesia sebagai sasaran tembak perang dunia ketiga karena infrastruktur yang dibangun untuk ekonomi, gagal menjalankan perannya, dan terpaksa diserahkan ke yang bangun kemudian dijadikan pangkalan perang sahaja.... Sudah ada contoh nyata sebuah Pelabuhan di India.

Belt and Road Initiative (BRI) di Sumatera Utara.

China melalui BRI nya (Inisiatif Sabuk dan Jalan), memberikan dukungan finansial dan teknis. Tapi negara tuan rumah hanya akan mendapat manfaat dari peluang ini jika mereka mampu memahami bagaimana struktur pasar perdagangan lintas laut atau darat benar-benar bekerja.

Yang terpenting negara tuan rumah harus memiliki kemampuan untuk merumuskan dan mengimplementasikan rencana yang baik sehingga proyek dapat direalisasikan sesuai rencana.

Tentang Sei Mangkei dan Kuala Tanjung nya di Sumatera Utara, Jika diputuskan untuk mengembangkan pelabuhan transhipment, maka pertama-tama pemerintah perlu memahami struktur pasar transhipment atau struktur bisnis pusat perdagangan internasional. Kedua, pemerintah harus mempertimbangkan apakah Indonesia mampu dan siap bersaing dengan Singapura dan Malaysia, yang telah mengembangkan pasar transhipment terbesar.

Jika keputusannya adalah mengembangkan pelabuhan pedalaman, seperti Pelabuhan Parlimbungan Ketek di Madina, maka pelabuhan-pelabuhan ini membutuhkan dukungan dari industri manufaktur berorientasi ekspor yang dibangun di daerah pedalaman pelabuhan di Sumatra Bagian Barat itu. 

Industri manufaktur di Sumatra bagian Barat itu tidak akan cocok untuk manufaktur barang konsumsi domestik. Jenis industri manufaktur konsumsi domestik ini akan memilih lokasi yang dekat dengan pasar konsumen besar seperti sabuk manufaktur yang ada di Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun