Mohon tunggu...
Sirajuddin Gayo
Sirajuddin Gayo Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan praktisi pada Keuangan Daerah dan kebijakan publik Pemerintah

Biografi singkat, Pekerjaan penilai pada perusahaan penilai, tim ahli badan anggaran DPRD

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Belt and Road Initiative", Dilema melanjutkan Jokowi atau Tidak

23 Februari 2019   08:17 Diperbarui: 23 Februari 2019   09:22 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia bercita-cita kota-kota pelabuhan yang terletak di sepanjang Selat Malaka, jalur pelayaran sibuk yang menghubungkan Samudra Pasifik dan India, akan menjadi pusat pertumbuhan baru melalui kegiatan ekspor dan impor. Tapi cita-cita ini tidak terwujud karena Indonesia gagal memahami struktur pasar perdagangan lintas laut di Selat Malaka dan sekitarnya.

Indonesia mengembangkan daerah pelabuhan di Sabang dan Batam sebagai pelabuhan bebas (free port) dan zona perdagangan bebas (free trade zone), area khusus dengan gudang-gudang penyimpanan serta fasilitas pemrosesan dan pemindahan kargo kapal (transhipment) untuk ekspor. Barang-barang di pelabuhan bebas dan zona perdagangan bebas dibebaskan dari bea impor dan pajak lainnya.

Pelabuhan Sabang yang ketika pengembangan nya oleh  BPKS dan saya ikut menjadi konsultan pengawas ketika itu,  setelah belasan tahun diresmikan entah jadi pelabuhan apa, karena nyaris tak terdengar aktivitas Ekonomi Skala Usaha disana.

pun begitu dengan Batam, di Selat Malaka, Singapura telah mendahului Indonesia dalam pasar jasa pemindahan kargo kapal dan logistik.  Singapura menyediakan layanan bunker untuk mengisi bahan bakar kapal. Singapura membangun tiga kilang minyak dengan kapasitas total 1,3 juta barel per hari untuk memungkinkan pengisian bahan bakar dengan harga kompetitif. Ini melebihi kapasitas kilang minyak Indonesia. Sudah tak ada harapan untuk bersaing.

Memang pendekatan yang salah arah, ketika kita hanya fokus  pada keunggulan strategis geografis malah terobsesi dengan geometri--dengan bentuk wilayah pasar pada lanskap yang dibayangkan ideal, atau dengan penempatan fasilitas yang optimal--dengan sedikit atau tidak sama sekali memperhatikan masalah pemodelan pasar.

Pendekatan menekankan masalah sekunder, detail seperti konstruksi fisik di lokasi yang strategis, daripada memastikan terlebih dahulu apakah ada permintaan pasar. Kita takut Sei  Mangke yang kita  banggakan menjadi  Sei Mangkrak... kebijakan yang sekedar mengulang kegagalan free trade Sabang.

Contoh lain yang Jembatan Tol Suramadu, mengabaikan pemodelan pasar menyebabkan perencanaan lebih fokus pada konstruksi fisik sebelum memastikan bahwa pengembangan fasilitas akan memungkinkan pertumbuhan ekonomi. 

Jembatan Tol Madura yang didanai oleh Cina adalah contoh kegagalan semacam itu. Jembatan ini dibangun untuk menghubungkan zona industri antara Surabaya dan Madura. Namun pengembangan zona industri di kedua ujung jembatan belum terealisasi.

Kita memang tidak ingin Sei Mangkei menjadi Sei Mangkrak, Pelabuhan Parlindungan Ketek di Natal Madina hanya untuk pelabuhan ketek (sampan kecil). Kita berharap Sumatera Utara dapat ikut menikmati pesta makan siang yang sedang diadakan China melalui Ambisius BRI nya itu. Dan kita ingin kita punya Presiden kuat dalam leadership yang mampu mewujudkan itu.... Wah jadi makin galau setelah 4 tahun lebih ini beliau belum menunjukkan kekuatan leadership nya.

Pilpres 2014.

Saya termasuk salah satu rakyat Indonesia pada 2014 yang tergila gila dengan Jokowi, saya tidak takut acamanan pemecatan dari partai saya yang ketika itu tidak mendukung Jokowi. Saya ikut memimpin salah satu relawan besar di Indonesia untuk wilayah Sumatera Utara. Dan saya ikut bekerja keras memenangkan Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun