Mohon tunggu...
Sirajuddin Gayo
Sirajuddin Gayo Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan praktisi pada Keuangan Daerah dan kebijakan publik Pemerintah

Biografi singkat, Pekerjaan penilai pada perusahaan penilai, tim ahli badan anggaran DPRD

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Belt and Road Initiative", Dilema melanjutkan Jokowi atau Tidak

23 Februari 2019   08:17 Diperbarui: 23 Februari 2019   09:22 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belt and Road Initiative China, Dilema Memilih Jokowi lagi atau Tidak.Oleh : Sirajuddin Gayo

Negara Cina pertama kali mengusulkan Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan (Belt and Road Initiative- BRI) pada 2013. Inisiatif ini memberikan pinjaman kepada mitra negara untuk membangun jalan, kereta api, pelabuhan, jaringan pipa energi, dan telekomunikasi.
Slogan nya China  sedang membangun jalur sutra perdagangan dunia untuk kepentingan Ekonomi nya jangka panjang.

Indonesia menjadi bagian dari negara negara yang sepertinya sedang menikmati lezatnya kue Belt and Road Initiative itu. Layaknya pesta makan siang,  kita sedang menikmati jamuan  makan siang gratis, kita  terlena menikmati semua jenis panganan yang diajukan dalam program Ambisius China melalui tangan BRI itu. 

Lazimnya juga sebuah pesta makan siang gratis,kita diundang dengan beberapa persyaratan seperti dress code, bawa card name, potongan undangan utk door prize. Dan tentu saja kita mengikuti semua ketentuan itu.

Walau terasa seperti diselingkuhi, ketika Jokowi mengeluarkan Peraturan Presiden tentang tenaga kerja asing beberapa waktu yang lewat, pemahaman dan memaklumkan, bahwa itu adalah bagian dari persyaratan pesta makan siang yang sedang dimainkan Belt and Road Initiative tsb.

Saya yakin bahwa Pemerintahan Jokowi isadar sesadarnya bahwa skema pembiayaan Jalan dan Sabuk Tiongkok mengandung risiko. Negara-negara rentan berpeluang masuk ke dalam perangkap utang, menyediakan Cina kesempatan mengendalikan lokasi strategis di berbagai belahan dunia.

Pengalaman Sri Lanka menjadi peringatan bagi negara-negara lain. Karena ketidakmampuannya membayar utang, Sri Lanka harus menyerahkan pelabuhan Hambantota yang gagal ke Cina selama 99 tahun. Hasilnya, Cina mendapat pangkalan yang dekat dengan India, saingannya, dengan akses ke perairan komersial dan militer Indo-Pasifik yang strategis.

Para pemimpin negara lain juga telah menyuarakan keprihatinan atas proyek-proyek di negara mereka. Presiden Pakistan Imran Khan mengkritik proyek Koridor Ekonomi Cina-Pakistan senilai US$60 miliar. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad telah meminta Cina untuk mempertimbangkan kembali proyek kereta api pantai timur di negara semenanjung itu.  Pemerintah Myanmar juga meminta Beijing menurunkan secara signifikan skala proyek pelabuhan laut dalam di Kyaukpyu.

Ketika pemerintah Jokowi belum bereaksi dengan agresivitas Proyek proyek BRI di tempat kita yang saya sebut aja "terlalu maju" sebagai tamu, padahal kritikan suara oposisi sudah begitu menggema, namun karena tetap aja masih di anggap HOAX, maka menjadi ragu dan dilema, melanjutkan Pemerintah Sekarang ini atau mengganti nya di 17 April nanti.

Sei Mangkei or Sri Mangkrak

Jauh sebelum Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan dan visi poros maritim Jokowi, Indonesia pernah mencoba mengembangkan pelabuhan di Sabang, Aceh dan Batam, Riau untuk dijadikan pusat perdagangan internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun