Mohon tunggu...
Sirajuddin Gayo
Sirajuddin Gayo Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan praktisi pada Keuangan Daerah dan kebijakan publik Pemerintah

Biografi singkat, Pekerjaan penilai pada perusahaan penilai, tim ahli badan anggaran DPRD

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bisnis Politik dan Politik Bisnis

9 Desember 2018   11:59 Diperbarui: 9 Desember 2018   12:29 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis dan politik yang jelas masing-masing ranahnya berbeda. Bisnis berkiprah pada strategi dan kebijakan perusahaan dalam aktifitas ekonomi produksi dan distribusi barang dan jasa. Tujuan utamanya meraih kemampulabaan maksimum.

Sementara politik bicara tentang bagaimana meraih dan mengembangkan kekuasaan. Lingkup tujuannya adalah merumuskan kebijakan publik demi peningkatan kesejahteraan  publik seluas-luasnya. Kebijakan publik yg menjadi tujuan politik tersebut tentu saja termasuk kehidupan bisnis.

Dalam realita Bisnis teramat sangat bersinergi dengan politik, sehingga istilah Politik Bisnis dan Bisnis Politik seharusnya  menjadi satu topik keilmuan tersendiri.

Politik Bisnis secara positif bisa berarti dalam lingkup strategi, program bahkan trik dan trip untuk mendapatkan profit. Namun karena disematkan istilah politik didepan kata bisnis, asosiasi pemikiran langsung ke praktek menghalalkan segala cara. Sebetulnya sangat salah, namun karena politikus rata rata membawakan dirinya dalam kesehariannya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan politik sehingga politik menjadi beraroma negatif seperti itu, padahal pada hakekatnya politik itu sesuatu yang teramat mulia dengan tujuan yang sangat mulia, yaitu 'untuk dan atas nama kepentingan masyarakat seluas-luasnya'.

Bisnin Politik, nah...inilah yang menjadi bahasan yang paling menarik dalam musim PILEG 2019 ini. Menarik karena kita-kita sebagai CALEG, membahasnya saja, kita seperti akan mentertawakan diri sendiri.

Bisnis politik yang berarti mencari profit dari kegiatan kegiatan politik. Membisniskan politik,  pada dasarnya tidak hanya dilakukan oleh politikus atau pekerja dilingkarkan  politikus atau tidak hanya boleh petugas partai. Kita baru saja digiring untuk menonton 2 film nasional yang pada dasarnya film drama atau sinetron biasa aja. Dua film yang tayang perdana secara bersamaan, film "A Man Call Ahok" dan film "Hanum & Rangga", berhasil di giring semacam membentur kan dua pendukung Pilpres 2019. Sehingga ajakan nonton bersama pun digalang para petinggi petinggi partai, agar rating film nya yg diasosiasikan sebagai dukungan pilpres tidak kalah dengan pesaingnya.

Cerdas secara bisnis politik, bahkan mampu menciptakan kesan bahwa penayangan perdana kedua film ini adalah by design, untuk memelihara amunisi "Ahoker Effect", dan tentu saja kalangan kecebong terbawa dengan gendang ini, sehingga secara terus menerus memviralkan semangat "Ahoker". Padahal semakin tingginya semangat "Ahoker", semakin banyak silent majority pendukung Jokowi yang meninggal kan dukungan nya terhadap Jokowi.

Betulkah by design oleh politikus, saya kira tidak, politikus tidak secerdas itu secara bisnis, kalaupun ada politikus yang cerdas, biasanya tidak pernah berada di ring satu. Karena memang teramat berbahaya menempatkan politikus cerdas di ring satu, karena umumnya kecerdasan linier dengan integritas. Sedangkan Ring Satu adalah permainan segala permainan, ketika permainan itu menampilkan kedunguan, maka politikus cerdas tak akan sanggup bertahan dalam kediamannya.

Yang pasti kedua film biasa tersebut telah mampu menarik emosi dukungan politis, dan berhasil mendapatkan profit yang besar.

Bentuk bisnis politik lainnya adalah yang terkait dengan praktek kita dalam pencalegan. Sebagai CALEG, kita terkadang harus tersenyum kecut, bahkan mentertawakan diri sendiri. Berbagai bentuk dan wujud biaya yang harus kita keluarkan, padahal kita sadar sesadarnya, bahwa kita sebagai Bapak Caleg/Bunda Caleg/Ketua /  atau sebutan "WAH" lainnya, hanya dan hanya sedang mengolah kita. Dan kita secara sadar terikut dalam irama gendang pengolahan tersebut........(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun