Saya seorang Muslim jadi tidak begitu banyak mengetahui dan mendalami mengenai kisah kenaikan Isa Almasih.
Tapi, paling tidak ini yang tertera dalam Wikipedia, perayaan Kenaikan Tuhan dan Juruselamat Kami Yesus Kristus, yang juga dikenal sebagai Kamis Kenaikan, Kamis Kudus, atau Hari Kenaikan, memperingati kenaikan Yesus ke surga.
Hari tersebut merupakan salah satu perayaan ekumenis (dirayakan secara universal) dari gereja-gereja Kristen. Hari Kenaikan secara tradisional dirayakan pada hari Kamis, hari keempatpuluh setelah Paskah (sesuai dengan Kisah Para Rasul 1:3), meskipun beberapa denominasi Kristen memindahkan perayaan tersebut pada hari Minggu berikutnya.
Di antara implementasinya sebagaimana tertulis dalam Kompasiana, Kenaikan Isa Almasih diperingati Umat Kristiani untuk memperingati terangkatnya Yesus Kristus ke surga, setelah 40 hari kebangkitannya.Karenanya pula, peristiwa ini serta merta menjadi ruh bagi kita yang hidup di dunia. Untuk selalu memiliki pengharapan dan kasih di tengah-tengah situasi yang memprihatinkan.
Menurut Kompasianer Suherman Agustinus bahwa "Kenaikan Kristus ke Surga menggambarkan langkah masuk yang definitif dari koadrat manusia Yesus dalam kemuliaan Allah di Surga, darimana Ia akan datang kembali, tetapi untuk sementara tersembunyi bagi pandangan manusia" (bdk Kok 3:3). Yesus menjadi yang pertama masuk ke dalam Kerajaan Surga dan akan diikuti oleh umat Kristiani sebagai anggota Tubuh-Nya.Â
Namun, umat Kristiani tidak secara otomatis masuk ke dalam Kerajaan Surga. Artinya, tidak semua orang Kristiani akan masuk dan kembali ke Surga setelah menyelesaikan kehidupannya di dunia ini, tergantung amal dan ibadah.Â
Mereka yang selama hidupnya di dunia rajin beribadah dan berbuat baik akan kembali ke Surga. Sebaliknya, orang yang malas beribadah dan jarang berbuat baik akan masuk ke dalam neraka (tempat penyiksaan di dunia akhirat).
Mungkin masih banyak interpretasi lain terkait dengan pelajaran penting kenaikan Isa Almasih bagi umat Kristiani.
Kini, saya coba sedikit uraikan tentang Mi'raj Nabi Muhammad Saw, peristiwa ini terjadi pada suatu malam yang diberkati Nabi Muhammad menaiki (mi'raj) ke langit, Sidratul Muntaha, dan Mustawa --Arasy. Banyak alam amsal, alam perbandingan yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW.Â
Tapi, inti Mi'raj adalah penerimaan perintah Shalat Fardu, 5 waktu bagi umat Islam. Peristiwa Isra dan Mi'raj diperingati yanggal 27 Rajab, Almanak Qamariyah (perhitungan dengan bulan).
Tentu terdapat perbedaan peristiwa, kisah, dan penafsiran kenaikan Isa Al-Masih dan mi'raj Nabi Muhammad SAW. Kita sebagai umat beragama, jangan selalu berdebat berlebihan menyangkut kisah itu yang kadang perdebatan itu lebih menunjukkan diri kita tampak sedikit agak angkuh dan sombong. Padahal, Isa dan Muhammad sama-sama menolak sikap sombong atau takabur.
Beberapa orang yang beragama menjadi konflik, selisih, dan hingga perang karena sikap dengki atau sikap sombong itu, karena merasa yang paling benar dalam kehidupan ini sampai menolak semua yang lain yang dirasa berbeda dengan dirinya. Hal itulah yang menimbulkan perpecahan, padahal banyak bidang lain yang antara umat beragama dapat bekerja sama dalam bidang social, ekonomi, pendidikan, politik, bangsa, negara, dan sebagainya.Â
Katakanlah dalam bidang teologi atau keimanan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Tanpa saling mengejeki dengan maksud mengunggulkan keyakinan kita, hal itu dekat berbaur dengan keangkuhan?
Bagi saya kenaikan nabi atau rasul Tuhan ke langit menandakan keagungan, kemuliaan, kekuatan, kekuasaan, dan ke Maha Besaran Tuhan, sehingga setelah nabi atau rasul yang naik ke langit itu turun ke dunia akan lompatan besar kemanusiaan, sejarah kemanusiaan berikutnya.
Misalnya dalam Islam, setelah Nabi Muhammad SAW mi'raj ada peristiwa hijrah dan itu semua menjadi cahaya, semangat baru sehingga Islam tersebar lebih luas. Artinya, setelah Mi'raj itulah pertumbuhan dan perkembangan Islam semakin jaya.Â
Apalagi perintah Shalat Fardhu menjadi umpama Mi'rajnya orang Islam, terhubungan ibadah kepada Allah SWT. Dan itu menjadi dan jalan menuju peningkatan kembali kualitas diri dan social, baik dalam kehidupan dunia maupun kelak ke akhirat.
Saya rasa tidak hanya dalam pemahaman agama dan teologi, naik ke langit, bulan, atau planet lain menjadi tujuan riset ilmiah kini. Negara yang mampu menembus ruang angkasa adalah tergolong negara maju secara ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya yang belum mampu, butuh upaya serius bersama dan bersatu untuk itu.
Maka sebagai bangsa Indonesia, apapun jenis keyakinan kita dapat juga menafsirkan naik ke langit sebagai upaya ilmiah atau ilmu pengetahuan dan teknologi agar anak bangsa ini menembus luar angkasa sebagaimana modal keperkasaan bangsa lain.
Tanda naik ke langit secara ilmiah, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai manusia Indonesia yang bersatu perlu kita inisiasi dan tindak lanjuti. Apalagi kita punyai keimanan, sehingga kelak siapa di antara anak bangsa ini dapat menembus langit, ia tetap sadar dan rendah hati karena agama mengajarkan kenaikan nabi ke langit justru mendekatkan diri kepada Tuhan. Bukan justru sebaliknya, menjadi tanda keangkuhan dan kesombongan.
Jadi, ketika kita bersatu, mau saling memahami dan menoleransi, maka naik ke langit selain sebagai teologi juga dapat bermakna ilmiah, ilmu pengetahuan dan teknologi yang penerus dan pewarisnya bisa dari anak Indonesia menembus antariksa, siapun dia?***().
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H