Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

60 Tahun Prof KH Yudian Wahyudi: Antara Historian dan Maker of History

18 April 2020   17:01 Diperbarui: 18 April 2020   17:13 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Balikpapan ke Tremas

Yudian Wahyudi sebagaimana diungkapnya lewat lisan dan tulisan berasal dari Balikpapan. Ayahnya, seorang tentara dari Banyumas, sedangkan ibunya berasal dari Yogyakarta. Yudian anak ke-6 dari 16 bersaudara. Jumlah yang jamak sehingga Yudian menegaskan harus menjadi berhasil. Sewaktu SD di Balikpapan, Yudian katanya kunjung tawuran (sekaligus suka renang, mancing dan cari buah karamunting), sampai ayahnya membuangnya (menyantrikannya) ke Pesantren Tremas Pacitan.            

Selama menyantri enam hingga tujuh tahun karena mengambil ujian negara. Kala itu, jamak tamatan pesantren tidak mempunyai ijazah. Maka Yudian tampaknya sangat beruntung dengan arahan dari ayahnya agar mengikuti ujian negara. Sekaligus, Yudian paham betul manfaat menyandang ijazah secara administratif. Pantaslah kalau kemudian, Yudian mengkritik Nadiem Makarim (Mendikbud) yang seakan menyepelekan pentingnya ijazah atau gelar sarjana? Belakangan, tentu saja Yudian dan Makarim dapat memadukan kembali cara pandang mereka.

Dari Tremas, IAIN--Kanada, Amerika

Setelah tamat pesantren, Yudian menyambung ke IAIN Sunan Kalijaga sekaligus menyambung filsafat Barat di UGM. Di situlah, Yudian merasakan betapa sulitnya kuliah dan hidup. Gesekan ekonomi memaksa dirinya menjadi kurir kerupuk dan kernet. Sebelum akhirnya, ia bertekad dengan pilihan hidup menjadi penerjemah dan penulis. Filosofinya waktu itu, "selamat datang kematian" diilhami Surah Al-Mulk ayat 2. Sekaligus mungkin saja, Yudian mengingat ilmu pesantrenan, dengan shalat hajat seraya berdoa masuk Harvard. Doa yang ditertawakan sebagian koleganya, tetapi menjadi makbul, berproses kemudian.

Berawal dari kebijakan Menteri Agama RI  Munawir Sjadzali (1993-1998) membuat program pembibitan dosen IAIN se-Indonesia, 1988. Yudian terpilih dalam program itu. Meskipun, persyaratan utamanya IPK, bahasa Arab dan Inggris. Ia mengakui pas-pasan saja. Tetapi, rangkap kuliah di IAIN dan UGM menambah nilai plusnya. Persis prinsipnya membeli sejarah ibarat nafilah akademik. Maka hasilnya, IPK dan bahasa Inggris yang cukup ditambali dengan rangkap kuliah dan hasil terjemahan bekal lolos beasiswa.

Walhasil, Yudian bersama temannya ke Kanada, dengan bahasa Inggrisnya wasatiyah. Tapi, bahasa Arabnya mahir, sehingga kemudian Yudian sering mengatakan orang yang mampu berbahasa Arab akan mudah menguasai bahasa Inggris. Yudian pun menjadi jago bahasa Inggris, Prancis, dan khusus Jerman (tambah Pak Sahiron).

Yudian Wahyudi berjihad ilmiah berupa publikasi ilmiah internasional di luar negeri, menulis jurnal internasional dan menjadi pembicara internasional. Yang sebelumnya dianggap hutan belantara oleh seniornya. Yudian berjihad ilmiah layaknya pemburu militer membidik sasaran. Jihad, serius, sabar, tahan uji, dan tantangan membuat Yudian seperti robot atau mesin dalam membaca, menerjemah, mereview, menulis dengan jadwal ketat hingga jarinya pernah tidak bisa bergerak, hampir mati rasa. Termasuk istri mulai sedikit agak "protes?"

Sampai-sampai juga, Dr Moshe Maoz (Profesor dari Harvard University) bertanya takjub, kapan Anda tidur Yudian? Momentum yang juga mengundang perhatian Prof Howard M Federspiel agar Yudian ingat anak dan istri. Hasilnya, Yudian menjadi penulis dan pembicara internasional, lintas benua dari Afrika, Australia, Eropa, dan Amerika.

Tidak hanya kuliah, Yudian juga organisator, Ketua Permika Montreal 1997, presiden Pendiri Indonesia Academic Society 1998-1999, Anggota Middle East Studies Association sejak 1997, dan Anggota American Academy of Religion sejak 1998. Salah satu saksi sekaligus sahabat akrabnya adalah Sahiron Syamsuddin yang menembus jurnal internasional dan menjadi pembicara internasional. Kini Pak Sahiron menjabat Plt rektor UIN Yogyakarta.

Hatta, Yudianlah dosen PTAIN pertama yang menerbitkan karya di Oxford University Press, berkantor di Harvard Law School dan menjadi anggota American Association of University Professors! Kini, juga ia presiden President of Asian Islamic Universities Association (AIUA).

Back to UIN Jogja: Dekan, Rektor,

Pesantren--Tarekat 

Sepulang dari Kanada dan Amerika atau bolak baliknya dia, Yudian back to (kembali) ke UIN Yogyakarta. Menjadi Dekan Fakultas Syariah 2007-2011. Masa itulah saya secara pribadi bertemu dengan beliau sebagai dosen dalam kajian, Sejarah Peradaban Islam: Klasik, Tengah, dan Modern.

Pada tahun 2007-2009 khususnya, Yudian mulai mengenalkan pemikiran atau gagasannya lebih progresif ke mahasiswa dan masyarakat luas, misalnya, dengan membuat kegiatan lomba resensi nasional terkait bukunya, "Jihad Ilmiah dari Tremas ke Harvard." Tentu saja kegiatan bedah bukunya yang lain.

Tampak bagi saya, Pak Yudian sangat bersemangat dalam kuliah segairah jihad. Ia berkata langsung: terus-terang, blakblakan. Horas Bang! Begitu dia sering memanggilku. Sesuatu yang aku pikir, dia orang yang mudah bergaul dengan ragam suku.

Untuk menghidupkan gagasannya Yudian juga mendirikan pesantren Nawesea, khususnya untuk peningkatan bahasa Arab dan Inggris, serta Jerman--bagi mahasiswa. Bekalangan, ia mendirikan TK-SD-SMP IT Sunan Averroes. Harapannya, tentu saja SMA hingga universitas! Rentang waktu itu juga, Yudian mendirikan tarekat Sunan Anbia: sebuah tarekat eksistensialis positivis kontemporer mendapati surga dunia (minimal ilmu, rezeki, kursi, dan keturunan).

Perlu ditambahkan di sini, Yudian pernah berkarier sebagai Asisten Deputi Bidang Bimbingan Umat Beragama, Kementerian Kesejahteraan Rakyat RI (2011-2014), sehingga pada Haul Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru Mandailing Natal, tahun 2012, Yudianlah yang datang mewakili Pak Agung Laksono.

Yudian Wahyudi menjabat rektor UIN Sunan Kalijaga, 2016-2020. Sebagian kecil orang mengenali Yudian sebagai rektor hanya berupa kebijakan pelarangan cadar dan pelolosan disertasi Abdul Aziz? Padahal, banyak kebijakan Yudian membawa UIN menjadi world class university" atau universitas kelas dunia, sehingga mahasiswanya menembus Eropa Barat, sebagaimana dirinya Profesor di Amerika, umpamanya.

Penelitian, penulisan, publikasi ilmiah hingga penerbitan buku dan disertasi digalakkan Yudian. Tampilan Disertasi di UIN Yogyakarta kini sangat bagus! Akhirnya juga kebijakan Yudian melahirkan jamak Dr dan Profesor di UIN Yogkarta dan umumnya PTAIN. Apalagi selama menjadi asisten Deputi Bidang Umat Beragama, Yudian mengunjungi penjuru nusantara dilengkapi lagi dengan setelah menjadi rektor UIN Yogyakarta. 

Alhasil, pembumian gagasan atau pemikirannya menjadi realitas tindakan sejarah, maker of history berwujud nyata.

Kepala BPIP

Kini, Yudian kepala BPIP, sejak 5 Februari 2020. Banyak orang kemudian kaget setelah wawancaranya di Detikcom: Blak-blakan Kepala BPIP: Jihad Pertahankan NKRI. 12 Februari 2020. Pungutlah berbagai komentator di YouTube itu, tampaknya lebih banyak yang "merendahkan" beliau? Yudian melakukan klarifikasi, misalnya, Kepala BPIP Tekankan Pentingnya Ideologi Pancasila #LayarDemokrasi CNN Indonesia, 14 Februari 2020. Tapi, komentator di chanel itu pun masih banyak bernada negatif? Ada komentar yang menyebut Yudian, "PKI" dan "Tak tahu sejarah?"

   Yudian terbuka kritik. Ia sangat suka ditantang. Bahkan dilawantandingkan dengan siapapun. Apalagi menyangkut keilmuan profesionalnya, Hukum Islam, misalnya. Tetapi, bukan berarti juga ia buta sejarah. Sebagai contoh kecil, tolonglah baca buku karya, "Jihad Ilmiah dari Tremas ke Harvard." Bab pertama justru judulnya, "Mengibarkan Merah Putih." Dan bukunya, "Maqashid Syari'ah dalam Pergumulan Politik, Berfilasafat Hukum Islam dari Harvard ke Sunan Kalijaga." Juga Bab pertama, berjudul, "Islam dan Nasionalisme: Sebuah Pendekatan Maqshid Syari'ah."

Di situ terdapat sejarah pembentukan kostitusi Indonesia, Yudian tahu betul proses sejarah itu. Tidak hanya Indonesia, tapi juga Yudian paham sejarah, konstitusi Arab Saudi, Mesir, Turki, India, Pakistan, Iran, Maroko, Afrika, dan negara mayoritas Islam lainnya. Bahkan juga sejarah Kanada, Amerika, Jerman, dan Prancis.

Maker of History

Tetapi, Yudian bukan hanya historian (sejarawan), melainkan juga maker of history (pembuat sejarah). Sebagai sejarawan, Yudian mengetahui sejarah bangsa dan perabadaban. Kajian Yudian menyangkut itu umumnya bersifat perbandingan (komparasi) kawasan, misalnya Indonesia, Mesir, dan Maroko. Perbandingan tiga tokoh, sekaligus. Di situlah, Yudian menjadi mufasir dan mujtahid.

Lebih dari itu, Yudian maker of history yang berupaya memperbaiki pendidikan Islam. Dengan gagasan asli (orisinal) yang dimilikinya. Seperti penafsiran tauhidul ulum, ayat quraniyah, kauniyah, dan insaniyah, fardu ain-kifayah, kisah Adam syarat utama pemimpin ilmu--dapat lawan tanding.

 Sejak dini, Yudian muhajirin dari Balikpapan ke Tremas, ia maker of history, menyantri 6-7 tahun, tidak pulang tiga tahun, memperjuangkan kuliah sekaligus kerja, mendapati beasiswa, mengorganisasi mahasiswa di luar negeri, menulis jurnal internasional, menjadi pembicara internasional, mendirikan Pesantren Nawasea, Sunan Averroes, berkarier di Kemenkokesra, Tarekat Sunan Anbia,  Rektor UIN Yogyakarta, Kepala BPIP, dan seterusnya. Nanti. Insya Allah!

Saya mengambil contoh sederhana, tahun 2012 dengan pencarian gambar "Yudian Wahyudi" pada mesin Google, klik gambar, belum sampai puluhan. Sedangkan pada 5 Februari 2020 silakan klik dan hitung! Bahkan, ketika Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA Ph D menjabat rektor hingga akhir Januari 2020. Namanya belum tertera dalam "Wikipedia.org." atau Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia.

Tetapi, begitu dilantik menjadi kepala BPIP, 5 Februari 2020, beberapa hari saja nama Prof Yudian Wahyudi langsung termaktub permanen di Wikipedia berbahasa Indonesia itu. Menyusul pada wikipedia English, dan Wikipedia bahasa lainnya!

Hal itu catatan sejarah permanen, masih dapat berkembang, apalagi Yudian bukan hanya historian, melainkan juga maker of history, pembuat sejarah masa kini dan masa depan.

Saya yakin, dia mampu bertindak membumikan ideologi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berpolitik, berbangsa, bernegara, dan berbagai segi kebijakan dan pemerintahan. Ia pejihad, pejuang, dan pekerja keras, jihad pesantren, jihad kuliah, jihad keluarga, jihad ilmiah, jihad karier, jihad sosial, jihad insaniah, jihad alamiah, dan hingga jihad wathaniyah, kebangsaan.

Meskipun Yudian serius dan katanya ia sering kali menyembunyikan proses kerja kerasnya dari publik, sehingga kelihatan ia banyak guyon di hadapan umum.

Sebagaimana tampak pada satu bagian belakang sampul bukunya, "Jihad Ilmiah dari Tremas ke Harvard." Tergambar Yudian sambil mancing, seraya menoleh arah Anda. Artinya, pekerjaan kuliah yang serius di luar negeri, dapat terasa kerja hobi mancing saja bagi Yudian Wahyudi. Sekaligus mungkin Yudian memalingkan wajah dari orang hasad dari seberang sana?

Sebuah kombinasi panggilan jihad kenegaraan, kebangsaan. Berupa perencanaan-kerja maksimal kemanusiaan, pelaksanaan, pengawasan, penilaian, penganggaran, pertanggungjawaban, transparansi, sabar, syukur, doa, shalat hajat, tarekat, dan sisi kocaknya kehidupan ini. Yudian sanggup mengemban tanggung jawab dan tugas BPIP itu. Pada tanggal 17 April 2020, genap 60 tahun. Salam dan berkah, panjang umur dan makmur Pak Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA, Ph D. Amin... dan Horas Bang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun