Kini, Yudian kepala BPIP, sejak 5 Februari 2020. Banyak orang kemudian kaget setelah wawancaranya di Detikcom: Blak-blakan Kepala BPIP: Jihad Pertahankan NKRI. 12 Februari 2020. Pungutlah berbagai komentator di YouTube itu, tampaknya lebih banyak yang "merendahkan" beliau? Yudian melakukan klarifikasi, misalnya, Kepala BPIP Tekankan Pentingnya Ideologi Pancasila #LayarDemokrasi CNN Indonesia, 14 Februari 2020. Tapi, komentator di chanel itu pun masih banyak bernada negatif? Ada komentar yang menyebut Yudian, "PKI" dan "Tak tahu sejarah?"
  Yudian terbuka kritik. Ia sangat suka ditantang. Bahkan dilawantandingkan dengan siapapun. Apalagi menyangkut keilmuan profesionalnya, Hukum Islam, misalnya. Tetapi, bukan berarti juga ia buta sejarah. Sebagai contoh kecil, tolonglah baca buku karya, "Jihad Ilmiah dari Tremas ke Harvard." Bab pertama justru judulnya, "Mengibarkan Merah Putih." Dan bukunya, "Maqashid Syari'ah dalam Pergumulan Politik, Berfilasafat Hukum Islam dari Harvard ke Sunan Kalijaga." Juga Bab pertama, berjudul, "Islam dan Nasionalisme: Sebuah Pendekatan Maqshid Syari'ah."
Di situ terdapat sejarah pembentukan kostitusi Indonesia, Yudian tahu betul proses sejarah itu. Tidak hanya Indonesia, tapi juga Yudian paham sejarah, konstitusi Arab Saudi, Mesir, Turki, India, Pakistan, Iran, Maroko, Afrika, dan negara mayoritas Islam lainnya. Bahkan juga sejarah Kanada, Amerika, Jerman, dan Prancis.
Maker of History
Tetapi, Yudian bukan hanya historian (sejarawan), melainkan juga maker of history (pembuat sejarah). Sebagai sejarawan, Yudian mengetahui sejarah bangsa dan perabadaban. Kajian Yudian menyangkut itu umumnya bersifat perbandingan (komparasi) kawasan, misalnya Indonesia, Mesir, dan Maroko. Perbandingan tiga tokoh, sekaligus. Di situlah, Yudian menjadi mufasir dan mujtahid.
Lebih dari itu, Yudian maker of history yang berupaya memperbaiki pendidikan Islam. Dengan gagasan asli (orisinal) yang dimilikinya. Seperti penafsiran tauhidul ulum, ayat quraniyah, kauniyah, dan insaniyah, fardu ain-kifayah, kisah Adam syarat utama pemimpin ilmu--dapat lawan tanding.
 Sejak dini, Yudian muhajirin dari Balikpapan ke Tremas, ia maker of history, menyantri 6-7 tahun, tidak pulang tiga tahun, memperjuangkan kuliah sekaligus kerja, mendapati beasiswa, mengorganisasi mahasiswa di luar negeri, menulis jurnal internasional, menjadi pembicara internasional, mendirikan Pesantren Nawasea, Sunan Averroes, berkarier di Kemenkokesra, Tarekat Sunan Anbia,  Rektor UIN Yogyakarta, Kepala BPIP, dan seterusnya. Nanti. Insya Allah!
Saya mengambil contoh sederhana, tahun 2012 dengan pencarian gambar "Yudian Wahyudi" pada mesin Google, klik gambar, belum sampai puluhan. Sedangkan pada 5 Februari 2020 silakan klik dan hitung! Bahkan, ketika Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA Ph D menjabat rektor hingga akhir Januari 2020. Namanya belum tertera dalam "Wikipedia.org." atau Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia.
Tetapi, begitu dilantik menjadi kepala BPIP, 5 Februari 2020, beberapa hari saja nama Prof Yudian Wahyudi langsung termaktub permanen di Wikipedia berbahasa Indonesia itu. Menyusul pada wikipedia English, dan Wikipedia bahasa lainnya!
Hal itu catatan sejarah permanen, masih dapat berkembang, apalagi Yudian bukan hanya historian, melainkan juga maker of history, pembuat sejarah masa kini dan masa depan.
Saya yakin, dia mampu bertindak membumikan ideologi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berpolitik, berbangsa, bernegara, dan berbagai segi kebijakan dan pemerintahan. Ia pejihad, pejuang, dan pekerja keras, jihad pesantren, jihad kuliah, jihad keluarga, jihad ilmiah, jihad karier, jihad sosial, jihad insaniah, jihad alamiah, dan hingga jihad wathaniyah, kebangsaan.