Sebaliknya, yang membela kepergian Yahya ke Israel datang dari Ketum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas. Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin berupaya menengahi pro-kontra kunjungan Gus Yahya ke Israel.Â
Memang benar kita pada akhirnya terpola menjadi tiga blok terkait kunjungan Gus Yahya itu. Satu kelompok mengecam atau menolak. Kelompok kedua mendukung atau membela kunjungan Yahya. Ketiga, kelompok yang berupaya menengahi dua kubu yang berseberangan itu.Â
Harapan saya, kita dapat dulu memperbaiki bangsa kita sendiri dalam banyak aspek, pendidikan, ekonomi, militer, dan seterusnya sebelum banyak berkomentar mengenai bangsa lain. Sebab, dengan kita bergantung ke luar negeri mau tidak mau, kekonsistenan kita menjadi sedikit tampak agak munafik.
Sebab misalnya, kita tak mau atau tak memiliki hubungan diplomasi dengan Israel. Padahal, kita berhubungan baik dengan pemerintahan Amerika Serikat. Padahal, Israel kalau boleh disebut berinduk semang kepada Amerika Serikat. Setelah dulu, Inggris memberikan legitimasi keberadaan Israel di wilayah Palestina. Turki yang paling getol membela rakyat Palestina dari dulu sampai kini, kalau tak salah, Turki masih mempunyai hubungan diplomasi dengan Israel.Â
Barangkali kita dapat berpikir ulang terkait hubungan dengan Israel, apakah itu karena murni kepercayaan, kesetaraan, atau kekuatan kita untuk berkonfrontasi langsung dengan Israel? Atau malahan karena kekhawatiran kalaulah kita membina hubungan dengan Israel kita kena pengaruh atau dipengaruh dibanding mempengaruhi Israel?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H