Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yahya Staquf ke Israel, Kok Kita Takut?

13 Juni 2018   22:42 Diperbarui: 13 Juni 2018   23:01 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat dunia, khususnya Indonesia dan pemerintahan Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina. Banyak upaya dan beberapa bantuan yang diberikan rakyat dan pemerintah Indonesia bagi tegaknya negara Palestina yang berdaulat. 

Masalahnya, banyak aspek yang melingkupi sebuah negara, apalagi yang kini Palestina -Israel terus berkonflik. Dipanasi lagi dengan pihak pemerintahan Presiden Trump yang memindahkan kedutaan negaranya ke Yerusalem. Pada saat ini lagi misalnya, Trump melakukan pertemuan dengan Kim Jong-un, Pemimpin Korea Utara. Padahal keduanya sebelum ini berpropaganda seteru di media. 

Kini, tampaknya tidak ada lagi kapitalisme tulen sebagaimana juga halnya tak ada lagi komunisme mutlak. Siapa yang mengira dulu pemerintahan AS yang bermusuhan dengan Korea Utara, apalagi di tangan Trump yang kontroversial. Tapi, pada akhir ini, kita menatap pertemuan Trump-Kim cukup akrab. 

Nah, kita di Indonesia menjadi isu yang agak sensitif kalau pemerintahan Indonesia misalnya akan menjalin hubungan dengan Israel. Pada masa almarhum Presiden Gur Dur, ada kabar Gus Dur ingin menjalin hubungan dengan Israel. Di antara maksud beliau, bagaimana kita dapat berdiplomasi dengan Israel kalau kita tak memiliki hubungan bilateral. Walhasil, di Indonesia isu Israel menjadi politis daripada diplomatis. Sepertinya, kalau ada calon pemimpin di Indonesia yang berusaha menjalin hubungan dengan Israel mungkin ia dicap antek Zionisme?

Padahal, kalau kita baca buku sejarah Indonesia misalnya, ada banyak orang Indonesia yang sekolah di Belanda selama penjajahan Belanda di Indonesia. Tak usah disebut para tokoh itu, Anda dapat mengeceknya ke buku sejarah atau biografi atau autobiografi tokoh dan bahkan pahlawan Indonesia. 

Artinya, kalau kita merasa Israel sebagai penjajah kini terutama terhadap rakyat Palestina. Apakah dengan mengisolasi Israel tanpa hubungan apapun dengan kita, maka berdaya guna positif untuk kemerdekaan rakyat Palestina ataukah sebaliknya? 

Malahan sebagaimana diberitakan awal Januari 2018, pemerintah Israel berencana membangun jalur kereta api menghubungkan negara itu dengan Arab Saudi. Rencana awal proyek ini membangun stasiun kereta api di kota Bisan atau Beih She'an di wilayah utara Israel. Dari kota itu nantinya dibangun jaringan jalan kereta api melintasi Jordania menuju ke Irak dan Arab Saudi. 

Saat ini, masih menurut Yediot Ahronoth, Israel mengangkut komoditi yang tiba di pelabuhan Haifa menuju ke Irak, Arab Saudi, dan negara-negara Teluk yang lain melalui Jordania. Bahkan menurut sumber lain, militer Arab Saudi dan Israel menjalin kerja sama yang sifatnya rahasia.

Apabila Arab Saudi saja mau menjalin kerja sama dengan Israel, kok kita di Indonesia sepertinya takut sekali berhadapan dengan Israel. Seakan kita mau memboikot Israel. Padahal mungkin lebih didasari rasa takut daripada rasa kuat. 

Oleh karena itu, kita agak terpancing ribut ketika Yahya Cholil Staquf ke Israel menghadiri dan menjadi pembicara dalam acara American Jewish Committee (AJC) Global Forum. Baik pemerintahan Indonesia maupun MUI menegaskan kepergian Yahya Cholil merupakan inisiatif pribadi tanpa dorongan pemerintah dan MUI.

Yahya Cholil atau Gus Yahya mendapati banyak kecaman, misalnya datang dari Hidayat Nur Wahid dan beberapa tokoh partai lain. Sedemikian juga dengan Persaudaraan Alumni 212 menyebut mendatangi Israel menyakiti umat. Sedemikian itu pula misalnya dari luar negeri, Hamas menyebut kunjungan itu mengkhianati rakyat Palestina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun