Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis Artikel Agama Islam agar Tayang di Media

12 Juni 2018   15:11 Diperbarui: 12 Juni 2018   15:40 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Waspada Medan

Kemahiran berkhotbah dan berpidato para ustaz, ustazah, dai, daiyah, mubalig, mubaligah, kiai, dan nyai sudah tak diragukan lagi. Apalagi, mereka yang tamatan pesantren, sebab di pesantren ada namanya latihan, "Tablig" atau latihan berpidato. Seorang santri tampil di depan jamaah guna menyampaikan pidatonya. Kemampuan menjadi pembicara di depan umum merupakan latihan paling banyak di peroleh di pesantren untuk tingkatan sederajat SLTP hingga SLTA. 

Meski kemudian, tidak setiap anak pesantrenan jago berpidato, secara umum dapat disebutkan tamatan pesantren terbiasa berpidato di depan umum, karena juga menjadi bagian dari dakwah lisan.

Cuma, kita berharap sebagaimana layaknya terdapat latihan "Tablig" lisan berpadu dengan "Tablig" tulisan, sehingga para santri dan bahkan ulama mahir berkhotbah lisan dan tulisan, sekaligus.

Seperti halnya, banyak majelis taklim, wiridan, Yasinan, Talqinan, dan Tahlilan -begitu juga kelak berdirinya majelis taklim tulisan dalam bentuk jamaah, kumpulan kolektif. 

Mengingat nasihat hujjatul Islam Imam Al-Ghazali (w. 1111 M), "Kalau kamu bukan anak raja dan bukan pula anak ulama besar, jadilah penulis." Kita tahu, raja mewarisi tahta kekuasaan kepada putra mahkota, ulama mewarisi ilmu pengetahuan kepada turunan dan umat, sedangkan penulis dapat menjadi sekaliber raja dan ulama kalaulah si penulis itu mewarisi tulisan yang berpengaruh terhadap kekuasaan dan kehidupan umat.

Apalagi dengan sistem demokrasi dan perkembangan teknologi media informasi kini, setiap orang dapat menacapkan pengaruh, kuasa, dan warisan. Warisan, tidak hanya berupa tahta dan harta, tetapi juga warisan tulisan ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap hikmah/bijak, dan akhlak baik dalam menjalani kehidupan.

Sumber: Waspada Medan
Sumber: Waspada Medan
Untuk menulis artikel agama Islam secara sederhana agar terbit di media, beberapa hal berikut dapat dipraktikkan:

Pertama, rumuskan topik.

Lebih teknis, P. Suparman Natawidjaja menguraikan topik dan tema dalam bukunya, "Petunjuk Menyusun Kalimat Efektif dan Tulisan Ilmiah." Topik itu sesuatu yang akan diuraikan. Topik bersumber dari pokok pikiran. Pokok pikiran dapat dipahami dari gagasan penjelas. Contoh, setiap Muslim wajib shalat lima kali sehari-semalam. Pokok pikiran adalah setiap Muslim. Selebihnya, gagasan atau pikiran penjelas. Untuk mencari penjelas harus langsung pada tujuan.

Untuk menyusun kalimat topik, biasanya dengan pokok pikiran yang dihubungkan dengan kata tugas. Kata tugas yang sering digunakan; adalah, ialah, merupakan, yaitu, yakni, sebagai, menjadi, berarti atau artinya. Ada pun tema ialah sesuatu hal yang akan dicapai.

Sebagai contoh, "Dengan Memperingati Maulid Nabi, Kita Tingkatan Persaudaraan."

Pokok pikiran         : Maulid Nabi

Tema                      : Persaudaraan

Kalimat topik atau utama bersumber dari pokok pikiran. Bentuknya, bisa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, kata bersusun, dan kata majemuk. Jenisnya, bisa kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan. Untuk mengenali pokok pikiran biasanya ditandai dengan pikiran atau gagasan penjelas.

Jadi, untuk menyusun topik dan tema dapat kita ambil dari istilah ilmu agama Islam yang terdapat dalam Al-Quran, hadis, ulumul Quran, ulumul hadis, ushul fiqih, fikih, tauhid, sirah, tarikh, akhlak, pendidikan Islam, ekonomi Islam, hukum Islam, politik Islam, militer Islam, psikologi Islam, sosiologi Islam, dan disiplin ilmu lainnya. Inilah yang kita pilih untuk keperluan menulis artikel agama Islam di koran.

Kedua, setelah menentukan topik. Buatlah kerangka artikel atau langsung pengertian kata inti topik dengan melihat kamus, eksiklopedia, dan internet. Atau misalnya tambahkan contoh, dengan:

a. Contoh-contoh

b. Kasus pribadi

c. Kasus keluarga

d. Realitas sosial

e. Pendapat ulama tafsir

f. Pendapat ilmuwan lain.

Ketiga, tambahi dengan pendapat (opini), pengamatan, dan pengalaman subjektif Anda.

Keempat, buat bagian tengah atau akhir artikel.

Kelima, tertibkan tulisan secara sistematis dan logis. Kembangkan gagasan Anda secara utuh dan lengkap. 

Kalau dipendekkan cara tercepat buat artikel dengan langkah berikut:

1. Pilih topik tulisan.

2. Jelaskan pengertian harfiah dan istilah kata dalam topik.

3. Tambahi ayat atau hadis, serta contoh lain yang relevan.

4. Sisipkan pendapat ulama tafsir atau ahli lainnya.

5. Masukkan cara pandang Anda dalam artikel tersebut.

Itulah jurus sederhana menulis artikel agama Islam agar tayang ke media, khususnya koran atau surat kabar. Silakan coba!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun