Kita tak harus bertemu dengan Malaikat. Tapi, cukup kita serap tugas dan fungsi Malaikat buat kita tiru, terutama dalam hal ilmu tulis-menulis atau karang-mengarang ini.
Betapa sangat besarnya anugerah Tuhan kepada kita. Kepada kita diberitahu, kehadiran dua Malaikat yang selalu mengawasi dan mencatat amal baik maupun buruk kita. Tuhan atas rahmat dan kasih-Nya menginteli kita. Dan memberi tahu kehadiran dua Malaikat-Nya. Kedua Malaikat itu dinamai, Malaikat Raqib dan Atid.Â
Alquran menggambarkan fungsi kedua Malaikat; Raqib  dan Atid, sebagaimana misalnya dijelaskan dalam Surah Qaf ayat 17-18. Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Qs. Qaf/50: 17-18).
Ayat di atas menegaskan keberadaan Malaikat yang ditugaskan Tuhan mengawasi perilaku kita. Pengawasan Malaikat itu melebihi spionase, intelijen, CCTV, dan pengawasan humanis serta sistem/alat teknologi lainnya.Â
Tapi, sebagai calon penulis atau penulis pemula. Marilah kita mulai menulis, mencatat, dan mengawasi diri sendiri khususnya. Tentang tindak tanduk kita. Bahkan jalan perasaan dan pikiran yang terbersit pada kita. Bolehlah memulainya dengan berdiri sejenak. Duduk pun jadilah. Berbaring juga tak masalah. Lalu, tengoklah kanan-kini. Seperti dua Malaikat yang mengawasi perilaku kita.
Selanjutnya, tulislah perbuatan baik maupun buruk kita, sekaligus. Jangan lupa menuliskan hari, tanggal, dan bulannya. Waktu dan tempatnya. Detik dan menitnya. Keadaan lokasi dan sekitarnya. Situasi dan kondisinya. Siang ataukah malamnya. Terang ataukah gelapnya. Matahari dan bulan terbitnya. Serta segala jenis peristiwa dan alamiahnya, secara lengkap.
Menulislah secara mulia seperti malaikat, "Kiraman Katibin-yang mulia lagi penulis." Jadi, menulislah secara mulia dan terhormat. Al-Quran menerangkan hal ini dalam  Alquran Surah Al-Infithar: "Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al-Infithar/82: 10-12).
Untuk itu, tulislah yang baik-baik sebelah kanan. Serta yang buruk sebelah kiri. Itu sekaligus. Sebagai calon penulis atau penulis, janganlah hanya menulis yang baik-baik. Nanti bisa jadi pamer, riya, sum'ah, ujub, dan takabur saja. Amal baik bisa terhapus karenanya. Tulislah sekaligus, baik maupun buruknya.
Sebaliknya, tolonglah janganlah hanya menulis yang buruk-buruk atau keburukan orang lain! Bisa jadi ghibah, fitnah, dan caci-maki. Ghibah adalah membicarakan keburukan orang yang tidak hadir atau membicarakan aib orang dari belakang mereka. Sedangkan fitnah menuduh dusta terhadap orang lain. Ada pun berbicara tentang keburukan orang lain secara terus-terang, bisa menjurus caci-maki.
Maka, perlulah tabayun, mencari kejelasan informasi sebelum menulis secara salah yang kelak menjadi penyesalan. Apalagi di hari kiamat, orang yang kita ghibah bisa menuntut balik amal baik kita untuknya semacam tukaran ghibahan kita dulu di dunia. Sampai kita bangkrut amal baik di akhirat, gara-gara ghibah atau fitnah serta caci-maki yang kita tebar semasa hidup.
Jadi, marilah kita mulai menulis secara adil dan berimbang. Dengan membolak-balik, kanan-kiri, kebaikan dan keburukan, sekaligus. Itu tak hanya berlaku buat diri sendiri, tetapi lebih kalau tulisan menyangkut orang lain. Siapapun yang menulis satu sisi kanan atau sisi kiri saja bisa terperangkap dalam tulisan subjektif agak berlebihan. Kurang sesuai dengan kode etik kemalaikatan dan kemanusiaan yang adil.
Allah berfirman dalam Al-Quran, yang artinya: "Ada pun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Ada pun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: Celakalah aku! Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (Qs. Al-Insyiqaq/84: 7-12).
Sekali lagi, janganlah hanya menulis sebelah kiri atau melaporkannya dari sisi belakang. Sebagian wartawan suka menulis yang buruk-buruk demikian, seperti tulisan sadisme, anarkisisme, sensasionalisme, erotisme, dan pornografisme. Tolonglah juga menulis sisi kanan atau bagian depan, yang baik-baik, benar, tegas, lugas, lembut, dan sopan. Minimal sisi kiri--kanan diungkap sekaligus, seimbang.
SuntingSendiri
Bacalah berita atau tulisan-mu berulang sebelum dikirimkan atau ditayangkan! Sungting atau editlah tulisanmu! Cukuplah, kita sendiri membacanya. Meski demikian, ingat batas waktu (deadline)--jangan sampai lewat batas.Â
Allah Swt berfirman, "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." (Qs. Al-Isra'/17: 14).
Jadi, cukuplah kita sendiri yang mengedit atau menyunting tulisan kita sebelum tayang. Pasalnya, segala amal baik maupun buruk kita terekam dengan teliti dan cermat.Â
Seandainya, kita mau menulis seperi tugas Malaikat Raqib dan Atid. Saya yakin, dunia pers kemalaikatan umat akan bercahaya bagi semesta. Sayangnya, orang lain-lah yang banyak menulis mengenai kita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H