Nabi Muhammad Saw mau kembali memasuki Makkah dari Thaif. Di pinggiran KotaMakkah ia berupaya mendapati jaminan agar bisa masuk ke kota. Beberapa tokoh menolak permintaannya. Untunglah, Muthim bin Adi yang belum beriman dapat menerima permintaan Nabi Muhammad Saw, berupa jaminan keamanan. Sesuatu perbuatan baik yang selalu dikenang Nabi Muhammad Saw. Terkait hal itu, Nabi Muhammad Saw mengenang Muthim bin Adi, setelah kemenangan perang Badr Kubra.Seandainya, Muthim bin Adi meminta tawanan dilepas, Rasulullah Saw akan mengabulkannya.
Kembali ke kisah tadi, jaminan keamanan yang diberikan Muthim bin Adi masih terbatas memasuki Makkah. Masih banyak hal lain yang tidak termasuk dalam jaminan itu. Sehingga gangguan keamanan terhadap Nabi Muhammad Saw dan kaum beriman masih biasa terjadi.
Israk-Mikraj
Sepertinya, tantangan bahkan tentangan dakwah di Makkah masih sulit.Sebagaimana diktafsirkan ulama Islam, saat itulah, Allah Swt meng-Isra’-Mi’raj-kan Nabi Muhammad Saw pada malam yang diberkahi.
Israk-Mikraj sebagaimana kita sebutkan di atas adalah perjalanan Nabi Muhammad Saw dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Aqsha Palestina dan bahkan mikraj ke langit hingga Sidratul Muntaha, puncak tertinggi. Di situlah, Nabi Muhammad Saw menjemput perintah shalat wajib.Â
Banyak alam amsal, alam perbandingan yang disaksikan Nabi Muhammad Saw dalam peristiwa Israk-Mikraj. Tapi pokok penting atau intinya, perintah shalat.
Reaksi Israk-Mikraj
Orang yang kufur mengingkari peristiwa Israk-Mikraj Nabi Muhammad Saw,dengan berbagai alasan penentangan yang mereka kemukakan. Sebaliknya, kaum beriman diwakili Abu Bakar Ash-Shiddiq segera membenarkan peristiwa Israk-Mikraj. Bahkan, Abu Bakar menegaskan lebih dari kalau Nabi Muhammad Saw yang menyampaikan ia selalu yakin.
Waktu itu, dengan Israk-Mikraj semakin jelaslah ujian keimanan. Mereka yang beriman semakin kokoh keimanannya. Sebaliknya, sebagian lain semakin tampak menunjukkan keingkaran dan kebenciannya terhadap kaum beriman.
Hijrah
Ya. Medan dakwah di Makkah tetap dilakukan dalam kondisi sulit dan berbagai tantangan-tentangan itu. Sekaligus, Nabi Muhammad Saw mulai mengarahkan dakwah kepada para pendatang yang berkunjung ke Makkah. Ternyata, para pendatang dari Yasrib lebih dapat menerima dakwah Islam. Hal itu kemudian yang diistilahkan perjanjian Aqabah 1 dan 2. Beberapa penduduk Yasrib dibaiat (disumpah) di Makkah menjadi cikal bakal hubungan diplomatik hijrahnya kaum Muslim ke Yasrib (Madinah).Â